Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pina Maulidina Hidayat
Abstrak :
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pengembangan pariwisata yaitu desa wisata dengan multi-purpose. Kondisi Pandemi COVID-19 memberikan dampak bagi kegiatan pariwisata, termasuk kegiatan di Desa Wisata. Penelitian ini membahas terkait adaptasi Desa Wisata di masa Pandemi COVID-19. Wilayah penelitian berlokasi di Desa Wisata Lebakmuncang dan Desa Wisata Alamendah, Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan. Data-data pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif mengenai dampak pandemi, komponen spasial pembentuk pariwisata, dan adaptasi desa wisata di masa pandemi COVID-19. Hasilnya menunjukan bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan jumlah wisatawan yang berbanding lurus dengan penurunan pendapatan desa wisata. Kondisi ini membuat Desa Wisata mengalami hibernasi sehingga perlu beradaptasi dengan new tourism economy yang mengedepankan hygiene, less-crowd, low-touch, dan low mobility. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua desa wisata memiliki skenario adaptasi berupa perumusan dan perencanaan, pemeliharaan aset, peningkatan promosi media sosial, penerapan protokol kesehatan, inovasi atraksi wisata, dan peningkatan kapasitas serta kualitas Sumber Daya Manusia. Desa wisata dengan aksesibilitas tinggi memiliki inovasi atraksi wisata digital dengan membuat virtual tour, pada tahap new normal sebanyak 70% atraksi wisatanya dapat beradaptasi pada kondisi neutral. Sedangkan Desa wisata dengan aksesibilitas sedang tidak memiliki inovasi atraksi wisata digital, pada tahap new normal sebanyak 50% atraksi wisatanya dapat beradaptasi pada kondisi neutral. ......As an agricultural country, Indonesia has the potential for tourism development, namely a multi-purpose tourist village. The COVID-19 pandemic has had an impact on tourism activities, including activities in Tourism Villages. This study discusses the adaptation of Tourism Villages during the COVID-19 Pandemic. The research area is located in Lebakmuncang Tourism Village and Alamendah Tourism Village, Bandung Regency. The method used in this study is a qualitative method with data collection through in-depth interviews and field observations. The data in this study were analyzed descriptively qualitatively regarding the impact of the pandemic, the spatial components that make up tourism, and the adaptation of tourist villages during the COVID-19 pandemic. The results show that the COVID-19 pandemic has had an impact on the decline in the number of tourists, which is directly proportional to the decline in tourism village income. This condition makes the Tourism Village experience hibernation so that it needs to adapt to the new tourism economy that prioritizes hygiene, less-crowd, low-touch, and low mobility. The results show that the two tourist villages have adaptation scenarios in the form of formulation and planning, asset maintenance, increased social media promotion, application of health protocols, innovation of tourist attractions, and capacity building and quality of Human Resources. Tourist villages with high accessibility have innovative digital tourist attractions by creating virtual tours, at the new normal stage as many as 70% of tourist attractions can adapt to neutral conditions. While tourist villages with moderate accessibility do not have digital tourist attraction innovations, at the new normal stage as many as 50% of their tourist attractions can adapt to neutral conditions.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bahri Arifin
Abstrak :
Pampang merupakan sebuah tempat yang didaulat menjadi sebuah desa wisata budaya di Kota Samarinda Kalimantan Timur. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan yang dilakukan oleh sebagian penduduknya yaitu berkesenian. Setiap hari minggu pukul 14.00 WITA di Lamin, diadakan sebuah pertunjukan tari tradisi suku Dayak Kenyah yang diiringi oleh tiga buah sape atau sapeq. Eksistensi kegiatan ini menjadi cikal bakal terbentuknya Desa wisata Budaya Pampang. Sebuah pelembagaan kuat yang mampu mengonstruksi sebuah desa memiliki predikat "desa budaya". Pada penelitian ini, penulis membahas tentang proses dan dinamika akibat pelembagaan di Desa Budaya Pampang menggunakan pendekatan fase kebudayaan van Peursen dan analisis komodifikasi, industri budaya oleh mazhab Frankfurt dan juga mediatisasi.
