Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuningsih Herbowo
Abstrak :
Kunjungan wisatawan ke Sanur telah menurun sejak tahun 1988, penurunan kunjungan tersebut terutama disebabkan karena menurunnya kualitas lingkungan Sanur serta makin tidak nyamannya sarana kepariwisataannya. Penurunan kualitas lingkungan ditandai dengan adanya erosi pantai, kebersihan, demikian pula ketidakaturan makin terasa mengganggu. Untuk menjaga daya tank lingkungan, perbaikan selalu harus dilakukan. Sebagai akibat turunnya kunjungan wisata, penerimaan pendapatan pun menjadi berkurang dan keadaan ekonomi masyarakat ikut menurun. Sanur sebagai kawasan pariwisata yang semula unggul menjadi menurun daya tarik. Sanur terkesan kurang mengantisipasi dan siap menghadapi perubahan-perubahan karena permintaan yang.meningkat, suatu kelemahan yang perlu diperbaiki. Sesuai dengan kajian keunggulan dan kelemahan, SWOT, pilihan mengarah untuk menggunakan kebijakan partisipatif dalam merevitalisasi kawasan Sanur karena adanya potensi untuk bekerja sama dan karena merupakan perwujudan dari hak azasi dalam iklim politik yang demokratis. Menghadapi keadaan Sanur yang memburuk beberapa tokoh masyarakat yang terdiri atas tokoh-tokoh desa Sanur, desa adat, LSM, pakar, sadar bahwa permbinaan suatu kawasan Iingkungan memerlukan kerjasama. Masyarakat setempat yang terdiri dan gabungan beberapa pihak berinisiatif melakukan perbaikan-perbaikan lingkungannya dan bersama-sama membentuk Gerakan Permbangunan Sanur Bersama, dan berusaha untuk memulihkan kembali daya tarik Sanur. Gerakan ini berkembang dan dibentuklah Forum Pemerhati Sanur (1997) yang diprakarsai tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka agama .dengan pesertanya adalah pengusaha, LSM, ilmuwan dan pemerintah. Pembahasan dan pengelolaan Sanur dibahas bersama dalam forum. Pengembangan cara bekerja sama seperti diatas sebagal suatu proses memecahkan masalah yang didukung masyarakat, merupakan suatu sistem perencanaan partisipatif yang menampung aspirasi masyarakat, adalah masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini. Penelitian yang dilaksanakan ini dibatasi pada kawasan Sanur dengan tiga desanya, Sanur Kaja, Kelurahan Sanur, dan Sanur Kauh. Sedang revitalisasinya dibatasi pada aspek fisik lingkungan Sanur dan perencanaan dibatasi pada aspek fisik lingkungannya. Kerangka berpikir dari proses perencanaan partisipatif adalah bahwa semua masukan dan semua yang terlibat diikut sertakan dalam proses yang demokratis untuk menghasilkan output yang dapat memulihkan daya tarik Sanur. Rumusan masalahnya adalah, pertama bagaimana proses perencanaan partisipatif dalam memulihkan kembali daya tarik Sanur, yang kedua, bagaimana pengaruh perencanaan partisipatif dalam merevitalisasi kawasan pariwisata Sanur. Penelitian dilakukan dengan mengkaji proses perencanaan partisipatif dalam revitalisasi kawasan pariwisata Sanur, hasil revitalisasi kawasan pariwisata Sanur. Untuk mempertajam tujuan penelitian ini dirumuskan hipotesis kerja yaitu: dengan perencanaan partisipatif revitalisasi kawasan pariwisata akan berhasil. Tipe penelitian ini adalah evaluasi dengan metode survei yang bersifat deskriptif-analitis menggunakaan metode sampling secara purposive, yaitu sesuai dengan tujuan dengan basis keterwakilan. