Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Berlin: Konkrad-Adenauer-Stiftung, 2007
324.2 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crotty, William J.
Boston Toronto: Little, Brown, 1980
324.273 09 CRO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harik, Judith Palmer
London: IB. Tauris, 2004
324.569 2 HAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lin, Qihong.
Peking, : H. Vetch , 1930
329.951 LIN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lembaga Bina Scientia Jakarta,
R 324.2598 Alm
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Samugyo Ibnu Redjo
Abstrak :
ABSTRAK
Aristoteles yang dikenal sebagai bapak ilmu politik, lebih dari dua ribu tahun yang lalu telah membandingkan tidak kurang dari 158 (seratus lima puluh delapan} negara-negara kota di Yunani. Negara-negara kota tersebut dibanding-bandingkan dan kemudian dipelajari konstitusinya masing-masing. Dalam studi ini Aristoteles melaksanakan lima tahapan studi, yaitu 1. merumuskan permasalahan, 2.mengumpulkan kasus-kasus serta data dari masing-masing negara kota tersebut, 3. mengklasifikasikan kasus atas jumlah penguasa, 4. mengkorelasikan jumlah penguasa dengan kadar stabilitas, 5. menganalisa tipe-tipe pemerintahan yang stabil. Pada waktu mengklasifikasikan kasus atas jumlah penguasa, Aristoteles sampai pada perumusan konsep-konsep pemerintahan yang pada saat sekarang dikenal. Konsep-konsep tersebut adalah Monarkhi, Oligarkhi dan Demokrasi. Tujuan Aristoteles memperbandingkan negara-negara kota tersebut adalah untuk mencari bentuk dan model pemerintahan yang memadai dalam rangka memecahkan masalah-masalah politik dengan lebih tepat.

Studi perbandingan politik yang dilaksanakan Aristoteles memberikan arah bagi studi perkembangan politik negara-negara, baik negara di zaman Aristoteles hidup maupun negara-negara yang ada pada saat sekarang. Studi perkembangan politik ini kemudian dijadikan acuan untuk mengamati perkembangan politik negara-negara dengan memperbandingkan antara satu negara dengan negara-negara lainnya.

Studi perkembangan politik ini, menurut pendapat saya merupakan studi pembangunan politik, yaitu studi mengenai proses dinamika sistem politik kearah yang lebih baik, yang meliputi penataan infra dan suprastruktur politik. Dalam kerangka itulah, maka studi ini di arahkan, khususnya pada penataan infrastruktur politik, dalam hal ini penataan partai-partai politik di Indonesia.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanta Yuda AR
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi penurunan perolehan suara Partai Golkar di Pemilu 2009 yang cukup signifikan (7,13 persen), yaitu dari 21,58 persen di 2004 menjadi 14,45 persen di 2009. Padahal Partai Golkar di Pemilu 2009 juga mewarisi infrastruktur dan jaringan organisasi yang sangat kuat seperti pada pemilu sebelumnya (Pemilu 2004). Potensi-potensi itu mestinya dapat menjadi modal dasar bagi Partai Golkar di Pemilu 2009 untuk mempertahankan kemenangan 2004. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengapa perolehan suara Golkar menurun signifikan di Pemilu 2009, kendatipun mewarisi jaringan infrastruktur organisasi yang kuat dan tingkat institusionalisasi yang baik, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan itu. Untuk menganalisa penyebab penurunan perolehan suara Golkar tnt, menggunakan teori institusionalisasi partai dari Vicky Randall dan Lars Svasand; faksionalisme partai menurut Paul G Lewis, Belloni dan Andrew Nathan; teori oligarki Robert Michels, partai terkartelisasi dari Kartz dan Mair, serta teori kepemimpinan dari Andrew Hedrewood. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui kajian literatur, analisis dokumen resmi organisasi Partai Golkar dan hasil survei lembaga independen, serta wawancara mendalam dengan sembilan narasumber dari internal dan ekstemal Partai Golkar yang mengetahui dan memahami dinamika internal Golkar. Sementara teknik analisis data menggunakan deskriptif analitis. Temuan dari penelitian ini menunjukkan tingkat institusionalisasi Partai Golkar diukur dari empat dimensi Randall dan Svasand cukup baik dan relatif kuat. Kekuatan Golkar dalam beberapa dimensi institusionalisasi yang selama ini diyakini menjadi faktor penyebab kemenangan Golkar di Pemilu 2004, ternyata gagal mengantarkan Golkar sebagai pemenang di Pemilu 2009, dan justru mengalami penurunan suara cukup siginifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada empat faktor internal penyebab penurunan perolehan suara Partai Golkar itu: (1) kegagalan Partai Golkar mengelola faksionalisme internal; (2) problem kaderisasi dan penyimpangan dalam rekrutmen internal; (3) kepemimpinan internal yang kurang mengakar ke bawah dan dampak kekeliruan komunikasi politik; serta (4) krisis identitas ideologi partai. Keempat faktor internal inilah menjadi penyebab utamanya. Selain itu juga dipengaruhi faktor ekstemal yang gagal diantisipasi Golkar: (1) rasionalitas dan persepsi publik yang merugikan posisi politik Golkar sebagai bagian dari pemerintahan; (2) efek strategi politik pencitraan yang massif dilakukan Partai Demokrat; (3) kehadiran Gerindra dan Hanura sebagai partai pecahan Golkar; serta (4) sistem suara terbanyak yang gagal diantisipasi Golkar. Implikasi teoretis menunjukkan bahwa tingkat institusionalisasi yang baik menurut Randall dan Svasand memang mendukung daya tahan suatu partai untuk tetap hidup dalam jangka panjang, tetapi dalam konteks jangka pendek tidak otomatis menjadi faktor penentu kinerja elektoral dan kemenangan suatu partai di pemilu, jika partai tersebut gagal mengelolanya. Dinamika dan karakteristik faksionalisme di Golkar, serta dampaknya terhadap soliditas internal berimplikasi pada penurunan perolehan suara di Pemilu 2009 mengokohkan teori Paul G Lewis, Belloni, dan Andrew J. Nathan tentang faksionalisme.
