Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Sultoni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Fajar Trianto
Abstrak :
Latar Belakang : Monosodium glutamat (MSG) mengandung glutamat yang apabila terakumulasi akan mengakibatkan kerusakan berbagai sel dan organ, salah satunya adalah sel Leydig. Sel Leydig memiliki kemampuan regenerasi setelah mengalami kerusakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan regenerasi sel Leydig tikus dewasa yang rusak akibat pajanan MSG. Metode : Penelitian ini menggunakan 27 ekor tikus putih jantan strain Sprague Dawley usia 10-12 minggu yang dibagi menjadi 9 kelompok. Kelompok kontrol (K) diberikan aquadest 1,5 ml, kelompok PI diberikan MSG 4g/kgBB, dan kelompok PII diberikan MSG 6g/kgBB. Perlakuan diberikan secara oral selama 30 hari. Dari masing-masing perlakuan akan dibagi menjadi kelompok yang dimatikan 1 hari, 14 hari, dan 28 hari pasca perlakuan terakhir dihentikan. Testis kanan dan hipofisis dibuat sajian histologi menggunakan pewarnaan HE dan PAS. Parameter yang diamati adalah jumlah sel Leydig, sel berinti lonjong intersisial tubulus seminiferus, dan sel basofil adenohipofisis. Hasil : Peningkatan dosis MSG menyebabkan penurunan jumlah sel Leydig, serta peningkatan jumlah sel berinti lonjong intersisial tubulus seminiferus yang diduga merupakan sel progenitor Leydig. Pajanan MSG juga menyebabkan penurunan jumlah sel basofil adenohipofisis. Setelah pajanan MSG dihentikan selama 14 hari dan 28 hari, tejadi peningkatan jumlah sel Leydig, penurunan jumlah sel berinti lonjong, dan peningkatan jumlah sel basofil. Kesimpulan : Sel leydig memiliki kemampuan regenerasi yang berlangsung antara 14 hingga 28 hari setelah penghentian pajanan MSG. ......Background : Monosodium glutamate (MSG) contains glutamate which if accumulated will result in damage to various cells and organs, one of which in the Leydig cells. Leydig cells had the ability to regenerate after damage. This study aims to investigate the Leydig cells regeneration of adult male rats after cessation of MSG exposure. Methods: This study was performed on twenty-seven Sprague Dawley male rats (10-12 weeks old). They were divided into 9 groups. Control group (K) was given aquadest 1,5ml/day and two treated groups (PI and PII ) were given MSG 4g/kgBB and 6 g/kgBB. Treatment was given orally during 30 days. Each group was then divided into three groups that were sacrificed 1 day, 14 days and 28 days after the last treatment. Histological preparations of the right testes and pituitary was studied using HE and PAS staining, respectively. The number of Leydig and oval nucleated cells of the seminiferous tubules interstitial as well as basophil cells of adenohypophysis were observed. Result : Monosodium glutamate exposure caused a dose-dependent decrease in the number of Leydig cells and an increase in the number of oval nucleated cells. It was suggested that the oval nucleated cells were leydig progenitor cells. Monosodium glutamate exposure also caused a decrease in the number of basophil cells of adenohypophysis. After cessation of MSG for 14 and 28 day, there was an increase in the number of Leydig cells, a decrease in the number of oval nucleated cells and an increase the number of basophil cells. Conclusion : Leydig cells had the ability to regenerate and the regeneration took place between 14 and 28 days after cessation of MSG exposure.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Sari Agustina
