Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lamtorogung Prayitno
"Bifidobacterium merupakan salah satu anggota mikrobiota dalam saluran pencernaan manusia, terutama pada bayi. Namun demikian, pengaruh breast-fed dan formula-fed pada perkembangan Bifidobacterium dalam mikrobiota usus bayi telah menjadi subyek dari banyak penelitian dan sering memberikan hasil yang bertentangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh breast-fed eksklusif dan formula-fed terhadap proporsi spesies Bifidobacterium dalam sampel feses bayi. Suatu studi kohort prospektif dari 80 bayi sehat, terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis makanan, yaitu kelompok 1 (n = 40) menerima susu formula X yang mengandung Bifidobacterium animalis subsp. lactis HN019 (B. lactis, DR10TM) dan LCPUFA , dan kelompok 2 (n = 40) yang menerima ASI eksklusif. DNA diekstraksi dari sampel feses yang diambil pada saat perekrutan (V0) dan setelah usia 3 bulan (V3). Kuantifikasi dari DR10 dan beberapa spesies Bifidobacterium yang umum terdeteksi dalam feses bayi (B. longum, B. breve, dan B. catenulatum) dilakukan dengan menggunakan 7500 Fast Real-time Quantitative PCR dengan SYBR Green [Applied Biosystems], dengan target daerah internal transcribed spacer (ITS) gen 16S-23S rRNA. Proporsi Bifidobacterium secara bermakna (p = 0,010) meningkat pada kelompok 2, dengan median 37,8 (0,0-94,9) % pada V0 dan 51,6 (15,6-98,4) % pada V3. Namun demikian, tidak terdapat perbedaan proporsi Bifidobacterium diantara kedua kelompok, baik pada V0 (p = 0,551) maupun V3 (p = 0,204). Proporsi DR10 pada V3 secara bermakna lebih tinggi pada kelompok 1 (p = 0,009) dengan rerata 4,88 (11,45) % dibanding kelompok 2 dengan rerata 0,00 (0,00) %. Tidak ada perbedaan bermakna dalam proporsi B. longum, B. breve, dan B. catenulatum antara kelompok 1 dan kelompok 2, baik pada V0 maupun V3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat kemiripan proporsi Bifidobacterium di antara kelompok breast-fed dan formula-fed, khususnya untuk B. longum, B.breve, dan B. catenulatum.
......Bifidobacteria is one of the microbiota present in the human gastrointestinal tract, especially in infants. However, the influence of breast-feeding and formula-feeding on the development of Bifidobacteria in the infant gastrointestinal tract microbiota has been the subject of numerous studies that have often yielded conflicting results. The purpose of this study was to determine the influence of either exclusive breast-fed or formula-fed on the proportion of the Bifidobacteria species in infants. A prospective cohort study of 80 full term, healthy infants, formed into two groups based on the type of feeding, group 1 (n = 40) received an infant formula X containing Bifidobacterium animalis subspecies lactis HN019 (B. lactis, DR10TM) and LCPUFA, while group 2 (n = 40) were exclusively breast-feeding. DNA extracted from the faecal samples taken at the time of enrollment (V0) and the 3 months of age (V3). Quantification of the DR10 and the species of Bifidobacteria commonly detected in the faeces of infants (B. longum, B. breve, and B. catenulatum) was carried out using 7500 Fast Real-time Quantitative PCR with SYBR Green [Applied Biosystems], targeting the internal transcribed spacer region of 16S-23S rRNA gene. The proportion of Bifidobacteria were significantly increased in group 2 (p = 0.010), with a median 37.8 (0.0 to 94.9) % at V0 and 51.6 (15.6 to 98.4) % at V3. However, there is no difference in the proportion of Bifidobacteria between the two groups, both in V0 (p = 0.551) and V3 (p = 0.204). The proportion of DR10 in V3 was significantly higher in group 1 (p = 0.009) with a mean 4,88 (11,45) % than in group 2 with a mean 0 (0,00) %. No significant difference in the proportion of B. longum, B. breve, and B. catenulatum between group 1 and group 2, both in V0 and V3. In conclusion, there is a similarity of the proportion of Bifidobacteria in the breast-fed and formula fed infants, especially B. longum, B.breve, and B. catenulatum"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Limoes
"ABSTRAK
