Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joserizal Jurnalis
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Triwardono
Abstrak :
Sebagian besar implan sendi lutut komersial yang tersedia saat ini tidak dirancang untuk mencapai rentang gerak lebih dari 120°. Maka penelitian ini bertujuan untuk pengembangan implan sendi lutut dengan rentang gerak tinggi (High Flexion Prosthesis). Pengembangan produk implan sendi lutut diawali dengan melakukan reverse engineering. Analisa elemen hingga digunakan untuk menganalisa tegangan kontak dan luas kontak area yang dihasilkan khususnya analisa pada rentang gerak tinggi. Simulator gerak lutut dirancang untuk memvalidasi hasil simulasi agar memperoleh data yang valid. Simulator gerak lutut dirancang mengikuti standar, dibuat dengan spesifikasi enam derajat kebebasan. Dari hasil modifikasi desain didapatkan maksimal rentang gerak sebesar 159°. Dari hasil simulasi ASTM F3161, tegangan di permukaan femur kondyle rata-rata sebesar 0.034 MPa, lebih baik dari hasil simulasi produk benchmark yang nilai rata-ratanya sebesar 0.0413 MPa. Dari hasil simulasi ISO 14243 pada rentang gerak diatas 120°, luas kontak area antara komponen sisipan tibia dan komponen femur masih terukur khususnya di bagian post sisipan tibia. Ini mengindikasikan bahwa modifikasi desain yang telah dilakukan telah berhasil meningkatkan luas kontak area. Dengan hasil ini didapat kesimpulan bahwa untuk modifikasi desain sendi lutut dapat mengakomodir rentang gerak tinggi, mengurangi potensi keausan komponen dan dari hasil ekperimen tidak ditemukan potensi terjadinya subluxstation dan dislocation ......Most commercial knee joint implants available today are not designed to achieve a range of motion greater than 120°. So this study aims to develop a knee joint implant with a high range of motion (High Flexion Prosthesis). Knee joint implant product development begins with reverse engineering. Finite element analysis is used to analyze the contact stress and the resulting contact area, especially analysis at high ranges of motion. The knee motion simulator is designed to validate the simulation results in order to obtain valid data. The knee motion simulator is designed according to standards, manufactured to a specification of six degrees of freedom. From the results of design modifications, the maximum range of motion is 159°. From the simulation results of ASTM F3161, the average surface tension of the femur condyle is 0.034 MPa, which is better than the simulation results of the benchmark product, which has an average value of 0.0413 MPa. From the ISO 14243 simulation results at a range of motion above 120°, the contact area between the tibial insertion component and the femur component is still measurable, especially in the post tibia insertion section. This indicates that the design modifications that have been made have succeeded in increasing the contact area. With these results, it can be concluded that modifications to the design of the knee joint can accommodate a high range of motion, reduce the potential for wear and tear of components and experimental results do not find the potential for subluxstation and dislocation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Isabella Kurnia
Abstrak :
Perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya perlu dilakukan sebagai langkah pertama dalam memperkirakan tinggi badan pada kasus identifikasi atas mayat tak dikenal yang ditemukan dalam keadaan tidak lengkap (kasus mutilasi, berupa bagian-bagian kerangka atau fragmen-fragmen tulang). Penelitian perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Indonesia belum pernah dilaporkan, sehingga di lapangan digunakan rumusan yang dibuat berdasarkan penelitian-penelitian pada populasi lain dengan hasil yang kemungkinan kurang tepat. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian analitik-non eksperimental yang bertujuan memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Melayu (Deuteromalayid) Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap 454 tulang yang berasal dari 158 tulang femur (114 pria dan 44 wanita), 125 tulang tibia (90 pria dan 35 wanita), dan 169 tulang humerus (128 pria dan 41 wanita). Pada setiap tulang dilakukan pengukuran terhadap panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya berdasarkan definisi Steel. Kemudian dilakukan analisis mengenai perbedaan panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang terhadap panjang utuh tulangnya antara pria dan wanita, dan antara posisi lateral kanan dan kiri dengan uji ANOVA dua jalur, yang dilanjutkan dengan analisis regresi dan faktor multiplikasi untuk mencari hubungan di antara kedua parameter tersebut. Dan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa: 1) panjang utuh dan panjang fragmen tulang femur, tibia dan humerus pria lebih panjang daripada wanita, kecuali fragmen T5 dan H3, 2) rasio panjang fragmen-fragmen tulang tibia (T2, T4 dan T5) dan humerus (HI dan H3) pria berbeda dengan wanita, tetapi pada tulang femur rasio tersebut antara pria dan wanita sama; 3) panjang utuh dan panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus kanan sama dengan kiri; 4) persamaan regresi dengan menggunakan prediktor panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan untuk memperkirakan panjang utuh tulangnya, kecuali fragmen T1 dan T5 pria dan wanita, dan H3 wanita; 5) faktor multiplikasi fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan memperkirakan panjang utuh tulangnya; 6) persamaan regresi lebih tepat dalam memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dan fragmen-fragmennya dibanding faktor multiplikasi, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna.