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuntikan perasan buah Averrhoa carambola L. secara intravena terhadap elektrokardiogram tikus. Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih betina (Railus norvegicus) strain LMR Wistar derived yang dibius dengan uretan secara intraperitoneal. Dalam peneitian dibuat enam kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol murni (I), kontrol pelarut (II), perasan murm (Ill), perasan mumi : akuabidestilata konsentrasi 1:1, 1:2, 1:3 (IV, V. VI). Dosis yang disuntikkan sebanyak 1 ml! 100 g berat hewan. Aktivitas lisirik dan frekuensi denyut jantung dicatat dengan elektrokardiograI Elektrokardiogram dicatat pada memt ke-0, 10, 20, 40, 60, 80, 100, dan 120 setelah perlakuan. Dibuat grafik rata-rata nilai perubahan frekuensi denyut, besar - tegangan gelombang P, R, T, dan interval P-R, QRS, Q-T dari keenam kelompok perlakuan pada setiap waktu pengamatan. Hasil yang diperoleh untuk kelompok kontrol murni menunjukkan frekuensi denynt jantung, besar tegangan gelombang P. R, T, dan interval P-R, QRS, dan Q-T tidak mengalanii perubahan yang nyata sampai akhir pengukuran. Untuk kelompok dengan perlakuan teijadi peningkatan frekuensi denyutjantung dan pemendekan waktu depolaiisasi dan repolanisasi ventrikel.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
Abstrak :
Obat BC telah dipasarkan sebagai suplemen herbal yang memiliki efek menjaga sirkulasi darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian obat BC secara oral pada tekanan darah arteri rata-rata (TDAR) tikus jantan dan betina. Tikus dibagi dalam 8 kelompok, 4 kelompok jantan dan 4 kelompok betina, serta tiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Semua kelompok tikus diinduksi hipertensi selama 4 minggu dengan pemberian NaCl 3.75 g/kg berat badan secara oral, kecuali kelompok kontrol. Pada minggu ketiga induksi hipertensi, selama 14 hari 2 kelompok tikus jantan dan betina diberikan obat BC secara oral, dosis yang digunakan adalah 61.092 mg/200 g berat badan (Dosis 1), 122.184 mg/200 g berat badan (Dosis 2) dengan pelarut CMC(Carboxy Methyl Cellulose ) 0,5 %. Kelompok lainnya hanya diberi pelarut CMC 0,5%. Tekanan darah arteri rata-rata (TDAR) diukur dengan metode langsung menggunakan manometer air raksa. Pada tikus jantan dosis 1 menurunkan TDAR sebesar 33,2 mmHg dan dosis 2 menurunkan TDAR sebesar 48 mmHg. Pada tikus betina dosis 1 menurunkan TDAR sebesar 30 mmHg dan dosis 2 menurunkan TDAR sebesar 35,6 mmHg. Obat BC dapat menurunkan TDAR.
BC drug is already on the market as herbal supplement, which effect is to maintain blood circulation. The aim of this study is to examine the effects of orally administered BC drug on white male and female rats mean arterial blood pressure (MAP). Rats were grouped in 8 groups, 4 groups of male rats and 4 groups of female rats, and each group consisting of five rats. All groups of rats were induced hypertension for 4 weeks with NaCl 3,75 g/kg body weight by orally administered, except control groups. On the third week of induced hypertension, for 14 days 2 groups of male and female rats are orally administered with BC drug, the dosages of BC drug were 61.092 mg/200 g body weight (Dose 1), 122.184 mg/200 g body weight (Dose 2) dissolved in CMC 0,5% (Carboxy Methyl Cellulose). The other groups are orally administered with CMC 0,5% as comparative groups. Rats mean arterial blood pressure (MAP) was measured with direct method using mercury manometer. On white male rat, BC drug dose 1 can reduce MAP 33,2 mmHg and dose 2 reduce MAP 48 mmHg. On white female rat, BC drug dose 1 can reduce MAP 30 mmHg and dose 2 reduce MAP 35,6 mmHg. BC drug can reduce white rat MAP.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33038
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Magdalena
Abstrak :
ABSTRAK
Studi pendahuhian untuk melihat efek diuretik ekstrak buah Ananas comosus L. terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar telah dilakukan. Pencekokan diberikan dengan larutan kontrol dan dengan perbandingan dosis larutan murni : akuabidestilata 1: 3, ! 2, 1 : I clan I : 0 I ml/1 00 g berat badan. Pengaruh pencekokan terhadap volume urin dapat diketahul 6 jam sesudah pencekokan. Uji statistik terhadap hasH percobaan menunjukkan bahwa ekstrak buah Ananas cotnosus dengan dosis larutan murni akuabidestilata 1 2, 1 mI/i 00 g berat badan tidak mempengaruhi volume total urin, tetapi dosis larutan murni : akuabidestilata I 3 I mlIIOO g berat badan meningkatkan volume total i.win. Dengan demikian Ananas cornosus dengan konsentrasi tersebut mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar.
