Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkifliani (edit)
"ABSTRAK
Pemulihan tanah terkontaminasi minyak dan pengolahan limbah berminyak di industri minyak diperlukan oil separation technology yang tepat dan tidak menimbulkan masalah lain. Dalam beberapa kasus, tanah yang terkontaminasi banyak mengandung minyak dan dalam pengelolaannya hanya dikirimkan ke unit pengolahan limbah B-3. Salah satu teknik yang dikembangkan oleh LEMIGAS adalah menggunakan teknik yang terintegritas yaitu menggabungkan pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Minyak yang masih terdapat dalam tanah dipisahkan dari impuritisnya, seperti tanah, pasir, dan padatan lainnya. Melalui proses pemulihan ini diharapkan minyak yang masih terdapat dalam tanah dapat direduksi sampai batas yang diizinkan oleh peraturan. Di samping itu untuk pengolahan limbah berminyak masih dapat diambil kembali minyaknya sebanyak mungkin (oil recovery). Dari hasil ujicoba skala demo plantunit pada lokasi yang mengandung tanah terkontaminasi, TPH 24,71% dapat direduksi menjadi 0,91%. Selain itu unit tersebut mampu memulihkan limbah berminyak lebih dari 95%."
Jakarta: Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", 2017
665 LPL 51:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ajeng Sarasputri
"ABSTRAK
Pencemaran minyak di wilayah pantai akibat tumpahan minyak di laut (oil spill) merupakan masalah lingkungan yang sangat penting. Tumpahan minyak di laut, terutama kecelakaan tumpahan minyak skala besar, telah memberikan ancaman besar dan menyebabkan kerusakan yang luas pada lingkungan pesisir. Kontaminan dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme laut dan berbahaya bagi manusia yang memakannya. Untuk menanggulangi masalah pencemaran minyak di pantai atau coastal oil spill ini, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah bioremediasi yang merupakan proses pemulihan suatu wilayah seperti tanah, air, atau pantai yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai bakteri pemecah minyak. Terdapat dua pendekatan dalam bioremediasi. 1) bioaugmentation, di mana mikroorganisme pendegradasi minyak ditambahkan untuk menambahkan populasi mikroba yang telah ada, dan 2) biostimulation, di mana pertumbuhan pendegradasi minyak asli distimulasi dengan penambahan nutrisi atau cosubstrates pembataspertumbuhan lainnya dan/atau perubahan habitat. Penelitian yang dilakukan di Balai Teknologi Lingkungan BPPT ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan nutrisi dan mikroba terhadap proses degradasi hidrokarbon oleh mikroorganisme melalui perbandingan antara metode biostimulasi dan bioaugmentasi, serta pengaruh pasang surut air laut terhadap penurunan kandungan minyak di pantai. Eksperimen dilakukan dengan membuat simulasi pantai skala 5 kg yang dicampurkan minyak sebanyak 5% sebagai kandungan pencemar minyak awal dalam pasir pantai. Pada metode biostimulasi ditambahkan nutrisi dengan rasio C:N:P yaitu 100:10:1. Pada metode bioaugmentasi ditambahkan nutrisi dengan rasio yang sama dan mikroba yang berasal dari kultur biakan dan mikroba air laut. Simulasi air laut diberikan pada pantai yang terkena pengaruh pasang surut dengan periode tipe tunggal. Parameter yang diukur adalah temperatur, pH, kadar 6 air, dan TPH. Mikroba yang digunakan berjumlah antara (4,39 25,7) x 10CFU/ml. Secara umum, kadar TPH terendah dimiliki oleh metode bioaugmentasi pasang surut yaitu 2,189 % pada minggu ke 8 dan kadar TPH tertinggi yaitu 4,078 % yang dimiliki blanko tanpa pasang surut pada minggu ke 8. Perubahan kadar TPH dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pasang surut, faktor lingkungan, dan mikroba. Penurunan TPH pada pasir yang terkena pengaruh pasang surut dimungkinkan terjadi karena efek pencucian oleh arus pasang surut yang membawa kandungan minyak keluar. Pada bioremediasi tanpa pengaruh pasang surut, metode bioaugmentasi dapat menurunkan TPH lebih rendah dibandingkan dengan metode biostimulasi. pH umumnya mengalami penurunan sampai minggu keempat sebelum selanjutnya mengalami kenaikan. Temperatur pasir secara keseluruhan berkisar antara 27°C42°C. Pola perubahan temperatur pasir ini serupa dengan perubahan temperatur ambien sehingga diketahui bahwa temperatur pada pasir dipengaruhi oleh temperatur udara luar reaktor. Rasio C:N:P di awal penelitian adalah 100:10:1. Sedangkan rasio C:N:P di akhir penelitian mengalami penurunan. Hal ini yang menyebabkan degradasi TPH pada 4 minggu terakhir kurang siginifikan karena komposisi nutrisi pada pasir sudah kurang optimal.