Estimating Bone Length Of Femur, Tibia And Humerus From The Fragment Length In Indonesian Malay (Deuteromalayid) PopulationEstimating length from its fragment length is required as the first step in estimating stature for identification of incomplete unknown bodies (for example, in mutilation cases and in cases in which only parts of human skeletons or fragmented bone are found). The method for estimating bone length from its fragment length in Indonesian population has not been reported yet. Therefore, in the real case, the estimation of bone length is calculated based on the other population data that usually result on relatively inaccurate result. Based on that reason, an analitic-non-experimental research was executed to get better method for estimating bone length of femur, tibia and humerus from the fragment length in Indonesian Malay (Deuteromalayid) population. The examination was performed on 454 bones that consisted of 158 femur (114 males and 44 females), 125 tibia (90 males and 35 females), and 169 humerus (128 males and 41 females). The measurements of the complete bone lengths and their fragment lengths were based on Steel definition. The analysis of the differences between bone lengths, the fragment lengths and the ratio of the fragmented bone versus the bone length were done between males and females, and between right and left side with two way ANOVA analysis. The analysis was continued with the regression and multiplication factor analysis to find the relationship between these two parameters. The results showed: 1) the male's bone length of femur, tibia and humerus and the fragment length were longer than the female's, except T5 and 1-13 fragments, 2) the male's ratio of the fragmented bones of tibia (T2, T4, and T5) and humerus (HI and H3) to their total length were different from the female's, but for femur, the male's ratio was the same as the female's; 3) the bone length, fragments length and the ratio of the fragmented bone of femur, tibia and humerus on the right side were equal with the left side; 4) regression equations fragment of femur, tibia and humerus can be used for estimating the, bone length, except the male's dan female's T1 and T5 fragments, and the female's H3 fragmen; 5) multiplication factor of fragmented bone of femur, tibia and humerus can be used for estimating the bone length; 6) regression equation is more precise than multiplication factor in estimating the bone length from the fragment length, although, statisticaly, there are no significant differences.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djaja Surya Atmadja, translator
Abstrak :
Dalam penentuan identitas mayat, kerangka atau potongan mayat tidak dikenal perlu dilakukan pengumpulan berbagai data untuk mempersempit kemungkinan tersangka korban. Salah satu data yang ingin dicari adalah tinggi badan. Tinggi badan dapat diperoleh berdasarkan penghitungan dengan rumus regresi yang menghubungkan tinggi badan dengan panjang berbagai tulang panjang. Telah dilakukan pengukuran tinggi badan serta pengukuran panjang tibia dan fibula perkutan pada manusia Indonesia hidup yang terdiri dari 248 pria dan 150 wanita berumur 17 - 30 tahun. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pria Indonesia memiliki tinggi badan rata-rata 165,68 cm ± 6,06 cm, panjang tibia rata-rata 37,18 cm ± 2,17 cm dan panjang fibula 37,16 ± 2,21 cm. Faktor multiplikasi tibia dan fibula terhadap tinggi badan sama yaitu 4,47. Sedang indeks atau ratio T/TB dan ratio F/TB sama yaitu 22,37. Pada wanita Indonesia didapatkan tinggi badan rata-rata 153,72 cm ± 6,24 cm, panjang tibia 34,76 cm ± 2,07 cm dan panjang fibula 34,34 cm ± 1,88 cm. Faktor multiplikasi terhadap tinggi badan tibia adalah 4,43 dan pada fibula 4,48. Ratio T/TB 22,57 dan ratio F/TB 22,32. Rumusan persamaan regresi pada populasi orang Indonesia yang didapatkan adalah sbb.: a. Untuk Pria TB= 82,7996 + 0,8110 T + 1,4191 F  SE= 3,7294 TB= 86,8921 + 2,1195 T  SE= 3,9499 TB= 86,0628 + 2,1427 F  SE= 3,7954

b. Untuk Wanita TB= 76,4840 + 0,2428 T + 2,0034 F  SE= 4,6463 TB= 91,6705 + 1,7849 T  SE= 5,0552 TB= 77,1995 + 2,2283 F  SE= 4,6384 Pengujian ketepatan rumus dalam penerapan pada data 30 pria dan 30 wanita Indonesia menunjukkan bahwa keenam rumus ini menghasilkan penyimpangan kurang dari 1%, lebih kecil dari pada jika digunakan rumus untuk ras Mongoloid lainnya ataupun dengan menggunakan faktor multiplikasi.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daradjatun M.