Eschericia coli BPPT-CC EgRK2, bakteri hasil rekombinasi yang dapat memproduksi enzim protein endo-b-1,4-glukanase, diteliti di dalam kultur batch untuk ditentukan parameter-parameter kinetikanya. Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 dikultur di dalam media cair mengandung glukosa yang telah ditentukan konsentrasinya. Variabel lain seperti temperatur, agitasi, aliran udara, dan hal-hal lainnya dijaga konstan. Parameter-parameter kinetika pertumbuhan Monod dari bakteri ini, yaitu laju pertumbuhan spesifik maksimum ? max dan konstanta kejenuhan substrat Ks diestimasi menggunakan linearisasi persamaan Monod. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ? max dari bakteri ini adalah 1,694 h-1 dan Ks dalam substrat glukosa sebesar 6,629 g/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kinetika dari bakteri ini jauh lebih tinggi dari galur lain pada penelitian lain yang ditemukan di literatur. Pada penelitian ini juga dilakukan peninjauan produksi selulase dengan menggunakan dua metode fermentasi, yaitu batch dan fed batch. Peninjauan terhadap jumlah produksi biomassa dan rancangan desain fermentor dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer v9.0 dan juga perhitungan manual. Hasil menunjukkan bahwa fermentasi secara fed batch memberikan jumlah biomass yang lebih banyak daripada fermentasi batch, sehingga fermentasi fed batch merupakan metode fermentasi yang lebih baik untuk produksi enzim selulase.

ABSTRACT
Eschericia coli BPPT CC EgRK2, bacteria carrying recombinant genes to produce endo b 1,4 glucanase was studied in batch culture to determine its kinetic parameters. Eschericia coli EgRK2 were cultured in a defined liquid medium containing predetermined glucose concentration. Agitation, temperature, air flow, and others parameters remained constant. Monod growth kinetic parameters, maximum specific growth rate max dan substrate saturation constant Ks , from this bacteria were estimated by using linearization of Monod rsquo s equation. It was found that max is 1,694 h 1 and Ks in glucose substrate is 6,629 g L. These results showed that Eschericia coli BPPT CC kinetics is higher than other strain found in literature. Cellulase industrial production through two methods of fermentation, batch and fed batch is also examined in this study. Observation of biomass production and fermenters design calculation of each method is done with manual calculations and simulation software, SuperPro Designer v9.0. The results showed that fed batch fermentation gives more biomass than batch fermentation therefore, fed batch fermentation is a better fermentation method for cellulase production."
2017
S67863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jordan Elia Warokka
"Penelitian ini mempelajari perilaku pasar bitcoin di Indonesia; Indodax dan BitX berdasarkan peristiwa yang berasal dari moneter dan bitcoin. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa pasar bitcoin di Indonesia hanya merespon terhadap peristiwa dari bitcoin. Dari sisi moneter, kebijakan dari the Fed hanya bisa merespon perubahan harga di pasar bitcoin Indonesia dan tidak ada dampak dari kebijakan moneter dari BI. Hasil ini menunjukan bahwa para pemain di pasar bitcoin Indonesia ditentukan oleh peristiwa dari bitcoin itu sendiri, tidak terdapat pengaruh dari sisi moneter.
......This research studies the behavior from two Bitcoin markets in Indonesia, namely BitX and Indodax based on the events coming from monetary and bitcoin. The result shows bitcoin markets in Indonesia are corresponding to its own event over time while there is an absence of local monetary impact to the market and the effect from the Fed only affect the market return. This shows the behavior of Bitcoin market Indonesia is determined to its own events and have no interaction to the monetary impact."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlambang Prijatno Soeparto
"ABSTRAK
Berbagai penelitian terdahulu menyatakan bahwa pada pengoperasian jaringan irigasi selain meningkatkan intensitas tanam dan produksi padi, juga berpengaruh pada kualitas tanah, penggunaan masukan produksi dan pendapatan usahatani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari pemberian air irigasi juga memberikan kerugian lingkungan terutama terhadap keberlanjutan usahatani.