The background of this particular research was that the decline in the number of votes secured by the Golkar Party in the 2009 elections was quite significant (7.13 percent), from 21.58 percent in 2004 to 14.45 percent in 2009, even though the Golkar Party in the 2009 elections also inherited the organizational infrastructure and network that were still very strong as in the previous elections (the 2004 elections). The Golkar Party actually had the potential to capitalize on these to retain the 2004 victory. There upon, this research was conducted to seek answers as to why Golkar's number of votes significantly dropped in the 2009 elections, despite the fact that it inherited the organizational infrastructure and network that were strong and it had a good level of institutionalization. The research was conducted to find what factors that had caused the downturn. To analyze the causes of this decline in the number of Golkar's votes, the author utilizes the theories of party institutionalization by Vicky Randall and Lars Svasand; of party factionalism by Paul G Lewis, Belloni and Andrew Nathan; of party oligarchy by Robert Michels; of party cartel by Kartz and Mair, and of leadership from Andrew Hedrewood . This research applied qualitative methods. Data collections were conducted through a literature review, the analysis on official documents of the Golkar Party and independent surveys, as well as inĀ­ depth interviews with nine internal and external resource persons who know and understand the internal dynamics of the Golkar Party. The data analysis technique was descriptive analysis. The findings of this study indicate the level of institutionalization of the Golkar Party that was measured using the four dimensions introduced by Randall and Svasand. The institutionalization was well and relatively strong. The Golkar's strength in some dimensions of institutionalization was believed to have been a victorious factor in the 2004 elections, but it had failed to deliver Golkar as the winner in the 2009 elections. It had even experienced a significant decline in the number of votes. The results of this study indicate that there were four internal factors causing a decrease in number of votes garnered by the Golkar Party: (1) the failure of the Golkar Party to manage internal factionalism, (2) the problems of caderization and internal recruitment, (3) the internal leadership that was less rooted at the grassroots level stemming from the impact of erronious political communications; and (4) the ideological identity crisis within the party. The four internal factors were the main causes. The decline in the number of votes was also influenced by sundry external factors that were failed to be anticipated by Golkar: ( 1) rationality and public perception that the Golkar Party was part of the ruling government, (2) the effect of the massive strategy of political imaging by the Democratic Party, (3) the presence of Gerindra and Hanura as Golkar's splinter parties, and (4) the most number of votes system that was failed to be anticipates by Golkar. The theoretical implications indicate that the level of institutionalization according to both Randall and Svasand will indeed support the durability of a party to survive in the long run, but in the context of the short term it will not automatically become the deciding factor of electoral performance and the victorious factor of a party in elections, if the party fails to manage it. The dynamics and characteristics of factionalism in the Golkar party had an impact on the internal solidity, thereby causing the decline in the number of votes in the 2009 elections. This fact confirmed the theory of Paul G Lewis, Belloni, and Andrew J. Nathan about party factionalism.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T44144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Ashari
Abstrak :
Studi ini dilatarbelakangi dengan keberhasilan PDIP memenangkan Pemilu perolehan suara 19,33%. Keberhasilah PDIP di Pemilu 2019 ini juga menjadikannya sebagai partai pertama yang berhasil memenangkan pemilu secara berturut-turut di era Post-Soeharto. Kemenangan di Pemilu 2019 ini dicapai ditengah semakin banyaknya partai beraliran nasionalis seperti PDIP yang ikut pemilu. Dalam konteks latar demikianlah selanjutnya penelitian ini dilakukan. Penelitian ini akan mencari jawaban mengapa PDIP kembali memenangkan Pemilu 2019. Dalam melakukan analisis, penelitian ini akan menggunakan teori institusionalisasi partai dan teori marketing politik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara mendalam dengan narasumber internal partai serta studi terhadap data-data sekunder yang berasal dari berbagai referensi seperti buku, dokumen partai, serta penelusuran situs-situs yang memuat hasil riset, dan kinerja partai yang menjadi objek kajian. Temua studi ini ni menunjukkan kemenangan PDIP di Pemilu 2019 merupakan kombinasi dari faktor institusionalisasi partai dan kemampuan dalam merespon dinamika eksternal partai. Dilihat dari institusionalisasi partai, beberapa aspek menujukkan tingkat institusionalisasi