Abstrak :
ABSTRAK
Laporan pendahuluan dari patah tulang tibia terbuka derajat 3 didapat 5 kasus dengan 2 kasus derajat III A, 2 kasus derajat III B dan 1 kasus derajat III C. Walaupun belum dapat diambil kesimpulan karena belum lengkap jumlah kasus dan waktu yang diperlukan, namun pengamatan sementara dari lima kasus yang mendapat pengobatan Cypro Floxacin 2 x 750 mg maupun 2 x 500 mg secara klinis umum dan lokal dinilai baik.

Perlunya mempercepat penutupan jaringan granulasi dan "Bone expose" oleh tandur alih kulit dan flap serta mengevaluasi kuman yang muncul apakah merupakan nosokomial infeksi atau penyebab osteomyelitis di kemudian hari terutama jenis pseudomonas aerogenosa.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Luthfi
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Strategi koreksi akut pada penyakit Blount menyajikan metode yang lebih praktis dan singkat tanpa memberikan dampak psikososial dan resiko infeksi situs pin. Namun demikian, luaran anatomis pada berbagai derajat deformitas perlu dikaji kembali. Disamping itu, luaran fungsional juga merupakan aspek penting yang belum banyak dilaporkan. Metode: Sampel diambil tahun 2014-2017 dan dibagi menjadi kelompok deformitas ringan-sedang dan deformitas berat. Luaran anatomis dievaluasi berdasarkan Tibiofemoral Angle (TFA) dan Metaphyseal-Diaphyseal Angle (MDA). Rekurensi dinilai satu tahun pasca operasi. Luaran fungsional dievaluasi berdasarkan Lower Extremity Functional Scale (LEFS). Hasil: Terdapat 19 pasien dengan total 31 ekstremitas dan rerata usia operasi 8,19 (±3,10). Pada deformitas ringan-sedang, rerata pre operatif TFA adalah 32,90 (±4,38) dan MDA adalah 24,60 (±6,16). Pada deformitas berat, rerata pre operatif TFA adalah 57,57 (±11,88) dan MDA adalah 45,20 (±16,85). Berdasarkan analisa statistik, tidak didapatkan hubungan bermakna antara derajat deformitas pre operasi dengan luaran post operasi (TFA p=0,147; MDA p=0,327), satu tahun post operasi (TFA p=0,981; MDA p=0,265) dan angka rekurensi (TFA p=0,690; MDA p=0,445). Tidak didapatkan komplikasi neurovaskular maupun sindrom kompartemen post operasi. Rerata LEFS pre operasi adalah 67,00 (±7,95) pada deformitas ringan-sedangan dan 70,08 (±4,35) pada deformitas berat. Sedangkan post operasi adalah 73,85 (±2,73) pada deformitas ringan-sedang dan 75,33 (±2,46) pada deformitas berat. Pembahasan: Luaran anatomis koreksi akut pada deformitas ringan-sedang dan deformitas berat memberikan hasil yang sama baiknya. Angka rekurensi tidak dipengaruhi oleh besarnya deformitas pre operasi. Strategi ini aman diterapkan sepanjang tidak adanya komplikasi neurovaskular dan sindrom kompartemen yang didapatkan. Secara umum didapatkan peningkatan fungsional pada pre dan post operasi pada kedua kelompok.