Penelitian ini dilakukan di daerah irigasi Solo (Proyek Irigasi Bengawan Solo), yang terletak pada tiga wilayah administrasi kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen, Propinsi Jawa Tengah, pada musim tanam I (MT I ) 1994/1995.
Pemilihan petani contoh dikaitkan dengan letak usahatani. pada lahan sawah beririgasi (terkena proyek) dan lahan tadah hujan (tanpa proyek). Karena keterbatasan waktu penelitian, maka pendekatan untuk mengetahui kondisi tanpa proyek digunakan kondisi lahan sawah tadah hujan di daerah sekitar proyek. Pemilihan petani contoh dilakukan secara stratifikasi dan perwakilan. Perwakilan dilakukan menurut pembagian daerah irigasi yaitu bagian hulu dan bagian tengah (Kab. Sukoharjo) dan bagian hilir (Kab. Karanganyar dan Kab. Sragen). Pada setiap bagian daerah irigasi, pengambilan contoh untuk data sosial ekonomi petani/responden dan usahatani dilakukan pada 20 orang petani responden. Pengambilan contoh untuk data kondisi kualitas tanah dilakukan pada setiap bagian daerah irigasi (hulu, tengah dan hilir) masing-masing pada tiga kali ulangan/petak sawah.
Pengumpulan data sifat fisik tanah dilakukan pengamatan lapang dan sifat kimia tanah dilakukan dengan pengambilan contoh tanah yang selanjutnya dilakukan analisis laboratorium di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan contoh air dilakukan pada saluran tersier dan petakan sawah pada lahan sawah beririgasi, masing-masing dua kali ulangan. Analisis laboratorium untuk kualitas air dilakukan di Laboratorium Kimia, Laboratorium Pusat, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pengelolaan lahan sawah beririgasi maupun lahan sawah tadah hujan (tanpa irigasi), petani cenderung menggunakan pupuk buatan (Urea, TSP dan KC1) melebihi dosis anjuran, dan pada lahan sawah beririgasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sawah tadah hujan. Pola penggunaan masukan sarana produksi padi yang melebihi dosis anjuran secara jangka panjang akan mengakibatkan penurunan kualitas tanah, kualitas air dan dikhawatirkan akan mempengaruhi pemanfaatan lahan jangka panjang dan mengganggu keberlanjutan usahatani.
2. Akibat pemberian pupuk buatan yang melebihi dosis anjuran dan penanaman padi sepanjang tahun menurunkan kualitas tanah pada lahan sawah beririgasi yaitu nilai kemasaman tanah (pH) dan Kejenuhan Basa (KB). Kandungan N-total dan C-organik tanah pada lahan sawah beririgasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sawah tadah hujan, sedangkan kandungan P-tersedia, K-tersedia dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) relatif sama.
3. Akibat penggunaan pupuk buatan yang melebihi dosis anjuran menurunkan kualitas air, yaitu nilai Nitrit (N-NO2), Amonia bebas (N-NH3), Magnesium (Mg) dan Oksigen terlarut yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan kualitas air golongan C.
4. Hasil produksi padi rata-rata per hektar pada lahan sawah irigasi berbeda nyata dibandingkan dengan lahan sawah tadah hujan, masing-masing yaitu 7.191,40 kg/ha dan 3.652,75 kg/ha.
5. Pendapatan bersih usahatani padi pada lahan irigasi berbeda nyata dengan lahan tadah hujan, masing-masing yaitu Rp. 1.255.705,90/ha/musim dan Rp. 443.669,12/ha/musim.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dampak sistem irigasi terhadap pengelolaan usahatani, yaitu terjadi kecenderungan penurunan kualitas tanah dan peningkatan penggunaan masukan sarana produksi padi yang diperkirakan akan mengakibatkan keberlanjutan usahatani terganggu, meskipun terjadi peningkatan produksi padi dan pendapatan bersih usahatani.