Samarinda: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman, 2017
400 CLLS 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Istianah
Abstrak :
Pemberlakuan wisata berbasis syari’ah di Indonesia belum dapat dikatakan sempurna, meskipun terdapat potensi yang besar dalam pemberlakuannya dalam menarik wisatawan Muslim dunia. Desa Wisata Cibuntu yang sejak tahun 2012 telah menjadi destinasi wisata di Kabupaten Kuningan dijadikan objek pengembangan pariwisata sebagai desa percontohan terciptanya Desa Wisata Halal berbasis komunitas di Jawa Barat. Terdapat tantangan dan hambatan dalam penyelenggaraan program, diantaranya adalah belum adanya regulasi yang berlaku di Indonesia, stigma negatif tentang Islam yang intoleran, serta dari segi internal, yaitu terbatasnya waktu dan anggaran pelaksanaan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti bagaimana program desa wisata halal dalam Rancangan Peraturan Desa Wisata Halal dapat menjadi salah satu inovasi pengembangan desa melalui penerapan teori keislaman dalam mencapai maqashid asy-syari’ah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sosio legal yang berfokus pada pengembangan Desa Wisata Cibuntu menjadi Desa Wisata Halal Cibuntu menurut Raperdes dan tindakan sosial dengan tinjauan maqashid asy-syari’ah. Adapun hasil dari penelitian ini bahwa program desa wisata halal telah diberlakukan siklus pertama pemberdayaan oleh inisiator desa halal dengan metode PAR yang berlangsung dari tahun 2018 hingga tahun 2019. Desa Wisata Cibuntu sebagaimana regulasinya telah memenuhi cakupan kebutuhan primer (dharury) dalam pembahasan maqashid asy-syari’ah, meskipun belum sempurna dalam langkah pencapaian kemaslahatan dari tingkatan kebutuhan sekunder (hajiyat) dan kebutuhan tersier (tahtsiniyat). ......The implementation of sharia-based tourism in Indonesia cannot be said to be perfect, although there is great potential in its implementation in attracting world Muslim tourists. Cibuntu Tourism Village, which since 2012 has become a tourist destination in Kuningan Regency, has been used as an object of tourism development as a pilot village for the creation of a community-based Halal Tourism Village in West Java. There are challenges and obstacles in implementing the program, including the absence of applicable regulations in Indonesia, negative stigma about intolerant Islam, as well as from an internal perspective, namely the limited time and budget for implementation, and so on. In this study, the author will examine how the halal tourism village program in the Draft Halal Tourism Village Regulation can be one of the village development innovations through the application of Islamic theory in achieving maqashid asy-syari’ah. This study uses socio-legal research method that focuses on developing the Cibuntu Tourism Village into a Cibuntu Halal Tourism Village according to the Raperdes and social actions with maqashid asy-syari’ah review. The results of this study show that the halal tourism village program has been implemented in the first cycle of empowerment by the halal village initiator with the PAR method which took place from 2018 to 2019. The Cibuntu Tourism Village as per its regulations has fulfilled the coverage of primary needs (dharury) in the discussion of maqashid ash-syari’ah , although not yet perfect in the steps of achieving benefit from the level of secondary needs (hajiyat) and tertiary needs (tahtsiniyat).