ABSTRACT Introduction: Acute correction strategy in Blount disease provides more practical technique and shorter monitoring without psychosocial impact and pin site infections. However, the anatomical outcomes in various degree of deformity need more investigation. Moreover, functional outcomes are important aspect that had not widely reported. Method: Samples took in 2014-2017 and divided into mild-moderate deformity and severe deformity group. Anatomical outcomes evaluated from the tibiofemoral angle (TFA) and metaphyseal-diaphyseal angle (MDA). Recurrences were evaluated one year after operation. Functional outcome was evaluated with Lower Extremity Functional Scale. Result: There are 19 patients with total of 31extremity and operation age mean 8.19 (±3.10). In mild-moderate deformity group, the pre-operative TFA mean was 32.90 (±4.38) and MDA was 24.60 (±6.16). In severe deformity group, the pre-operative TFA mean was 57.57 (±11.88) and MDA was 45.20 (±16.85). By statistical analysis, we found no correlation between the pre-operative degree of deformity with outcomes in post-operative (TFA p=0.147; MDA p=0.327), one year after operation (TFA p=0.981; MDA p=0.265) and recurrence rate (TFA p=0,690; MDA p=0.445). There are no post-operative neurovascular and compartment syndrome complication. The pre-operative LEFS score mean was 67.00 (±7.95) in mild-moderate deformity group and 70.08 (±4.35) in severe deformity group. The post-operative mean was 73.85 (±2.73) in mild-moderate deformity group and 75.33 (±2.46) in severe deformity group. Discussion: Anatomical outcomes of acute correction strategy between mild-moderate deformity group and severe deformity group show equal good result. Recurrence rate were not related by pre-operative degree of deformity. The acute correction was a safe strategy since there were no neurovascular and compartment syndrome complication founded in this study. Generally, the functional state was increase from pre to post-operative in two groups.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
Abstrak :
Pengukuran panjang badan penting dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengukuran panjang badan anak usia di bawah 24 bulan seringkali kurang akurat. Sekitar 60-70 kesalahan pengukuran panjang badan disebabkan oleh faktor dari anak itu sendiri, terutama dalam hal pergerakan tubuh. Pengukuran pengganti dibutuhkan saat pengukuran panjang badan biasa tidak dapat dilakukan. Penelitian dengan desain studi cross-sectional ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi panjang badan anak usia 0-23 bulan berdasarkan panjang ulna dan tibia dengan menggunakan regresi linier. Sebanyak 153 orang anak laki-laki dan 153 orang anak perempuan yang berasal dari beberapa posyandu di Kelurahan Kebon Pala dilibatkan dalam penelitian ini selama bulan Mei-Juni 2018. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang sangat kuat antara panjang ulna kanan dengan panjang badan laki-laki r=0.908, perempuan r=0.922, panjang ulna kiri dengan panjang badan laki-laki r=0.904, perempuan r=0.922 serta panjang tibia kanan dengan panjang badan laki-laki r=0.922, perempuan r=0.938, dan panjang tibia kiri dengan panjang badan laki-laki r=0.924, perempuan r=0.937. Panjang ulna dan tibia dapat menjadi prediktor yang baik untuk memprediksi panjang badan, diperlukan penelitian lanjutan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas rumus model prediksi yang dihasilkan, serta uji coba pengaplikasian rumus prediksi untuk menilai apakah rumus dalam penelitian ini dapat mengidentifikasi stunting pada anak. ......Length measurement is important in monitoring the growth and development of children. Length measurement in children under 24 months are frequently measured incorrectly. About 60 70 error of length measurement caused by the child factors, especially the movement of child. Surrogate anthropometric measurements are required when the actual length measurement is unobtainable and unreliable. This cross sectional study aims to develop length prediction model in children aged 0 23 months from ulna and tibia length by using liner regression. 153 boys and 153 girls aged 0 23 months from several integrated children health center in Kebon Pala Village from May June 2018. The result of this study showed that there are very strong correlation between right ulna length and body length boys r 0.908, girls r 0.922 left ulna length and body length boys r 0.904, girls r 0.922 right tibia length and body length boys r 0.922, girls r 0.938 and left tibia length boys r 0.924, girls r 0.937. Ulna and tibia length can be good predictors for predicting body length, but it needs a further study to test the validity and reliability of the prediction model formulas from this study, and test of application prediction formulas to assess whether the formulas in this study can be used to identify stunting in children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wong Winami Wati