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Febrina
Abstrak :
Jambu mede (Anacardium occidentale Linn.) digunakan dalam pengobatan tradisicnal di Indonesia karena khasiatnya yang beraneka ragam. Salah satu khasiat jambu mede adalah sebagai analgesik. Beberapa jamu pegal linu yang beredar di pasaran juga menggunakan daun Jambu mede sebagai salah satu kompónennya. Pada percQbaan terdahulu (23) pemeriksaan efek analgesik infus daun j ambu mededilakukan pada mencit dengan metode hot-plate. Data ilmiah yang menuniang khasiat analgesik daun j ambu mede masih dirasakan kurang. Karena itu peneliti ingin melakukan pemeriksaan pada tikus putih. Dalam penelitian dilakukan pula pemisahan antara daun yang muda dan daun yang tua untuk mengetahui daun -mana yang iebih kuat memberikan efek analgesik, sebab pada penelitian yang terdahuludigunakan campuran keduanya Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui apakah daun jambu mede mempunyai efek analgesik. Selain itu Juga untuk mengetahui daun mana yang lebih kuat sebagai analgesik. Metode yang digunakan adalah metode rat tail-flick menurut D'Amour dan Smith dengan alat analgesimeter. Sebagai zat pembanding digunakan Dipiron dengan dosis 300 mg per kg B. Pemberian obat dilakukan peroral dan efek analgesik ditentukan berdasarkan perpanjangan waktu reaksi tikus terhadap rangsang nyeri sampai menit ke-300 setelah petnberian obat. Hasil pengukuran dan analisis statistik menunjukkan baha efek analgesik infus daun muda lebih kuat daripada iflfL(S daur) tua. Pada infus daun muda, efek analgesik terlihat pada pernberian dosis 600 mg per 200 gr BB terutama pada menit ke-60 5 905 dan 120. Pecnberian infus daun muda dengan dosis 1200 mg per 200 g BB rnemperlihatkan efek analgesik sampai menit ke-300 Sedangkan pemberian infus daun muda dengan dosis 300 mg per 200 g BB, tidak mernperlihatkan efek analgesik yang berarti dari menit ke-30 sampai men-it ke-300 setelah pemberian. Bila dibandingkan dengan obat analgesik Dipiron5 ternyata efek analgesik infus daun j ambu rnede lebih lemah.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mely Jamilah
Abstrak :
Gout merupakan penyakit metabolik yang menyebabkan kadar asam urat darah melebihi batas normal. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan nilai LD50 ekstrak air herba Akar Kucing ( Acalypha indica Linn.) dan pengaruhnya terhadap kadar asam urat dalam darah. Pada penentuan nilai LD50, 20 ekor mencit dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Mencit-mencit ini diamati selama 24 jam. Hasil menunjukkan bahwa nilai LD50 dari ekstrak air herba Akar Kucing adalah 8,1329 g/kg bb. Pada uji khasiat ekstrak air herba Akar Kucing digunakan 36 tikus jantan yang dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok I, II dan III masing-masing diberi ekstrak air herba Akar Kucing dengan dosis 1,35 g/200 g bb; 2,7 g/200 g bb; and 5,4 g/200 g bb per hari. Sedangkan kelompok IV, V dan VI merupakan kelompok kontrol pembanding (alopurinol), perlakuan dan normal. Perlakuan diberikan selama 7 hari. Pada hari ke-8, semua kelompok (kecuali kontrol normal) diinduksi dengan kalium oksonat satu jam sebelum perlakuan. Dua jam setelah diinduksi, sampel darah diambil dan diukur. Penetapan kadar asam urat menggunakan metode kolorimetri enzimatik. Hasil menunjukkan dosis 2,7 g/200 g bb dan dosis 5,4 g/200 g bb per hari dapat menurunkan kadar asam urat secara bermakna (p<0,05). ......Gout is a metabolic disease that can cause much uric acid level in blood. The purpose of this research was to determinated LD50 level in the water extract of Akar Kucing (Acalypha indica Linn.) herb and it influence to uric acid level. In determinate LD50, 20 mice were randomly divided into 4 dose groups. The dosed animals were observed during 24 hour. Result show that LD50 of the water extract of Akar Kucing herb is 8,1329 g/kg body weight. In the observation about the influence of the water extract of Akar Kucing herb, 36 male rats were randomly divided into 6 groups. Group I, II, and III received 1,35 g/200 g; 2,7 g/200 ; and 5,4 g/200 g body weight per day of the water extract of Akar Kucing herb. While group IV, V, and VI are group comparing (alopurinol), treatment, and normal control. This treatment was given for 7 day. In the 8 day, all group (except normal group) were injected with potassium oxonate 1 hour before drug administration. After 2 hours from injection of potassium oxonate, blood samples were collected and determinated. The determination was used colorimetric enzymatic method. Result showed that dose 2,7 g/200 g and dose 5,4 g/200 g rat per day has significant effect to reduce uric acid level (p<0,05).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32729
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Akar kucing (Acalypha indica Linn) dan rosella (Hibiscus sabdariffa L) adalah tanaman yang secara empiris telah digunakan untuk menurunkan kadar asam urat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi dosis efektif dari kedua tanaman tersebut dalam menurunkan kadar asam urat darah pada tikus putih jantan yang hiperurisemia. Kondisi hiperurisemia didapatkan dengan memberikan inhibitor urikase yaitu kalium oksonat 50 mg/200 g bb. Sebanyak 24 tikus putih jantan galur Sprague Dawley berumur 2 bulan dengan bobot kurang lebih 200 gram yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam 6 kelompok. Kelompok I, II, dan III diberikan kombinasi yaitu rosella 0,216 g dan akar kucing 5,4 g/200 g bb; rosella 0,432 g dan akar kucing 5,4 g/200 g bb; rosella 0,864 g dan akar kucing 5,4 g/200 g bb. Kelompok IV sebagai kontrol pembanding diberikan allopurinol 54 mg/200 g bb, kelompok V sebagai kontrol induksi dan kelompok VI sebagai kontrol negatif diberikan CMC 0,5%. Kadar asam urat diukur dengan metode kolorimetri enzimatik pada panjang gelombang 520 nm. Hasil menunjukkan bahwa dosis yang optimal dalam menurunkan kadar asam urat darah adalah kombinasi rosella 0,864 g/200 g bb dan akar kucing 5,4 g/200 g bb, tetapi efektivitasnya masih lebih rendah dari allopurinol.