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dengan kuesioner, wawancara secara terstruktur, dan observasi. Sedangkan variabel babas adalah perencanaan partisipatif dan revitalisasi adalah variabel terikat. Indikator perencanaan partisipatif pengetahuan, sikap, perilaku, peran forum, dan hasil konsultasi. Indikator revitalisasi adalah obyek pariwisata, fasilitaas pelayanan pariwisata, dan prasarana pariwisata. Hasil survei diperoleh dengan pengumpulan data kuesioner dari 107 responden terdiri dari 60 dari dunia usaha, 36 ormas nirlaba dan masyarakat, 8 pemda dan 3 pakar. Penelitian dilakukan antara bulan Agustus 2000 -Oktober 2001 di Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kaja dan Desa Sanur Kauh, yang merupakan bagian dari Kawasan Strategi Sanur. Dari hasil penelitian dilapangan dan sebagai hasil analisis serta pembahasan dan aspek-aspek pengetahuan, sikap dan perilaku diperoleh bukti bahwa masyarakat Sanur memahami bahwa kawasan Sanur menurun keadaannya yang membawa akibat adanya penurunan pendapatan. Masyarakatpun mengetahui penyebab-penyebab dan menyadari bahwa perbaikan-perbaikan perlu dilakukan. Perencanaan partisipasif telah berhasil merumuskan masalah-masalah yang perlu diatasi dan pemecahan serta cara-cara pelaksanaannya. Beberapa yang dapat disebutkan sebagai hasil revitalisasi adalah, meningkatnya kepatuhan pada peraturan perundangan menyangkut pembangunan dan pelestarian Iingkungan, adanya penertiban bagian-bagian bangunan yang disesuaikan dengan ketentuan tata ruang, adanya peningkatan kebersihan, dan keamanan. Hasil revitalisasi yang signifikan adalah Kawasan Pantai Matahari Terbit, yang panting adalah adanya peningkatan jumlah wisatawan yang datang. 1. Proses perencanaan partisipatif dalam revitalisasi dilakukan melalui forum dengan melibatkan seluruh stakeholder. 2. Hasil revitalisasi, telah meningkatkan daya tarik Sanur, dengan membaiknya kualitas Iingkungan kawasan pariwisata Sanur dan fasilitas pelayanan pariuvisatanya serta telah meningkatkan kunjungan wisatawan Dengan kesimpulan lebih lanjut bahwa hipotesis yang dikemukakan diatas terbukti benar. Kemudian disarankan : 1. Hasil yang dicapai dalam memperbaiki kualitas Iingkungan Sanur telah menunjukan bahwa partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilannya, karenanya, disarankan bahwa perencanaan partisipatif digunakan dalam setiap usaha pembangunan suatu lingkungan. 2. Keberhasiian partisipasi sangat tergantung pada produktiftas dialog interaktif antara semua stakeholder, sehingga disarankan agar lebih efektif, wadab kelembagaan partisipatif dikembangkan terus dengan kelompok yang besamya beranggotakan sekitar 20 stakeholder 3. Keberhasilan partisipasi juga sangat bergantung pada kemampuan stakeholder untuk berdialog, karena itu masyarakat perlu terus diberdayakan dan ditingkatkan kemampuannya, dengan meneruskan penyelenggaraan kursus-kursus, penyuluhan, serta pembinaan tentang perencanaan partisipatif 4. Untuk mencapai hasil partisipatiI yang sebaik-baiknya perlu ditingkatkan tanggung jawab masing-masing anggota masyarakat, diperjelas dan dipertuas hak dan kewajibannya dalam mengikuti perencanaan partisipatlf , dan dalam memelihara kelestarian lingkungan. 5. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan berguna bagi anggota forum.