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian antropometri di Jakarta pada 40 laki-laki dewasa muda Cina Indonesia, 40 laki-laki dewasa muda Jawa, 40 laki-laki dewasa muda Flores dan 40 laki-laki dewasa muda Papua yang semuanya menetap di Jakarta. Parameter antropometri yang diukur adalah tinggi badan (vertex-base), panjang lengan atas/humerus (acromion-radiale), panjang lengan bawah(radius (radiale-stylion), panjang tungkai atas/femur (Trochanterion-tibiale) dan panjang,tungkai bawah/tibia (tibiale-sphyrion). Pengukuran dilakukan dengan metode pengukuran Martin dengan antropemetri Martin. Data diolah untuk mendapatkan faktor multiplikasi (Fm) dan ratio pada setiap kelompok, nilai rata-rata dan simpang bakunya, kemudian dilakukan perbandingan diantara kelompok menggunakan test anova dengan tingat kemaknaan 5% atau nilai p < 0,05. Hasil penelitian menunjukan adanya persamaan (tidak berbeda bermakna) diantara orang Cina, Jawa dan Flores pada tinggi badan, panjang lengan atas (hunters), panjang lengan bawah (radius), panjang tungkai atas (femur) dan panjang tungkai bawah (tibia). Tetapi terdapat sedikit perbedaan pada ukuran lengan bawah (radius) antara laki-laki Jawa dan Flores. Tinggi badan dan panjang tungkai atas (femur) kelompok Papua (kelompok melanesoid) berbeda secara signifikan dari kelompok Cina, Jawa dan Flores (kelompok Mongoloid) sedangkan panjang lengan atas (humersu), lengan bawah(radius dan tungkai bawah (tibia) semuanya sama (tidak berbeda secara signifikan). Kelompok Papua (kelompok melanesoid) berbeda secara signifikasi dengan kelompok Flores, Jawa dan Cina ( kelompok mongoloid) pada : 1. Faktor multiplikasi radius (lengan bawah) dan tibia (tungkai bawah); 2. Ratio radius ( lengan bawah), femur (tungkai atas) dan tibia (tungkai bawah). Hubungan panjang tulang-tulang panjang terhadap tinggi badan dijabarkan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Kelompok Mongoloid Indonesia : (WHmo) TB = 99,467 + 2,083 HSE : 5,705r : 0,467 (WRmo) TB = 102,964 + 2,457 R. SE : 4,475 r : 0,720 (WFmo) TB = 103,804 + 1,364 FSE : 5,131r : 0,606 (WTmo} TB = 96,939 + 1,981 TSE : 4,832r : 0,663 Kelompok Melanesoid Indonesia : (WHme) TB = 119,300 + 1,398 H SE : 4,103 r : 0,440 (WRme) TB = 126,803 + 1,401 R SE : 4,216 r : 0,385 (WFme) TB = 143,760 + 0,414 FSE : 4,312r : 0,330 (WTme) TB =114,325+ 1,378 TSE : 4,072r : 0,454 Pengujian ketepatan rumus dalam penerapan pada 30 orang laki-iaki Indonesia yang terdiri atas 25 orang Mongoloid Indonesia dan 5 orang Melanesoid Indonesia menunjukkan bahwa rumus yang diperoleh menghasilkan penyimpangan tinggi badan kurang lebih 1%. ......An anthropometric study was conducted in Jakarta in 2002 on 40 young adult males of Indonesia Chinese, 40 young adult males of Javanese, 40 young adult males of Flores and 40 young adult of males of Papua. Anthropometric parameters taken were body height (base-vertex), upper arm length/humerus (acromiale-radiale), lower arm length/radius (radiale-stylion), thigh length/femur (trochanterion-tibiale), shank lengthltibia (tibiale-sphyrion). Measurement was carried out according to Martin's method using Martin's Anthropometer. The measurement was computed to obtain: the multiplication factors (MF) and ratios of parameter pairs, means and their standard deviation values. Comparisons between the groups were analyzed using student anova test with the 5% significance level or p value < 0.05. Result of computation showed the homogeneity (non significant different) among Chinese', Javanese' and Flores's body height (base-vertex), upper arm length/humerus (acromiale-radiale), lower arm length (radius)(radiale-stylion), thigh/femur (trochanterion- tibiale) and