ABSTRACT
Contaminated coastal as a result of oil spill accident are important environmental problem. Oil spills at sea, especially largescale oil spill accidents, has given a major threat and cause extensive damage to the coastal environment. Contaminants can accumulate in the body of marine organisms and harmful to humans who eat them. To overcome the problem of oil pollution on the beach or coastal oil spill, there are several ways we can do. One is bioremediation which is a process of recovery of an area such as soil, water, or beach that utilize microorganisms as oil degrading bacteria. There are two approaches in bioremediation. 1) bioaugmentation, in which oildegrading microorganisms are added to increase the number of an existing microbial population, and 2) biostimulation, in which the growth of indigenous oil degrading microbes stimulated by the addition of nutrients or other growthlimiting cosubstrates and/or habitat changes. This research which conducted at the Center of Environmental Technology BPPT aims to determine the effect of the addition of nutrients and microbes to the degradation of hydrocarbons by microorganisms through comparison between biostimulation and bioaugmentation methods, and the influence of the tides to the decrease of oil content on the beach. Experiments carried out by creating a 5 kg simulated beach scale mixed with oils as much as 5% as the initial oil content of contaminants in beach sand. In the biostimulation method, nutrients added in the ratio C:N:P is 100:10:1. In the bioaugmentation method, nutrients added with the same ratio and microbes from the freshwater and sea water culture. Simulation of sea water is given to beaches that are affected by tidal with a single type period. The parameters measured are temperature, pH, water content, and TPH. Number of microbes that used range from (4,39 25,7) x 106 CFU/ml. In general, the lowest levels of TPH are owned by the tidal bioaugmentation method which is 2.189% at 8 weeks and the highest TPH levels of 4.078% is owned by the blank with no tides at 8 weeks. Changes in levels of TPH is influenced by several factors, namely tidal, environmental factors, and microbes. TPH decrease in sand exposed to tidal influence is possible due to the effects of leaching by tidal currents that carry oil content out. In bioremediation without the influence of tides, TPH of bioaugmentation method is lower than the biostimulation method. pH generally decreased until the fourth week before the next increase. Overall temperature of the sand ranges between 27°C 42°C. The pattern of changes in sand temperature is similar to changes in ambient temperature so it is known that the temperature of the sand is affected by the temperature outside the reactor. While the ratio of C:N:P ratio at the end of the study was decrease from 100:10:1. This causes degradation of TPH in the last 4 weeks is less significant because of the nutritional composition of the sand is less than optimal."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S747
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Putri Sativa
"ABSTRAK
Tumpahan minyak bumi baik pada lingkungan akuatik maupun darat sangat merugikan manusia maupun lingkungan karena senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalamnya yang dapat membahayakan ekosistem dan keseimbangan lingkungan serta merupakan senyawa yang karsinogenik bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu tindakan remediasi perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan metode kombinasi mikroorganisme dan tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beberapa perlakuan yang diterapkan terhadap penyisihan kadar TPH dan BTEX serta pengaruhnya terhadap faktor lingkungan dalam proses remediasi. Pada penelitian ini, bioremediasi dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan yang berbeda yaitu pemberian kompos (C), tanaman dan kompos (P), mikroorganisme dan kompos (B), dan tanaman dan mikroorganisme kompos (BP), terhadap tanah dengan kadar minyak 5% dan 10% selama 5 minggu. Dari hasil penelitian, berikut hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 5%: 2,10% (C); 1,31% (B); 1,66% (P); dan 0,68% (BP) dan hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 10% adalah 3,30% (C); 2,54 (B); 3,91% (P); dan 3,31% (BP). Persentase degradasi TPH tertinggi pada tanah terkontaminasi minyak 5% terdapat pada perlakuan BP yaitu sebesar 87,1%, sementara pada tanah terkontaminasi minyak 10% persentase penyisihan TPH terbesar ada pada perlakuan penambahan bakteri yaitu sebesar 76,19%. Persentase penyisihan BTEX pada perlakuan BP di tanah terkontaminasi minyak 5% sebesar 68,35% persentase penyisihan BTEX pada perlakuan B di tanah terkontaminasi minyak 10% sebesar 84,91%. Berdasarkan uji statistik, baik pada tanah terkontaminasi 5% maupun 10%, degradasi TPH mempengaruhi nilai pH secara signifikan karena p < 0,05 namun degradasi TPH tidak mempengaruhi nilai suhu karena p > 0,05.