The number of the tourists arrival in Sanur had decreased since 1988. This decrease is primary caused by the decline of the environment quality and the worsening of the existing tourists facilities. The decline has also been marked by the erosion of the beaches, cleanliness is poor, so is order and lawfulness. To preserve it's attractiveness improvement and maintenance should constantly be undertaken. As a result of the decline in tourist visitation, people's income weakened and the people's economy worsened. Sanur as a formerly leading tourist destination area has lost its attraction and seems to have lost its sense to anticipate changes due to rising demands, which in it self is a weakness that needs strengthening. In line with SWOT analysis conducted, it is recommended to adopt participatory policy as a mechanism to revitalize Sanur, considering that there is a great potential for collaboration among the people, and since it is seen as an application of the principle of people's right in a democratic political environment Faced with such a condition, a group of concerned people consisting of informal leaders of the village, desa adat, NGG's and some professionals realize that an area that needs to be revitalize requires a strong effort jointly undertaken by the people and initiated the establishment of a movement called Gerakan Sanur Bersama (Sanur Mutual Movement). The objective is to restore, and revitalize Sanur by motivating the people and initiating improvement and enhancement of the existing disintegrated tourist facilities, to its legendary magnificence in the past. The movement has then be extended to became Forum Pemerhati Sanur ( Sanur Awareness Forum ) in 1977, initiated by Informal leaders and Religious leaders, with businessmen, NGO's, some experts and the Government. Problems faced by Sanur are discussed collaboratively in the forum. This kind of teamwork as a process to reach mutual consensus, has been accepted by the people and is a system of participatory planning that could accommodate people's aspiration, and is regarded as the background of this research The research is conducted in a limited area of Sanur with it's three villages, respectively Sanur Kaja, Sanur village and Sanur Kauh.. While aspect of revitalisation the thesis is concerned is mere physical, and planning is limited to what is related to the physical aspect of the environment. The central deliberation of this participatory planning process is that all input or ideas and all participating member of the forum are incorporated democratically in the process to formulate the best output for restoring Sanur attractiveness. The main problem investigated in this research is firstly, how could participatory planning be put into action in restoring the attractiveness of Sanur, secondly how has the participatory planning influenced revitalization of Sanur. The research is also conducted by investigating the process of participatory planning in revitalization, and the revitalization result of Sanur It is assumed that this research's hypothesis is that revitalisation of Sanur area, the planning of which is conducted through participatory planning approach will have a good result. The type of this research is a descriptive analytical survey with a purposive sampling method, as intended with a representative base system. The survey is intended to accumulate primary data's by questioning and structured interviews and observations. The free variable are participatory planning while revitalization is a fixed variable The participatory planning indicator are knowledge, behaviour, attitude, tourist object, tourism facilities, infrastructure. Survey results have been accumulated from 107 respondents, consisting of 60 representatives of the business circle, 30 Non Government Organizations, 8 government officials and 3 experts from different universities and has been conducted between August 2000 and May 2001 in Sanur village, Sanur Kaja, and Sanur Kauh, which is part of the strategic planning region of Sanur Through field investigation and analysing aspect of knowledge, attitude and behaviour proof has been accumulated, that the people of Sanur are well aware of the environmental decline, resulted in the decrease of their income. The Participatory planning has been- able to formulate problem and its solution and implementation aspect. Some result that could be mention are: Better compliance to regulatory building code and environmental protection measures. Improvement of building according to urban spatial guide lines. Improvement of solid waste collection system. Better organizes security system. A significant result of participatory planning is the project Pantai Matahari Terbit (Sun Rise Beach), Other significant result is the increase of aggregated tourist arrival in Sanur. Result of the research illustrated above leads the author to conclude: 1. Participatory planning process in revitalization has been conducted through a forum involving all stakeholder 2. Revitalization has been successful, indicated by the improvement of the environment and by the rise of tourist arrivals. It is further concluded that the hypothesis the author presented proofed to be right It is further suggested that: 1. Improvement of the Sanur environment quality has indicated that community participation has a significant role in its success, it is therefore suggested that participatory approach in planning should be constantly administered for planning and development programme. 2. Success of the participatory system depends on the productivity of inter dialog among stakeholder. It is therefore suggested for more efficiency that consultative forum should be constantly strengthened and with a membership of approximately of 20 person 3. Success of the participatory system depends also on the ability of the shareholder to participate in a dialog, it is therefore necessary that people's ability should constantly be improved through courses, enlightens, and participatory planning courses. 4. The Right and Responsibilities of the people in participatory planning should be clearly formulated as well as in appreciating and protection of the environment. 5. Result of this research is proposed be used for further research and for the benefit of member of the forum.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 2442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Kurniati
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang ada di dalam Banjar Kaja serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan metode analisis jaringan komunikasi khusus dalam kaitannya dengan dimensi-dimensi teori yang mengkaji masalah struktur sosial pada arus informasi. Sumbangan praktis penelitian ini adalah memperkaya hasil-hasil penelitian dalam rangka mengidentifikasi hambatan-hambatan bagi berlangsungnya proses di dalam mempertahankan nilai-nilai budaya Bali.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksploratif, dan merupakan studi kasus, yaitu menggunakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan ("wholeness") dari objek yang diteliti. Informan penelitian ditentukan menurut "sampling intact system", yaitu mengambil satu jaringan komunikasi yang menghubungkan lebih dari 50 titik-titik hubungan dalam satu sistem.