shank lengths (tibia) /tibiale-sphyrion. But there was a slight heterogeneity in lower arm length/radius measures between Flores and Javanese male. Body height and thigh(femur) length of Papua group (melanesoid group) differed significantly from those of Chinese, Javanese and Flores groups ( mongoloid groups), while upper arm (humerus) length, lower arm (radius) length and shank (tibia)length were all homogenous (did not differ significantly). Papua group (melanesoid group) differed significantly with Flores, Javanese and Chinese groups (mongoloid groups) in: 1. Multiplication Factors of radius (lower arm) and tibia (shank), 2.Ratios of radius (lower arm), of femur (thigh) and of tibia (shank). Relationship of long bones of upper and lower extremities and body height was formulated as shown below: Male Mongoloid Group (Chinese, Javanese and Flores populations) (WHmo) Bodyheight= 99.467 + 2.083H SE:5.705 r.0.467 (WRmo) Bodyheight= 102.964 + 2.457R SE:4.475 r.0.720 (WFmo) Bodyheight= 103.804 + 1.364F SE:5.131 r.0.606 (WTmo) Bodyheight= 96.939 + 1.981T SE:4.832 r.0.663 Male Melanesoid (Papua) (WHme) Bodyheight= 119.300+ 1.398H SE:4.103 r.0.440 (WRme) Bodyheight= 126.803+ 1.401R SE:4.216 r.0.385 (WFme) Bodyheight= 143.760+ 0.414F SE:4.312 r.0.330 (WTme) Bodyheight= 114.325+ 1.378T SE:4.072 r.0454 Application test of these formulas on 30 individuals consisting of 25 Indonesian' mongoloids and 5 Indonesian melanesoids showed that the formulas give the deviation of body height of less than 1°%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T9970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natashya Vania
Abstrak :
Implantasi tulang merupakan proses penggantian tulang yang rusak untuk membantu proses perbaikan tulang. Material implantasi tulang yang digunakan adalah komposit HA/kolagen. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi implantasi tulang tibia kelinci selama 28 hari untuk mempelajari pengaruh komposit HA/kolagen pada tulang defek diberi implan dan tulang defek yang tidak diimplan. Pada penelitian ini menggunakan kelinci New Zealand dengan berat 3,0-3,5 kg dan berumur 7 bulan. Tulang kelinci dikelompokkan menjadi 3 yaitu tulang kontrol (defek tulang tanpa diimplan), tulang perlakuan (defek tulang dengan diimplan) dan tulang sehat. Preparasi tulang diamati menggunakan mikroskop digital dengan perbesaran 10x, 20x, 40x, dan 100x. Citra mikroskop tulang diolah dalam Image J untuk mendapatkan nilai profil dan histogram. Berdasarkan analisis olah citra diperoleh pada kelompok tulang perlakuan terdapat regenerasi tulang, dilihat nilai mean dan standar deviasi sampel 1 dengan nilai 158,481 ± 45,856 sampel 2 dengan nilai 136,238 ± 43,613 dan sampel 3 dengan nilai 139,864 ± 44,542. Keadaan tersebut terjadi karena adanya proses jalinan hidroksiapatit pada kolagen didalam komposit sehingga terjadi remodelling mendekati dengan tulang sehat. Pada bagian implan dengan tulang baru terjadi resorpsi dan deposit kalsium fosfat sehingga pada area tersebut menimbulkan bagian yang sedikit buram. ......Bone implantation is a process of replacing damaged bone to help the bone repair process. The bone implant material used is a Ha/collagen composite. Evaluation of tibial implantation in rabbits was carried out for 28 days to study the effect of the Ha/collagen composite on implanted defective bones and non-implanted defective bones. In this study used New Zealand rabbits weighing 3.0-3.5 kg and 7 months. Rabbit bones were grouped into 3 groups ; control bones (defects without implants), treatment bones (defects with implants) and healthy bones. Bone preparations were observed using a digital microscope with magnifications of 10x, 20x, 40x, and 100x. Bone microscope images are processed in Image J to obtain profile and histogram. There is the treated bone group bone regeneration, from the mean and standard deviation of sample 1 with a value of 158.481 ± 45.856 sample 2 with a value of 136.238 ± 43.613 and sample 3 with a value of 139.864 ± 44.542. This situation occurs because of the hydroxyapatite bonding process on the collagen in the composite so that remodeling occurs close to healthy bone. In the implant area with new bone, there is resorption and deposition, that the area causes a blurry.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library