ABSTRACT
Akar kucing (Acalypha indica) and rosella (Hibiscus sabdariffa L.) were the plants empirically used for decreasing uric acid levels. The purpose of this study was to determine the effective dose combination of two plants to reduce uric acid levels on hyperuricemia male rats. Hyperuricemia was induced by 50 mg/200 g an inhibitor uricase, potassium oxonate . Twenty four Sprague Dawley rats, weighing 200 g were used and divided into 6 groups. Group I,II, and III received combination of 0,216 g rosella and 5,4 g/200 g akar kucing; 0,432 g rosella and 5,4 g/200 g akar kucing; 0,864 g rosella and 5,4 g/200 g akar kucing. Group IV as a control comparison received allopurinol 54 mg/200 g , group V as control of induction and group VI as a negative control received CMC 0,5%. Level uric acid were measured by colorimetry enzymatic method on 520 nm wavelengths. The result showed that the optimal dose combination to decrease blood uric acid levels was a 0,864 g/200 g rosella and 5,4 g/200 g akar kucing but its effectivity was still lower than allopurinol.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S761
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Okvitasari Purbowati
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh campuran ekstrak tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan. Tikus dikelompokkan menjadi delapan kelompok. Kelompok kontrol normal tidak diinduksi aloksan dan diberi larutan Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Kelompok lainnya diinduksi aloksan dosis 100 mg/kg bb secara intraperitoneal dan masing-masing diberi larutan CMC (kelompok kontrol negatif), Glibenclamide® (kelompok kontrol positif), ekstrak binahong dosis 250 mg/kg bb (kelompok perlakuan ekstrak binahong), ekstrak sambiloto dosis 500 mg/kg bb (kelompok perlakuan ekstrak sambiloto), dan campuran ekstrak dosis 750 mg/kg bb (kelompok perlakuan campuran ekstrak dosis 1); dosis 375 mg/kg bb (kelompok perlakuan campuran ekstrak dosis 2); serta dosis 187,5 mg/kg bb (kelompok campuran ekstrak dosis 3). Pemberian bahan uji dilakukan secara oral selama 21 hari berturut-turut. Hasil uji Kruskal-Wallis dan Anava 1-faktor (P < 0,05) menunjukkan bahwa ketiga dosis campuran ekstrak berpengaruh nyata terhadap penurunan rerata kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah terbesar dicapai oleh kelompok dosis 750 mg/kg bb dengan rerata kadar glukosa darah mendekati nilai kelompok normal, yakni pada hari ke-15 sebesar 121,36 mg/dl dan pada hari ke-22 sebesar 85,37 mg/dl. ......The research was done in order to determine the effect of a mixture of extract binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) and sambiloto (Andrographis paniculata Nees) on blood glucose levels of male white rats (Rattus norvegicus L.). The male rats were divided into eight groups. Normal control group was not induced alloxan and given Carboxy Methyl Cellulose (CMC) solution. The others were induced alloxan at dose of 100 mg/kg body weight intraperitoneally and each of them was given CMC solution (negative control group), Glibenclamide® (positive control group), binahong extract at dose of 250 mg/kg body weight (binahong group), sambiloto extract at dose of 500 mg/kg body weight (sambiloto group), and mixture extract at dose of 750 mg/kg body weight; 375 mg/kg body weight; and 187,5 mg/kg body weight. The test materials were administrated for 21 consecutive days orally. The result of this experiment showed that statistically both single and mixture extract could decrease blood glucose levels significantly (P < 0,05). The highest decrease of blood glucose levels was achieved by the mixture extract at dose of 750 mg/kg body weight with an average value of blood glucose level 121,36 mg/dl (14 days after treatment) and 85,37 mg/dl (21 days after treatment).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S828
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library