Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhyar Yusuf
"Masalah pokok yang dibahas dalam skripsi ini adalah: bagaimana pandangan para filsuf dan saintis Barat dan Mus_lim terhadap alam, manusia dan kebudayaan dengan penekanan pada perspektif Islam. Pembahasan atas tema dilakukan se_cara dialogis antara berbagai pandangan filsuf den saintis. Para filsuf alam di zaman Yunani kuno telah meletakkan dasar materialisme naif, yang kemudian memunculkan reaksi berupa aliran idealism.' Di zaman renaisans Galileo Galilei dengan penelitian empiris, merobohkan koemologi Aristoteles. Menurutnya kita hanya dapat berbicara benar tentang alam, kalau kita membatasi diri untuk mengamati ciri primer_nya saja. Doktrin tentang kualitas primer dan sekunder berdam_pak sangat luas pada pemikiran modern. Pandangan ini menyingkirkan peran sentralnya dalam skema alam semesta, la_lu alam dianggap sepenuhnya mekanis. Perkembangan filsafat Barat sejak awal kata Roger Garaudy telah memisahkan menu_sia dari dimensi transendensi (Tuhan), sehingga pamikiran terputus dari kehidupan, kata-kata dan benda kehilangan arti sebagai tanda-tanda (ayat) Tuhan. Konsep ini terumus da_lam perkembangan (kemajuan ) Barat. Dalam perspektif ini manusia adalah ukuran segalanya. Pandangan Islam terhadap alam adalah, alam merupakan hamparan wahyu Allah (Al-Qur'an of Creation) yang mempunyai sumber yang sama dengan kitab suci Al-Quran. Dengan demikian penelitian terhadap alam, semestinya dapat membawa kepada pengakuan adanya Pencipta alam yang transenden. Tauhid sebagai filsafat dasar, mengandung arti bahwa hanya ada sa_tu pencipta alam. Dalam tauhid ini terkandung ide persamaan hak manusia, persaudaraan dan persatuan makhluk. Mengakui dan menerima transendensi menurut Garau_dy berarti: pertama, mengakui ketergantungan manusia kepada Penciptanya, kepada Tuhan dan kemauanNya di be_lakang semua proyek manusia. Kedua, mengakui transen_densi berarti bahwa ada perbedaan Khalik dangan makhluk. Ketiga, mengakai keunggulan norma-norma mutlak yang tidak dapat diturunkan melalui akal budi manusia. Pengakuan akan transendensi Lai menurut Garaudy, merupakan tawaran yang diberikan Islam dalam menghadapi kemelut dan krisi budaya modern. Karene tak ada sains , tak ada politik yang dapat menyelamatken umat manusia dari kematian, jika mereka menjauhkan transendensi dari manusia, bila manusia menjauhkan diri dari Tuhan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Fitriani
"Perempuan sering kali dianggap sebagai pihak yang tidak punya “kehadiran” dalam masyarakat atau kelompok sosial yang sifatnya patriarki. Seperti halnya novel Banāt al-Riyādh (Gadis-Gadis Riyadh) yang menceritakan realita perjuangan perempuan Arab Saudi dalam mengaktualisasikan diri di tengah kehidupan masyarakat patriarki. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk-bentuk ketidakadilan yang dialami para tokoh perempuan dalam novel tersebut dan perlawanan mereka dalam mencapai kebebasan bereksistensi. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan feminisme yang berdasar pada teori feminisme dari Simone de Beauvoir. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa dalam novel Banāt al-Riyādh ditemukan ketidakadilan gender terhadap tiga tokoh perempuan, yaitu: Qamrah, Shedim, dan Michelle, yang berupa subordinasi, kekerasan, dan stereotip. Ketiga tokoh tersebut berhasil mencapai proses pengaktualan diri yang sesuai dengan strategi transendensi dari Simone de Beauvoir, di antaranya: 1) menolak keliyanan, 2) bekerja, dan 3) menjadi agen intelektual.