PDIP relatif baik seperti aspek pengakaran di masayarakat dan organisasi. Tingkat institusionalisasi yang relatif baik ini menjadi modal penting internal patai dalam berkontestasi di Pemilu 2019. Sementara dilihat dari aspek eksternal PDIP berhasil memanfaatkan dinamika eksternal dengan baik seperti, positioning politik, ketokohan Jokowi, strategi marketing politik yang tepat, masalah internal yang menimpa kompetitor dan juga isu kampanye pada Pemilu 2019. Implikasi teoritik menunjukkan tingkat institusionalisasi yang baik menjadi faktor penting kinerja elektoral partai. Keberhasilan mengelola institusionalisasi menjadi modal penting partai untuk memenangkan pemilu. Selain institusionalisasi, kemampuan partai memanfaatkan dimanima eksternal partai yang berkaitan dengan poistioning, marketing politik, figur serta isu juga terbukti memberikan peranan besar terhadap kemenangan partai politik di pemilu. ......This study was motivated by the success of the PDIP in winning the election vote of 19.33%. The success of the PDIP in the 2019 Election also made it the first party to succeed in winning consecutive elections in the Post-Suharto era. This victory in the 2019 Election was achieved amid an increasing number of nationalist parties such as the PDIP which participated in the election. In the context of this setting, this research was then carried out. This research will look for answers to why PDIP won the 2019 Election again. In conducting the analysis, this study will use the theory of party institutionalization and political marketing theory. This study uses qualitative methods, while the technique of collecting data through in-depth interviews with internal party sources and studies of secondary data derived from various references such as books, party documents, and searches for sites that contain research results, and party performance. become the object of study. This study shows that the victory of PDIP in the 2019 Election is a combination of the factors of party institutionalization and ability to respond to the party's external dynamics. Judging from the institutionalization of the party, several aspects show the level of institutionalization of PDIP is relatively good, such as aspects of rooting in the community and organization. This relatively good level of institutionalization has become an important internal capital for Patai in contesting the 2019 Election. Meanwhile, from the external aspect PDIP has successfully utilized external dynamics such as political positioning, Jokowi's character, appropriate political marketing strategies, internal problems affecting competitors and also campaign issues in the 2019 Election. Theoretical implications show that a good level of institutionalization is an important factor in party electoral performance. The success of managing institutionalization is an important capital for the party to win the election. In addition to institutionalization, the ability of the party to utilize external parties in relation to policy, political marketing, figures and issues also proved to provide a major role in the victory of political parties in the elections.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdika Wiradi Putra
Abstrak :
Pemilihan Umum di Indonesia di selenggarakan oleh Badan Penyelenggara Pemilu yang sebagaimana terdiri dari KPU, Bawaslu dan DKPP. Dalam penyelenggara pemilu partai politik merupakan peserta pemilihan umum baik untuk pemilihan anggota legislative maupun pemilihan Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan UUD tahun 1945 setelah Perubahan. Untuk dapat ditetapkan sebagai peserta pemilihan umum partai politik harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. KPU melakukan verifikasi atas persyaratan tersebut dan menetapkan partai politik yang lolos verifikasi tersebut sebagai peserta pemilu. Partai Politik yang tidak lolos dapat mengajukan sengketa atas keputusan KPU tersebut kepada Bawaslu, PTTUN dan terakhir ke Mahkamah Agung. Upaya hukum yang diberikan Undang-Undang kepada partai yang tidak lolos tersebut menunjukkan pemenuhan hak untuk ikut serta dalam pemilihan partai politik. ......General Election in Indonesia organized by the election organizing body which consists of the KPU, Bawaslu and DKPP. In political party election management is good for the general election participants legislative elections and the election of President and Vice President by the Constitution of 1945 after the change. To be designated as a participant elections, political parties must meet a number of requirements specified in Law Number 8 Year 2012 on Election of Members of the DPR, DPD and DPRD. Commission to verify the above requirements and establish political parties that pass the verification as a participant election. Political parties that do not qualify to file a dispute over the Election Commission's decision to Bawaslu, PTTUN and finally to the Supreme Court. Remedies Act given to parties who do not qualify for the show fulfillment of the right to participate in political elections.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>