ABSTRACT
Oil spills both aquatic and terrestrial environments are very detrimental to people and the environment due to hydrocarbon compounds that contained therein which is not only could be harmful for the balance of the ecosystem and the environment but also carcinogenic to human and animals. Therefore remediation needs to be done, one of the methods is by using combination of microorganisms and plant. The aim of this research are to analyze the influences between several different treatments that are applied for TPH and BTEX removal and the influences on environmental factirs in the process of remediation. In this research, bioremediation held by using 4 different treatment which are: by adding compost (C), plants and compost (P), microorganisms and compost (B), and compost, plants and microorganisms (BP), to soil with oil content of 5% and 10%. The following test results of TPH in soil contaminated with 5% oil content in a row are: 2.10% (C); 1.31% (B); 1.66% (P); and 0.68% (BP) and TPH test results in soil contaminated with oil content 10% in a row are: 3.30% (C); 2.54 (B); 3.91% (P); and 3.31% (BP). The highest percentage of TPH degradation in contaminated soil of 5% oil content found in BP treatment that is equal to 87.1%, while in the contaminated soil of 10% oil content the largest TPH removal percentage is in the treatment of adding bacteria (B) which is 76.19%. BTEX removal percentage in 5% oil contaminated soil in BP treatment is 68.35% while in 10% oil contaminated soil with B treatment is 84.91%. Based on statistical tests, both on contaminated soil with 5% and 10% oil, TPH degradation significantly affect the pH value as p < 0.05 but TPH degradation does not affect temperature values ​​as p > 0.05."
2015
S60054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Lubnah
"Aktivitas pengelolaan minyak bumi terus meningkat sehingga diperlukan tindakan pengelolaan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri dan penurunan kadar TPH pada proses bioremediasi yang distimulasi dengan penambahan kompos dan lumpur IPAL pada 5% dan 10% secara eksperimental skala laboratorium dengan simulasi tanah tercemar dengan kadar TPH sebesar 5,5% selama 5 minggu hingga mencapai baku mutu yaitu di bawah 1%. Tanah yang digunakan berasal dari pantai Marunda, kompos dari UPS Merdeka, lumpur IPAL dari Jababeka, dan bakteri diisolat dari tanah tercemar minyak diwilayah sekitrar kilang.
Hasilnya berupa laju pertumbuhan bakteri pada kompos dan lumpur IPAL dengan kadar 5% masing-masing adalah 0,7567/minggu dan 1,154/minggu serta 0,8783/minggu dan 1,1109/minggu pada kadar 10%. Sedangkan efisiensi penyisihan TPH yang didapatkan adalah 95,32% dan 96,85% untuk penambahan kompos 5% dan 10% serta 91,15% dan 91,02% untuk penambahan lumpur IPAL sebanyak 5% dan 10%. Hasil uji t menyatakan perbedaan baik pertumbuhan bakteri maupun penurunan kadar TPH tidak signifikan. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan korelasi rendah berbanding terbalik untuk hubungan TPH dengan jumlah bakteri.

Crude oil's processing into energy continuous to increase, hence the treatment for its environmental impact is needed. This study aims to determine the differences of bacterial growth rate and removal efficiency of Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) between compost and WWTP sludge addtion at 5% and 10%. Those effect was acknowledge through experimental in laboratory scale using soil contaminated by 5,5% TPH within 5 weeks until it reach less than 1% as the requirement. The soil comes from Marunda Beach, compost from UPS Merdeka, WWTP sludge from Jababeka, bacterial isolated from soil contaminated at the surrounding of refining.