Women are often seen as those who do not have "presence" in a patriarchal society. Akin to the Banāt al-Riyādh (The Girls of Riyadh) novel which tells the reality of Saudi Arabian women’ struggles in actualizing themselves amidst the life of a patriarchal society. This study aims to explain the forms of injustice experienced by the female characters in the novel and the forms of their resistance in achieving freedom of existence. The method used is descriptive analysis method with a feminist approach based on the feminism theory from Simone de Beauvoir. The results obtained state that in the novel, gender inequality is found against three female characters: Qamrah, Shedim, and Michelle, in the form of subordination, violence, and stereotype. All three have succeeded in achieving a process of self-actualization which fits the transcendence strategy from Simone de Beauvoir, including: 1) rejecting otherness, 2) working, and 3) becoming intellectual agents."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Baguna
"Terkesan dengan cakrawala pemahaman Baru tentang manusia yang disingkapkan oleh Marx den Freud, Fromm berusaha menjembatani jurang antara kedua pakar itu. Fromm berasumsi bahwa manusia memiliki hakekat yang dapat didefinisikan dalam pertalian dengan alam. Hakekat manusia terletak dalam kontradiksi antara berada dalam alam dan serentak mentransenden alam dengan tiadanya naluri dan dengan fakta kesadaran, yang melontar manusia dari keharmonisan dengan alam ke dalam situasi yang tak pasti. Dalam situasi kemanusiaan itu manusia tak dapat hidup secara statis. Kontradiksi eksistensialnya menciptakan ketakseimbangan yang mengharuskan manusia untuk terus-menerus menjalin pertalian dengan alam, sesama dan dirinya sendiri. Keharusan ini menjadi sumber dari nafsu-nafsunya. Nafsu-nafsu manusia terintegrasi dalam karakter, yakni suatu ciri yang relatif tetap, yang terbentuk tidak oleh perkembangan libido seperti kata Freud, tetapi oleh berbagai cara manusia menjalin pertaliannya dengan dunia. Karakter terbentuk oleh kebutuhan manusia untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan hidup tertentu. Karakter rata-rata manusia adalah karakter sosial. Karakter sosial terbentuk lewat sarana budaya, dan berfungsi sebagai mediasi dari transformasi energi psikis yang umum ke energi psikososial yang khusus. Pembentukan karakter terjadi dengan dua cara: dengan memperoleh dan mengasimilasi benda-benda (proses asimilasi), dan dengan menjalin pertalian dengan orang lain dan dirinya sendiri (proses sosialisasi). Karakter tertentu didasari oleh orientasi karakter. Baik dalam proses asimilasi maupun sosialisasi dapat dibedakan orientasi produktif dan orientasi tidak produktif. Orientasi karakter tidak produktif, jika pasif dan ditentukan dari luar; produktif, jika aktif dan kreatif. Orientasi karakter yang tidak produktif dan yang produktif pada akhirnya berakar pada orientasi dasar manusia: memiliki dan mengada; yang tidak produktif berakar pada memiliki dan yang produktif pada mengada. Memiliki bersifat posesif dan reifikatif, sedang mengada babas dan kreatif. Mana dari kedua orientasi dasar itu menjadi dominan, tergantung pada struktur sosial. Demikian, dengan mengacu pada dinamisme khusus manusia yang terletak pada keunikan dari situasi kemanusiaan Fromm meletakkan dasar baru bagi psikoanalisa: ia mengalihkan prinsip penjelasan nafsu-nafsu manusia dari prinsip Freud yang fisiologis ke prinsip sosiobiologis dan historis. Atas dasar itu ia mencapai sintesa antara Marx dan Freud antara materialisme historis dan psikoanalisa. Demikian, ia menjadikan psikoanalisa strategi untuk mengubah dunia. Fromm mengutarakan bahwa perkembangan manusia menuntut kemampuan manusia untuk menjawab eksistensinya secara otentik bukan dalam memiliki tetapi dalam mengada; prasyarat untuk mengada adalah transendensi diri. Transendensi-diri adalah transendensi ego, yakni aktivitas mengatasi egoisme dan egosentrisitas; berarti proses transformasi diri dari segala bentuk ketergantungan, pendambaan dan perbudakan nafsu-nafsu irasional ke dalam orientasi-diri yang produktif. Transendensi-diri sebagai orientasi diri yang produktif mencakup lingkup kehidupan manusia seluruh-seutuhnya. Dalam lingkup pikiran orientasi produktif ini terungkap dalam pemahaman dunia dengan nalar; dalam lingkup tindakan terungkap dalam karya yang produktif; dalam lingkup perasaan tercermin dalam cinta sebagai pengalaman kesatuan dengan pribadi lain, dengan semua manusia dan dengan alam. Fromm memberi gambaran lengkap tentang kualitas Manusia Baru dan Masyarakat Baru, karena ia sangat prihatin dengan keadaan yang tak merguntungkan dari situasi kemanusiaan dewasa ini, yang diwarnai utama oleh fenomen alienasi-diri. Dengan alienasi dimaksudkan modus pengalaman di mana manusia mengalami dirinya sebagai sesuatu yang asing."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S15993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tasawuf adalah ajaran Islam yang bertujuanmembentuk watak dan kehidupam pribadi kaum Muslimin dengan cara melaksanakan sejumlah peraturan, tugas, kewajiban dan keharusan lain yang tidak boleh ditinggalkan oleh siapa pun. Inti ajaran tasawuf adalah menahan diri dan membebaskan diri dari nafsu-nafsu dan segala macam pikiran kecuali hanya Allah. Dalam sejarahnya tasawuf adalah ilmu Islam tradisional yang telah membentuk sisi esoteris dan spiritual Islam. Dalam kehidupan modern tampaknya teme-tema spiritualitas semacam inilah yang telah menjadi alternatif bagi kehidupan modern yang materialistik. Tulisan ini mencoba memfokuskan pada Tasawuf al-Quran (dimensi spiritualitas Islam). Di samping dengan melihat alam pemikiran tasawuf, juga digali dari al-Quran."