Data untuk penelitian ini diperoleh melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Data tentang jaringan komunikasi sosial diperoleh melalui metode "survey sociometry". Eksplorasi kualitatif dilakukan untuk menunjang strategi penelitian yang menyeluruh, yaitu selain mengadakan wawancara, juga menjalankan pengamatan langsung atau komunikasi sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara warga anggota Banjar dan bukan ataupun pendatang dalam menentukan anggota-anggota dari pihak kelompok masyarakat lain sebagai pasangan diadik yang menduduki prioritas pilihan utama. Klik-klik yang terbentuk berjumlah seluruhnya 9 klik yaitu 1 klik besar dan 8 klik kecil, yang dihubungan satu dengan lainnya oleh jalinan-jalinan komunikasi yang lemah atau rendah kedekatannya. Identifikasi dari peranan - peranan individual yang ditemukan adalah penghubung (liasion), jembatan (bridge), pemencil (isolate) dan bintang (star). Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi pembentukan jalinan komunikasi yaitu kedekatan jarak fisik, homo dalam latar belakang sosial budaya, dan kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan kenyataan secara menyolok bahwa faktor usia tidak menentukan bentuk jaringan komunikasi masyarakat Banjar Kaja. Tingkat pendidikan juga tidak mempunyai peran yang cukup berarti dalam menentukan pilihan-pilihan sosial di sini.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan
Abstrak :
Tulisan ini memusatkan perhatian pada perubahan mata pencaharian penduduk Bumi Agung di kawasan objek wisata Way Belerang. Hal ini dilihat dari strategi-strategi yang diciptakan dan dikembangkan oleh warga masyarakat dengan adanya pembangunan pariwisata. Mata pencaharian hidup masyarakat Bumi Agung sejak masuknya pembangunan pariwisata memperlihatkan perubahan dominan, dimana beralihnya masyarakat dari yang semua berkebun menjadi pedagang dan wiraswasta ( Data statistik Kelurahan Bumi Agung, 2004). Pembangunan pariwisata yang dimaksud di sini adalah pembangunan pariwisata di kawasan objek wisata Way Belerang yang berada di kelurahan Bumi Agung Kabupaten Lampung Selatan. Pariwisata dalam hal ini merupakan salah satu unsur pembangunan. Masuknya suatu unsur baru ke dalam masyarakat, akan membawa keadaan tidak seimbang dalam masyarakat tersebut, dalam keadaan ini Para warga masyarakat akan melakukan koreksi dengan cara memodifikasi pola-pola tradisional, atau pola yang baru diterima atau memodifikasi kedua-duanya. Penyesuaian unsur baru dalam masyarakat tersebut dapat berlangsung harmonis, adaptif dan pergeseran-pergeseran bahkan konflik (Bee, 1973). Pembangunan pariwisata merupakan sektor penting yang terus dikembangkan pemerintah dan menjadi sektor andalan dalam menunjang pembangunan. Terbukanya objek wisata di kelurahan Bumi Agung, telah membuka pintu bagi terbukanya akses daerah ini dengan dunia luar, antara lain dengan akses pariwisata, yakni dengan kunjungan pendatang atau pengunjung wisata yang semakin bertambah jumlahnya. Disamping itu juga dengan terbukanya jalan lintas sumatera, dan berkembangnya berbagai sarana transportasi, membuat hubungan mereka dengan dunia luar semakin intensif. Penelitian ini dipengaruhi oleh pendekatan prosessual. Manusia dilihat sebagai makhluk yang aktif, kreatif dan manipulatif dalam menghadapi lingkungannya. Pendekatan ini tidak melihat perubahan secara linear melainkan melihat apa yang berubah dan yang tidak berubah, serta mekanisme dan proses yang berlangsung hingga ada hal yang berubah, ada yang tidak. Untuk melihat proses adalah pada peristiwaperistiwa yang saling berkaitan satu sama lain secara berkesinambungan (Moore dalam Winarto, 1999). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ( Denzin& Lincoln, 2000). T'eknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang, informan terdiri dari aparat pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang terkait dengan masalah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi bukanlah perubahan total, ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi adalah bervariasi. Ini diperlihatkan bahwa masyarakat tidak meninggalkan sepenuhnya pekerjaan lama mereka yakni berkebun, dan menyebutnya sebagai tabungan lama, disamping mereka tetap mengembangkan jenis pekerjaan baru lainnya di kawasan wisata, ini dilihat sebagai sebuah strategi atas pilihan-pilihan yang diambil. Perubahan yang bervariasi ditunjukkan juga oleh adanya kelompok masyarakat cepat menanggapi perubahan, yang lambat dan bahkan ada yang menolak perubahan itu sendiri, meski penelitian ini tidak menfokuskan kepada penolakan terhadap perubahan tersebut, namun tidak menafikan bahwa hal itu terjadi. Kelompok masyarakat yang cepat menanggapi perubahan adalah masyarakat yang hubungannya dengan dunia luar cukup intensif dan ditunjang dengan pendidikan yang memadai. Kelompok masyarakat yang lambat menanggapi perubahan adalah kelompok masyarakat yang perlu belajar dari pengamatan dan pengalaman orang lain terlebih dahulu dengan waktu yang lama. Masyarakat yang menolak adanya perubahan adalah generasi tua, yang menolak pembangunan pariwisata yang berakibat negatif bagi kelangsungan kehidupan keagamaan dan adat setempat. Ditunjukkan bahwa masyarakat mengadopsi pengetahuan baru dan mengkreasikannya dengan pengetahuan lokal mereka. Ini dilihat dari bagaimana mereka ietap mempertahankan pekerjaan mereka sebagai pekebun dan sementara itu mengembangkan mata pencaharian baru. Proses ini terjadi dengan cara dimana masyarakat menginterpretasi, memodifikasi, melakukan pengamatan, memperbandingkan dan belajar dari pengalaman.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Nina Masasulina
Abstrak :
Kabupaten Bintan merupakan destinasi wisata yang potensial dan tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat saat ini. Penelitian ini mengkaji tahapan perkembangan pariwisata Kabupaten Bintan berdasarkan Model Siklus Hidup kawasan Wisata. Identifikasi tahapan perkembangan dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi pada berbagai kriteria, yaitu karakteristik destinasi, pemasaran, dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari hasil identifikasi didapati bahwa kawasan pariwisata Kabupaten Bintan berada pada tahapan development. Permasalahan pada setiap kriteria tahapan siklus hidup kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan prioritas strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan. Model AHP dikembangkan sebagai sistem pendukung penyusunan strategi pengembangan pariwisata Kab. Bintan, dimana prioritas strategi ditentukan dari penilaian berbagai ahli yang terkait dalam pengembangan pariwisata Kab. Bintan. Dari hasil analisis menggunakan AHP didapati bahwa kriteria ekonomi dan sosial merupakan aspek yang lebih diprioritaskan dalam upaya pengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan. Sementara, strategi pengembangan kawasan wisata, yaitu peningkatan keamanan, peningkatan kualitas pelayanan, dan penyusunan tata ruang yang baik, mempunyai prioritas lebih tinggi untuk meningkatkanpengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan ke tahapan selanjutnya, yaitu tahapan consolidation. ......Bintan regency is regarded as a potential tourist destination, where the tourism sector has developed quite rapidly in recent years. This study examines the stages of development of tourism in Bintan regency based upon Butler rsquo s tourism area life cycle model. Identification of stage was performed by identifying the characteristics of various criteria that is destination characteristics, marketing response, economic impacts, social impact and environmental impact. The stage identification result has shown that Bintan district is in the development phase. By using this result, we then develop a strategy for developing Bintan regency to the next stage in TALC model. AHP model was developed as decision support system to determine the priority of strategy based upon the assessment of experts involved in the tourism development of Bintan district.. From the analysis we have found that the economic and social criteria have a higher priority in the development of the tourist area of Bintan regency. Meanwhile, security and safety improvement, as well as quality of service improvement has a higher priority, and also regarded as most important strategied to develop the tourist area of Bintan regency to the next stage, that is consolidation stage.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library