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisasono Jokopityo
Abstrak :
Tesis ini membahas perubahan peran Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) sebagai salah satu lembaga think tank pemerintah sekaligus lembaga pendidikan tingkat nasional yang bertujuan untuk mendidik calon pemimpin tingkat nasional. Sesuai dengan teori daur hidup organisasi posisi Lemhannas saat ini berada pada posisi puncak yang berfungsi mulai menurun pasca UU ASN yang tidak menjadikan pendidikan Lemhannas sebagai prasayarat bagi pejabat esselon 1 dan esselon 2 sebagai kenaikan jenjang kepangkatan. Keberadaan Lemhannas RI di usia nya yang sudah lebih dari 50 tahun membuat Lemhannas harus berbenah dini agar tidak terlena dan selalu waspada dengan perubahan yang sangat cepat dalam mendidik calon-calon pemimpin tingkat nasional. Setidaknya ada tiga perubahan mendasar yang harus dilakukan oleh Lemhannas RI dengan mengadopsi konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni (1) Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, dan (3) Pengabdian Masyarakat. Pendidikan Tingkat Nasional yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan Soft Systems Methodology (SSM). SSM dipilih karena memandang dunia (sosial) sebagai hal yang kompleks, problematik, misterius, dikarakteristikan oleh pertarungan sudut pandang atau clashes of worldview serta bersifat soft ill structured. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lemhannas RI harus melakukan perubahan pada bidang pendidikan, pengkajian, dan pengabdian masyarakat. Hasil kajian merekomendasikan Lemhannas RI harus melakukan pembenahan terhadap tugas pokok dan fungsi sesuai dengan fungsi Lemhannas diawal pembentukannya sebagai upaya Lemhannas RI menjadi Lembaga Berkelas Dunia. ......This thesis discusses the changing role of the National Resilience Institute of the Republic of Indonesia (Indonesian National Resilience Institute) as one of the government think tank at the same national level educational institutions aimed at educating future leaders of the national level. In accordance with the organizational life cycle theory Lemhannas position is currently at the top of the function began to decline following Law ASN does not make education as a prerequisite for the National Resilience Institute officials echelon echelon 1 and 2 as a rise in the ladder. The existence of National Resilience Institute RI at his age are already more than 50 years makes Lemhannas must clean up early so as not to be complacent and always be alert to the rapid changes in educating future leaders of national level. There are at least three fundamental changes that must be made by the National Resilience Institute of RI by adopting the concept of Three Pillars of Tertiay Education (Tri Dharma Perguruan Tinggi), namely (1) Education and Promotion, (2) Research and Development, and (3) Community Service. The National Education Education and Teaching, Research and Community Service. The study, conducted by researchers using the approach of Soft Systems Methodology (SSM). SSM selected for viewing the world (social) as complex, problematic, mysterious, characterized by fights or clashes of viewpoints are soft worldview and ill structured. The results showed that the National Resilience Institute of RI must make changes in the field of education, assessment, and community service. The study results recommend the National Resilience Institute of RI must make improvements to the duties and functions in accordance with the National Resilience Institute function at the beginning of its formation as an attempt Lemhannas RI become World Class Organization.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaskia Shinta Rialny
Abstrak :
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap keberlanjutan komunitas Desa Wisata Pulau Untung Jawa. Pembatasan akses oleh pemerintah selama pandemi menyebabkan pendapatan mereka yang selama ini sangat bergantung pada sektor pariwisata menurun drastis. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (AssetBased Community Development – ABCD) merupakan pendekatan pembangunan yang berasal dari dalam komunitas dan fokus pada potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh komunitas. Pendekatan ABCD selama ini dinilai lebih mampu mewujudkan komunitas yang berkelanjutan, dibandingkan pendekatan tradisional yang berbasis kebutuhan (need-based approach). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi komunitas dalam pengelolaan aset yang ada di dalam Desa Wisata Pulau Untung Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berupaya menghasilkan data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunitas Desa Wisata Pulau Untung Jawa telah mampu mempertahankan kelangsungan hidup komunitasnya dengan memaksimalkan pemanfaatan aset yang dimiliki komunitas secara mandiri serta menjaga hubungan di antara komunitas dan seluruh stakeholder yang terkoneksi satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut, saat ini mereka mampu bertahan melewati masa pandemi Covid-19 dan selalu berupaya mewujudkan komunitas yang berkelanjutan (sustainable community) di masa depan. ...... The Covid-19 pandemic become a significant threat on the sustainability of the Untung Jawa Island Tourism Village community. Government have taken measures that limit access to the tourist attraction during the pandemic, however this action caused the income of people who depend on the tourism sector was drop drastically. AssetBased Community Development (ABCD) is a development approach from community and focuses on the potential and strengths of the community. The ABCD approach has been considered more capable of realizing a sustainable community, compared to the traditional needbased approach. This study aims to describe the community's strategy in managing assets in the Pulau Untung Jawa Tourism Village by using a qualitative approach that generate descriptive data. The results showed that the Untung Jawa Island Tourism Village Community has been able to maintain the survival of its community by maximizing the assets owned by the community independently and maintaining relationships between the community and all stakeholders who are connected to each other. Based on this results, they are currently able to survive the Covid19 pandemic and always strive to create a sustainable community in the future.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