Result of this study showed that the bacterial growth rate in compost and WWTP sludge at 5% and 10% concentration each are 0,7567/weeks and 1,154/week for compost also 0,8783/week and 1,1109/week for WWTP sludge. While the TPH removal efficiency obtained was 95,32% and 96,85% for the addition of compsot as well as 91,15% and 91,02% for the addition of WWTP sludge.at 5% and 10% concentration. Due to t-Test, the differences between all the variation of concentration are not significant. The correlation test between TPH degradation to bacterial growth showed that there is a weak downhill (negative) linear relationship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Nanda Sari
"ABSTRACT
Crude oil's processing into energy continue to increase, hence treatment for its environmental impact is needed. The objectives of the study is to determine the differences in bacteria growth rate and removal efficiency of Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) between compost and WWTP sludge addition at 5% and 10% concentration levels. Those effects were acknowledge through experiments in laboratory scale using oil contaminated 5,5% TPH within 5 weeks until it reach less than 1% as the requirement. The soil comes from Marunda Beach, compost from UPS Merdeka, WWTP sludge from Jababeka, and bacteria isolated from soil contaminated in the area surrounding refining. The treatment used in this experiment was landfirming with nutrition addition and the main variable analyzed was TPH and the microorganism population. Result of this study show that bacteria growth rate in compost and WWTP sludge at 5% and 10% concentration each are 0,7567/weeks and 1,154/week for compost and also 0,8783/week and 1,1109/week for WWTP sludge. The TPH removal efficiency obtained was95,32% and 96,85% for the addition of compost as well as 91,15% and 91,02% for the addition of WWTP sludge at 5% and 10% concentrations. Base on a t-Test, the differences between all the variation of concentrations are not significant. The correlation test between TPH degradation to bacteria growth showed that there is a week downward (negative) linear relationship."
Jakarta: LEMIGAS Research and Development Centre for Oil and Gas Techonolgy Afilliation and Publication Divison, 2017
620 SCI 40:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Alverina Santoso
"Penelitian mengenai pengaruh air laut tercemar hidrokarbon terhadap kepadatan sel mikroalga Scenedesmus vacuolatus telah dilakukan. Pencemaran hidrokarbon yang berasal dari minyak di laut dapat menghambat proses fotosintesis mikroalga. Hal tersebut dapat berdampak pada kepadatan sel mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi air laut tercemar hidrokarbon terhadap kepadatan sel mikroalga Scenedesmus vacuolatus, serta mengetahui perlakuan yang optimum untuk menurunkan kadar total petroleum hidrokarbon (TPH). Pengambilan sampel air laut tercemar hidrokarbon dilakukan di pelabuhan Kali Adem, Jakarta. Perlakuan dalam penelitian adalah medium Walne dengan penambahan air laut tercemar hidrokarbon 25% (A), medium Walne dengan penambahan air laut tercemar hidrokarbon 50% (B), medium Walne dengan penambahan air laut tercemar hidrokarbon 75% (C), dan medium Walne dengan penambahan air laut tercemar hidrokarbon 100% (D). Kontrol yang digunakan adalah medium Walne dengan air laut steril yang bukan berasal dari pelabuhan Kali Adem. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kepadatan sel Scenedesmus vacuolatus tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata kepadatan sel pada masa puncak sebesar 29,48 x 105 sel/mL, serta panjang fase log dari Scenedesmus vacuolatus. Hasil pengukuran kadar TPH menunjukkan terdapat penurunan TPH pada seluruh perlakuan. Perlakuan optimum untuk menurunkan kadar TPH yaitu perlakuan B dengan persen penurunan sebesar 70,62%.(
)Study about the effect of hydrocarbon-polluted seawater on the cell density of microalgae Scenedesmus vacuolatus has been done. Hydrocarbon pollution derived from oil in the sea can inhibit photosynthesis process of microalgaes. This might impact the density of microalgae cells. The purposes of this study are to determine the effect of the concentration of hydrocarbon-polluted seawater on the density of Scenedesmus vacuolatus microalgae cells and to determine the optimum treatment to reduce total petroleum hydrocarbons (TPH) levels. Sampling of hydrocarbon-polluted seawater was taken at Kali Adem port, Jakarta. The treatment done in this research used Walne medium with the addition of 25% hydrocarbon-polluted seawater (A), 50% (B), 75% (C), and 100% (D). Control is Walne medium with sterile seawater that was not from
the Kali Adem port. The results showed the highest average density of Scenedesmus vacuolatus cells was in the control sample. This can be seen from the results of the average cell density at peak time of 29.48 x 105 cells / mL, as well as the log phase length of Scenedesmus vacuolatus. Measurement of TPH levels showed decreases of TPH in all treatments. The optimum treatment to reduce TPH levels is on treatment Bwith reduction percentage of 70.62%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library