ABSTRACT
Many researches concluded that the operation of irrigation system do not only have effect on yield and cropping intensity, but also on soil quality, use of agricultural inputs, and net income. This study was designed to identify whether that the advantage from using water irrigation, also give environmental damage, especially on the farming management sustainability.
The study was carried out at Bengawan Solo Irrigation Scheme (Bengawan Solo Irrigation Project), covering 3 administrative districts (kabupaten), i.e. Sukoharjo, Karanganyar and Sragen, in the Central Java Province, during the period of cropping season in 1994/1995.
The criteria of the participating farmers as respondents were selected in term of their farm site, which located on the irrigated rice field (with project) and rain fed rice-field (without project), respectively. The selection of respondents conducted by stratification and representation sampling. Due to time constraints, approach to identify without project condition was based on the condition of rain fed rice-field in the surrounding of the project. The representation was based on irrigation scheme areas : upper region (hulu), middle region (tengah) and lower region (hilir). In each irrigation region, data on farm management and socio-economic status of the farmers house-holds were collected randomly for 20 respondents. Samples of the soil condition observed, i.e. soil physics and soil fertility were conducted through soil samples collection and laboratory analysis in Laboratory of Soil Science, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University, Surakarta. Water quality samples were observed on farm level and tertiary channel, whereas laboratory analysis were conducted in the Chemistry Laboratory, Centre Laboratory, Sebelas Maret University, Surakarta.
Results of the study are :
1. On farm management due to on the irrigated rice-field and non-irrigated rice-field, the farmers tend to use fertilizers (Urea, TSP and KC1) higher than standard dosage that recommended by Ministry of Agriculture; and on the irrigated rice-field higher than on the non-irrigated rice-field. Such pattern will cause decrease in the soil and water quality, and tend to affect the long-term utilization and sustainability of the farming management.
2. In the irrigated rice-field, the utilization of fertilizer that higher than standard dosage and the continuous rice monoculture system affect on the decreasing of soil acidity and base saturation. But the soil N-total and soil C-organic of the irrigated rice-field higher than the non-irrigated rice-field; and P, K, and Cation Exchange Capacity tend not different.
3. The effect of the utilization of the fertilizer that higher than standard dosage tend to decrease the water quality i.e. Nitrite (N-NO2), Ammonia (NNH3), Magnesium (Mg) and Dissolved Oxygen higher than maximum standard of the water quality standard for C.
4. The average of production rice yield in the irrigated rice field is significantly different compared with the rain fed rice field, i.e. 7.191,40 kg/ha (irrigated) and 3.652,75 kg/ha (non-irrigated), respectively.
5. The net income of rice yield in the irrigated ricefield is significantly different compared with the rain fed rice field, i.e. Rp 1.225.705,90/ ha/season (irrigated); and Rp. 443.669,12/ha/ season (non-irrigated).
The summary of this study is the impact of irrigation system of Bengawan Solo on farming management sustainability having the trend to decrease of soil and water quality index and to increase of using rice production inputs which is estimating to disturb of the farming management sustainability, although the yield of the production and net income is increasing.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeneta Hans
"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan senyawa perantara berharga, yaitu asam glukonat  dan asam xilonat, melalui fermentasi menggunakan bakteri Gluconobacter oxydans. Bahan baku diperoleh dari biomassa lignoselulosa, khususnya residu padat tandan kosong kelapa sawit, yang masih dianggap sebagai limbah di Indonesia dengan kandungan holoselulosa dalam kisaran 68-86%. Selanjutnya, glukosa dan xilosa yang telah dihasilkan digunakan sebagai substrat dalam fermentasi untuk menghasilkan asam glukonat dan asam xilonat. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemanfaatan limbah pertanian secara berkelanjutan. Limbah pertanian, yang sebelumnya dianggap sebagai residu atau limbah, dapat diubah menjadi senyawa perantara berharga melalui proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan konsep pengelolaan limbah yang berorientasi pada keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya secara efisien. Pada penelitian ini akan digunakan dua jenis medium untuk fermentasi yaitu medium hidrolisat dengan variasi perlakuan awal dan hidrolisis dan medium sintetik yang berkomposisi glukosa dan nutrisi untuk bakteri. Proses fermentasi dilakukan dengan pada suhu 300C dengan kecepatan agitasi 220 rpm dengan variasi metode berupa fermentasi batch dan fermentasi fed-batch. Hasil dari penelitian ini menunjukkan fermentasi fed-batch menghasilkan yield asam glukonat yang lebih besar dibandingkan dengan fermentasi batch yaitu sebesar 81,6% pada fermentasi fed-batch dan 73,5% pada fermentasibatch
......This research aims to produce valuable intermediate compounds, namely gluconic acid and xylonic acid, through fermentation using Gluconobacter oxydans bacteria. Raw materials are derived from lignocellulosic biomass, particularly the solid residues of empty oil palm fruit bunches, which are still considered waste in Indonesia, with a hollocellulose content ranging from 68-86%. Subsequently, the glucose and xylose produced are used as substrates in fermentation to produce gluconic acid and xylonic acid. This research contributes to the sustainable utilization of agricultural waste. Agricultural waste, previously considered as residue or waste, can be converted into valuable intermediate compounds through the fermentation process. This aligns with the concept of waste management oriented towards sustainability and efficient resource utilization. In this study, two types of media will be used for fermentation: hydrolysate media with variations in pretreatment and hydrolysis, and synthetic media composed of glucose and nutrients for the bacteria. The fermentation process is carried out at a temperature of 300C with an agitation speed of 220 rpm, using batch fermentation and fed-batch fermentation methods. The results of this study indicate that fed-batch fermentation yields higher gluconic acid compared to batch fermentation, with yields of 81,6% in fed-batch fermentation and 73,5% in batch fermentation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumitro Sunityoso
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui pengaruh pencekokan zat warna C.I. Food Yellow 4 terhadap gejala klinik dan perubahan struktur histologi organ ginjal mencit (Mus musculus L.). Pencekokan dilakukan terhadap 24 ekor mencit yang dibagi dalam 4 kelompok perlakuan dengan dosis : 0,00 (1 ); 5,25 (11); 7,25 (III) dan 9,25 (IV ) gram C.I. Food Yellow 4/kg berat badan mencit dengan pelarut aquabidestilata. Setelah perlakuan gejala klinik yang timbul diamati setiap hari, Pada hari ke-6 semua mencit dikorbankan dengan cara dislokasi serviks dan diambil organ ginjalnya untuk dibuat preparat Histologi.
Hasil pengamatan terhadap gejala klinik memperlihatkan bahwa pada semua kelompok perlakuan terjadi diare dan perubahan berat badan yang tidak stabil. Hasil pengujian Kruskal - Wallis pada jurnlah rata-rata kerusakan glomerulus (α = 0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata pada kelompok kontrol dengan semua kelompok perlakuan.
Hasil pemeriksaan mikroskopik organ ginjal mencit perlakuan kelompok (II ) tampak kerusakan ringan pada bagian glomerulus. Sedangkan pada kelompok mencit perlakuan ( III ) dan (IV ) terlihat kerusakan glomerulus semakin meningkat berupa lisisnya sel-sel lapis parietal dan viseral yang mangakibatkan terjadinya atropi dan pelebaran ruang antar Bowman. Kerusakan organ ginjal tampak jelas meningkat seiring dengan kenaikan dosis zat warna C.I. Food Yellow 4 yang dicekokan.
......A study of the effects. of a food color substance, C.I. Food Yellow 4, on clinical symptoms of mice (Mus musculus L.) and their kidneys were conducted in the laboratory. Each of four equal groups of six mice was individually fed with an artificial diet, impregnated with C.I. Food Yellow 4, at doses of 0.00, 5.25, 7.25, and 9.25 g I kg of body wieght on a daily basis.
Clinical symptoms of mice were observed every day before scarifying the mice by using a cervix dislocation technique on 6 th day of the experiment. The results showed that all treated mice underwent diarrhea and their weights fluctuated. Kruskal - Wallis test indicated that there was a significant difference (a = 0.05) of glomerulus damage between control and treated mice.