Abstrak :
Perkembangan industri pariwisata sangat ditentukan oleh keberadaan infrastruktur daerah. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari pembangunan infrastruktur wisata terhadap industri perhotelan dan penginapan dengan mengambil kasus Program Pengembangan Desa Wisata di Indonesia. Dengan menggunakan metode Difference-in-Differences (DID), penelitian ini menganalisa dampak sebelum dan sesudah adanya program pengembangan desa wisata antara 115 desa wisata yang mendapatkan program bantuan dan 266 desa wisata yang tidak mendapatkan program bantuan namun berada dalam satu kecamatan. Data yang digunakan adalah data panel yang bersumber dari data desa wisata Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Data BPS Podes tahun 2011, 2014, 2018, 2019 dan 2020. Studi ini menemukan bahwa desa wisata yang mendapatkan bantuan berpotensi meningkatkan jumlah hotel dan penginapan yang ada di desa sebanyak rata-rata 2 unit lebih banyak dibandingkan dengan desa wisata yang tidak mendapatkan bantuan dengan level signifikansi statistik sebesar 5%. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa desa wisata yang mendapatkan program bantuan dan memiliki daya tarik wisata pegunungan lebih signifikan meningkatkan industri perhotelan dan penginapan jika dibandingkan dengan desa yang memiliki daya tarik wisata pantai. ......The development of the tourism industry is mainly determined by the existence of regional infrastructure. This study aims to evaluate the effect of tourist infrastructure development on the accommodation industry by taking the case of the Tourism Village Development Program in Indonesia. Using the Difference-in-Differences (DID) method, this study analyzed the impact before and after the Tourism Village Development Program implementation between 115 tourism villages that received assistance programs and 266 that did not receive the assistance but were in one sub-district. The panel data used in this study are combined from tourism village data from the Ministry of Village, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration and National Village Potential Data (PODES) in 2011, 2014, 2018, 2019 and 2020. This study found that tourist villages that get assistance potentially increase the number of hotels and inns in the village by an average of two more units compared to tourist villages that do not get assistance with a statistical significance level of 5%. In addition, this study also found that tourist villages that get assistance programs and have mountain tourism attractions more significantly increase the accommodation industry compared to those with beach tourism attractions
Jakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Myra Saviera
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengukuran keberlanjutan pariwisata indigenous menggunakan importance-performance analysis dari perspektif penduduk. Pariwisata indigenous berkelanjutan menjadi dimensi yang dibingkai melalui konsep inisiatif pariwisata indigenous serta desa wisata dalam mendaya gunakan kewirausahaan sosial, komunitas indigenous serta inisiatif pariwisata indigenous dan konsep bottom of pyramid menuju keberlanjutan. Penelitian ini mengkaji tiga dimensi keberlanjutan (triple bottom line) yakni lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi secara umum sebagai kerangka kerja menggunakan pendekatan kuantitatif berupa kuesioner sebagai instrumen penelitian serta wawancara mendalam. Sampel penelitian ini merupakan Penduduk Desa Wisata Nglanggeran yang terlibat dalam sektor pariwisata dan ditarik menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode importance performance analysis dapat mengidentifikasi aktivitas pariwisata indigenous yang membutuhkan perbaikan kinerja agar Desa Wisata Nglanggeran dapat berkelanjutan. Kemudian, penelitian ini juga menyajikan penjelasan kesenjangan antara importance dan performance pada beberapa inisiatif aktivitas pariwisata indigenous serta memberikan rekomendasi berdasarkan observasi di lapangan, proses pengumpulan data dan analisis peneliti. ......This study aims to explain the measurement of indigenous tourism sustainability using importance-performance analysis from the residents’ perspectives. Sustainable indigenous tourism used as uni-dimension that frames the concepts of indigenous tourism initiatives and tourist villages to empower social entrepreneurs, indigenous community and the initiatives towards sustainable tourism while also using bottom of the pyramid concept. This study also uses three dimensions of sustainability (triple bottom line) generally as the framework. Using the quantitative approach through the questionnaire as a research instrument and in- depth interview, the sample of this research is Villagers of Desa Wisata Nglanggeran who involved in the tourism sector collected using purposive sampling. The result of this research shows that the usage of importance- performance analysis method able to identify which indigenous tourism activities that require betterment for Desa Wisata Nglanggeran towards sustainability. The second result of this research also shows the gap of the importance and performance from the initiatives of indigenous tourism activities, also proposing recommendations based on the field observation, data gathering process, and researcher’s analysis.
Depok: 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library