Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Lendi Irawan
Abstrak :
Berkembangnya minimarket secara tidak langsung mengganggu perkembangan toko kelontong. Padahal Islam menegaskan pentingnya persaingan yang sehat dalam suatu pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan omset toko kelontong di Kelurahan Jatibening Baru pada saat sebelum dan sesudah berkembangnya minimarket. Sampel dalam penelitian ini adalah 20 toko kelontong di daerah Jatibening Baru Bekasi. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon dengan sampel berpasangan. Pada penelitian ini ditemukan fakta bahwa kondisi usaha toko kelontong berkembangnya minimarket mengalami penurunan omset sebesar 30 juta per bulan. Untuk menjaga agar usaha kelontong dapat bersaing secara maksimal dengan minimarket diperlukan pembenahan toko kelontong dalam segala aspek.
The expansion of mini-market has indirectly influenced the expansion of dime store. Meanwhile, Islam emphasizes the importance of healthy competition in the market. This study aims to examine the comparison of dime store's turnover before and after the expansion of mini-market in Jatibening Baru Bekasi municipality. A total number of 20 dime stores in Jatibening Baru Bekasi were selected as the samples. Quantitative method used in this analysis was Wilcoxon test with pair samples. This study figured out that the dime store's turnover has declined by 30 million rupiah per month after the expansion of mini-market. In order to keep the dime store being competitive with mini-market, the dime store needs to be straightened up in all aspects.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinni Septianingrum
Abstrak :

Tegal memiliki kondisi TPA yang sudah overcapacity dengan 80% dari total sampah yang berakhir di TPA. Toko kelontong turut berkontribusi dalam jumlah timbulan sampah di TPA walaupun hanya merupakan usaha mikro. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kondisi eksisting dan persepsi toko kelontong, kebijakan persampahan, dan model bisnis toko kelontong berdasarkan ekonomi sirkular. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis statistika deskriptif, EPR, dan CEM. Hasil analisis menunjukkan karakteristik pengelolaan sampah masih linear dan berakhir di TPA (96%) karena tiga faktor yaitu fasilitas, waktu dan mitra pengolahan bank sampah. Persepsi pemilik toko kelontong masih rendah dengan nilai indeks hanya 66% terutama untuk aspek optimalisasi material sampah. Kebijakan juga belum sepenuhnya mendukung tanggung jawab produsen dalam pengelolaan sampah mandiri, dan hanya berfokus pada pemerintah sebagai aktor utama pengelolaan sampah. Model bisnis toko kelontong menggunakan ekonomi sirkular mampu mengurangi timbulan sampah di TPA karena sebanyak 85,78 ton/tahun sampah yang dapat terkelola. ......Tegal has overcapacity landfill conditions with 80% of the total waste ending up in landfill. Grocery stores contribute to waste generation, even though they are only micro businesses. This study aims to analyze the existing conditions and perceptions of grocery stores, waste management policies, and grocery store business models based on a circular economy. The approach used quantitative descriptive statistical, EPR, and CEM analysis methods. The results show that the characteristics of waste management are still linear and end up in landfill (96%) due to three factors; facilities, time, and waste bank processing partners. The perception of grocery store owners is still low, the index value of only 66%, especially for optimizing waste materials. Policies also do not fully support independent producers' responsibilities for waste management and only focus on the government. The grocery store business model using the circular economy can reduce 85.78 tons/year of waste generation at landfills.

 

Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan. Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bundi Ridzkiaditya
Abstrak :
ABSTRACT
Dengan pertumbuhan minimarket yang semakin pesat membuat keberadaan toko kelontong dan warung kecil semakin terancam. Salah satu masalah yang dihadapi oleh para pemilik toko kelontong adalah persebaran minimarket yang tidak memperhatikan jarak dan lokasi, sehingga banyak minimarket yang jaraknya dekat, hingga yang letaknya bersebelahan dengan toko kelontong. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh minimarket terhadap toko kelontong, beserta dengan apakah jarak antara kedua jenis toko tersebut mempengaruhi keberadan toko kelontong. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik dan cross tabulation dalam pengolahan data. Dari hasil pengolahan data, keberadaan minimarket tidak mempengaruhi keberlangsungan toko kelontong. Walaupun hasil metode kuantitatif tidak membuahkan hasil, analisis lapangan mampu memberikan hasil yang berhubungan dengan perilaku konsumen menjadi faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan toko kelontong untuk bertahan setelah adanya persaingan ketat dari minimarket.
ABSTRACT
The rampant growth of minimart causes a serious threat for the existence of small shops and general stores. One of the main problems that general stores have to face is that minimart growth spreads unevenly without considering the proximity and location within the general stores area, causing many minimarts located close to, or even next to the general stores. The purposes of this research are to look at the effects of minimart presence towards general stores existence, as well as the effects of distance between minimart and general stores towards the general stores itself. This research uses logistic regression method and cross tabulation method to process the data and obtaining the result. The result is that there are no effects on minimart presence towards general stores existence. Even though data analysis won rsquo t give us significant result, field research shows that consumer behavior affects how well the general store will thrive after the presence of minimart.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Mahaendra Djaja
Abstrak :
Permasalahan utama antara ritel modern (minimarket, supermarket dan hypermarket) dan ritel tradisional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta adalah lokasi, di mana ritel modern dengan kekuatan modalnya yang luar biasa berkembang begitu pesat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi ritel tradisional yang sudah lebih dulu berada di lokasi tersebut. Menurut Guy (1999), keberadaan minimarket yang lokasinya tidak jauh dari perumahan penduduk telah menarik minat penduduk untuk berbelanja di minimarket. Faktanya, hal tersebut menjadi alasan masyarakat memilih minimarket menjadi tempat berbelanja, sehingga membentuk suatu persepsi atau pandangan terhadap minimarket tersebut. Ketertarikan konsumen yang paling utama terhadap minimarket adalah pada lokasinya, misalkan kemudahan untuk dijangkau dan yang terpenting adalah posisinya yang harus strategis. Oleh karena itu, lokasi sangat mempengaruhi resiko dan keuntungan suatu tempat usaha secara keseluruhan (Berman dan Evans, 2004). DPW Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DKI Jakarta (2009) mengatakan bahwa menjamurnya ritel modem dalam hal ini minimarket di DKI-Jakarta--menyebabkan omset pasar atau ritel tradisional seperti toko kelontong serta warung makin merosot. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Perkonomian Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa pertumbuhan minimarket mengalami peningkatan dari tahun 2007 - 2009. saat dikeluarkannya instruksi gubemur No.1 15 Tahun 2006 tentang Penundaan Sementara Perizinan Minimarket. Berdasarkan lokasinya ritel modern (minimarket) melanggar ketentuan jarak yang ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) No 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta. Dalam Perda jelas diatur, jarak antara pasar ritel modern dan ritel tradisional yang ada di lingkungan mulai dari 0,5 kilometer (km) untuk pasar ritel dengan luas 200 meter persegi (m2) namun kenyataannya lokasi ritel moderen tersebut banyak dijumpai memiliki jarak yang kurang dari 0,5 km dari ritel tradisional (toko dan warung kelontong) sehingga mengakibatkan dampak negatif terhadap kinerja ritel tradisional (toko kelontong dan warung) yang terlihal dari indikator menurunnya: omzet, jumlah pembeli per hari, jumlah pembelian per konsumen, Rata-rata Marjin, Rata-rata Keuntungan, Jumlah Produk yang dijual, Nilai total produk dan Rata-rata nilai belanja produk perhari. ......The main problem among modern retail and traditional retail especially in the Urban is location. With it's power, modern retail could be spread out fastly in location where is close to the traditional retail which found before modern retail. According to Guy (1999), location of modern retail (minimarket) was closed to the settlement has been making interest to the people who was shopping at the modern retail (minimarket). In fact, that was as the reason why the people choose the modern retail for shopping, it will built the perception and opinion about it. The main consumer interested to the modern retail (minimarket) is location, especially strategic of it location. Because, it could be make risk and benefit market place as whole (Berman and Evans, 2004). APPSI DKI Jakarta said, the spread out of modern retail (minimarket) result in the omzet of traditional retail was diminishing. Based on the data from Economic Bureau of DKI Jakarta Province, at 2007 - 2009 the growth of modern retail (minimarket) was increased while the regulation of the postponed modern retail permit was launched (instruksi gubernur No. 115 tahun 2006). Many of modern retail was break the law in it's distance that determined by government regulation No 2 Tahun 2002. In that regulation has been arranged with clear about distance between modern retail with 200 m2 wide and traditional retail has 0,5 km. In fact, modern retail location has distance less than 0,5km from traditional retail with the result that negative impact of traditional retail performance which he seen at the diminishing indicator of omzet; number of buyer per day, number of purchaser per consumer, margin average, benefit average, number of sold product, value of total product and average of product shopping value per day.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27625
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Viviani Riskiana
Abstrak :
ABSTRAK
Perilaku pembelanja kini mulai bergeser ke ritel modern dan bermunculannya berbagai produk wafer, namun Tango masih yakin dengan adanya peluang untuk terus mengembangkan ritel tradisional khususnya toko kelontong yang memiliki peran penting dalam menentukan keputusan pembelian suatu produk karena toko merupakan media paling dekat dengan konsumen akhir. Solusi yang diambil adalah memaksimalkan potensi ruang pemasaran yang terdapat di toko kelontong, dengan memberikan rancangan atmosfer toko yang menunjang kenyaman pembelanja sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi dalam tindakan pembelian produk. Berdasarkan riset yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa atmosfer toko dan pengaturan tata letak produk mempengaruhi pembelanja selama proses berbelanja berlangsung, seperti penentuan tempat belanja dan kenyamanan.

Dengan tujuan meningkatkan motivasi pembelian produk Tango di toko kelontong dan meningkatkan penjualan produk Tango, Tango akan menghadirkan program komunikasi pemasaran yaitu Toko Kelontong Tango, berdasarkan konsep shopper marketing dengan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pembelanja melalui point of purchase. Biaya untuk program dan produksi adalah Rp 87. 192.500 dan akan diadakan juga evaluasi di akhir kampanye dan monitoring selama program Toko Kelontong Tango berlangsung.
ABSTRACT
Despite of the shift of consumer behaviour to modern retails and the emergence of various products of wafer, Tango still believes that there is an opportunity to develop traditional retails. For example grocery stores, which has the important role in determining any purchase decision by being the closest media to final consumer. The solution is to maximise the potential of marketing space inside the grocery store by providing a comfortable shopping atmosphere in order to increase the amount of products purchased. Based on the research conducted, it can be concluded that the atmosphere of the store and layout setting of the products will affect buyer during their shopping process, such as their convenience or the place they are going to shop in.

With the aim to grow the motivation of Tango products purchase at the grocery stores and also increase the sales of Tango products in general, Tango is presenting a marketing communication program, Toko Kelontong Tango, based on the concept of shopper marketing to provide what is required by the shopper through the point of purchase. The estimated cost for this program and content production is Rp 87. 192.500. There will be a monitoring during this campaign, and an evaluation will be held in the end.
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library