Histological examinations of kidney tissue of mice treated with 5.25 g of food color substance per kg of body weight showed that there was a slightly damage on glomeruli. Mice treated with 7.25 and 9.25 g 1 kg caused heavy damages in glomeruli. Such as parietal and visceral cells lyses which increased distance between two Bowman capsule walls. The level of kidney damage apparently increased with the increase of doses of C.I. Food Yellow 4 given."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Wahyu Satiawan
"The dual-inverter fed open-end winding configuration can be categorized as a new breed of multi-level converters. The structure is simple and offers a lot of advantages. However, the development of suitable PWM schemes is more complicated, due to the availability of a large number of switching states and existence of the multiple two-dimensional planes. An overview of attempts to develop suitable modulation techniques for the dual-inverter fed five-phase machine drives recognizes that progress has been made over the past few years. This paper presents a performance comparison of three PWM schemes of the dual-inverter fed five-phase, open-end winding motor drives. The quality of the phase output voltages are compared and the adequate analyses are provided. The simulation results show that the Carrier Based Phase Disposition (PD) PWM scheme enables generation of the most excellent output voltage among the three PWM schemes. The Total Harmonics Distortion (THD) of the output voltages generated by the carrier based PWM scheme reduces by 65% and 15% on average compared to the THD of the output voltages produced by the URS PWM scheme and the decomposition PWM scheme respectively."
Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2014
UI-IJTECH 5:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Wahyu Satiawan
"This paper analyzes voltage space vectors’ utilization of various Pulse Width Modulation (PWM) schemes in dual-inverter fed five-phase open-end winding motor drives with equal DC-link voltage. The applied voltage space vectors in three PWM schemes were examined. These three schemes were: the Equal Reference Sharing (ERS) PWM, the Unequal Reference Sharing (URS) PWM, and the Decomposition PWM. The results of these examinations show that the ERS scheme utilizes only 21 of the 211 available voltage vectors, and that the URS scheme utilizes more voltage vectors than the ERS scheme. The number of vectors applied in the URS scheme varies according to the modulation index and angular position of the voltage references. Consequently, the URS scheme produces better voltage output quality than the ERS scheme. Of the three schemes, the Decomposition PWM applies the most effective voltage vectors and produces the best voltage output quality, which is indicated by the lowest value of Total Harmonics Distortion (THD). This paper also proposes a new switching strategy that inherently improves the power sharing capability of the converter, thus avoiding the increase in the DC-link voltage of inverter that operates in PWM mode."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:6 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ungu Primadusi
"Sekarang ini, energi angin dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber tenaga listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. Kecepatan angin tergantung pada dimensi waktu dimana setiap saat mengalami perubahan. Untuk itu perlu desain sistem kendali agar input dan output di pembangkit menjadi stabil. Dalam hal ini kecepatan angin sebagai input dan daya listrik sebagai output.
Tugas akhir ini berfokus pada pengendali torsi turbin angin dan daya listrik sebagai output pembangkit. Model pembangkit yang dipakai adalah variable speed wind turbine (VSWT) dengan generator induksi doubly fed. Untuk membatasi torsi turbin angin yang digunakan untuk menggerakan poros generator dan daya turbin (sebagai daya referensi) pada P&Q Control akibat perubahan putaran turbin digunakan lookup table. Pengendali Proposional plus Integral (PI) mampu menstabilkan daya listrik dari generator. Pengendali PI tergantung oleh gain dan waktu integral. Untuk menunjukkan kinerja pengendali daya, simulasi dengan mempergunakan MATLAB/Simulink.

Nowdays, wind energy can used for alternative energy in power system with wind turbine. Wind speed depends of time whereas can be changed every seconds. For this case, needing design control system to made of stabilitize input and output in wind turbine system.
This project focused in torque and output power control. This system categorize of variable speed wind turbine with doubly fed generator induction. Look up table use for minimize torque turbine which used for shaft generator and power (as reference power) in P&Q Control caused of rotational turbine. Propotional plus Integral (PI) can stability power in induction generator. PI controller depends of two parameters : gain and integral time. In this simulation, we use MATLAB/simulink to look performance of controller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51323
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>