[Arab, Universitas Indonesia], 2005
UI-ARABIA 7(14-15) 2004/2005
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Delistavia Indiaza Putri
"Konsep pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam ajaran Konfusianisme menjadi penyebab terjadinya ketidaksetaraan gender di berbagai bidang. Meski zaman telah berubah, perempuan di Korea Selatan masih kerap diasosiasikan dengan peran domestiknya sehingga perempuan tidak mampu memiliki eksistensi dan identitas yang mandiri. Isu mengenai perempuan ini menjadi topik utama dalam novel Kim Ji-young, Born 1982. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana eksistensi tokoh Kim Ji-young dan upayanya dalam mencapai transendensi berdasarkan teori feminisme eksistensialisme Simone de Beauvoir ditampilkan dalam novel Kim Jiyoung, Born 1982. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan korpus yaitu novel Kim Jiyoung, Born 1982 karya Cho Nam-joo dalam bahasa Korea. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa Kim Ji-young belum mampu bereksistensi dan menjadi “ada untuk dirinya sendiri”. Selanjutnya, Kim Ji-young juga belum mampu menjalankan strategi transendensi, karena faktor eksternal yaitu status sosialnya yang kurang menguntungkan dan lingkungan konservatif yang tidak suportif. Selain itu, kepribadian Kim Ji-young yang tertutup dan pendiam juga menjadi faktor internal yang menjadi tantangan bagi upaya menuju transendensinya.

The existence of division roles between men and women in Confucianism is the cause of gender inequality in various fields. Although times have changed, women in South Korea are still often associated with their domestic roles, resulting in women being unable to have an independent existence and identity. The issue of women is the main topic in Kim Ji-young, Born 1982. This study aims to describe how the existence of Kim Ji-young's character and her efforts to gain transcendence based on Simone de Beauvoir's existential feminism theory are shown in the novel. The method used in this study is a qualitative descriptive method with the novel Kim Jiyoung, Born 1982 by Cho Nam-joo in Korean as the corpus. Based on the results, the author can conclude that Kim Ji-young has not been able to exist and to “be for itself". Kim Ji-young has not been able to transcend her boundaries due to external factors such as weak social status and the unsupportive society towards women's transcendence due to patriarchal culture. Furthermore, Kim Ji-young’s introverted and quite character also appears as a challenge in her own efforts towards transcendence."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Diana
"Hidup perempuan Jawa memang ironis. Mereka selalu ditanamkan oleh nilai-nilai yang membatasi kebebasannya. Dengan alasan untuk menjaga keharmonisan relasi antar sesama manusia, perempuan Jawa didoktrin untuk selalu patuh pada nilai-nilai tersebut. Sesungguhnya, nilai-nilai keharmonisan yang didewakan oleh adat Jawa merupakan diskriminasi yang dilakukan oleh kaum patriarki demi merebut subjektivitas perempuan sebagai manusia yang bebas. Kartini, sebagai manusia perempuan Jawa, mengalami langsung diskriminasi ini sehingga membuatnya selalu dijadikan objek oleh adat. Transendensi merupakan cara yang dapat membuat perempuan meraih kembali subjektivitas dan kebebasan tersebut. Namun Kartini tidak bisa melampaui imanensinya, sehingga membuatnya tetap berada pada posisi subordinat di dalam adat Jawa.

Javanese women’s live are ironic. They are always embedded with values that bounding her freedom. With motivation for keeping harmony in human relation, Javanese woman obediently doctrined for that values. Actually, harmony values that divined by Javanese tradition are discrimination doing by patriarchist to clutched women’s subjectivity as a free human. Kartini, as a Javanese woman, directly experience this discrimination, so make her always becoming object by Javanese tradition. Transcendence is the only way that can make women reach back her subjectivity and freedom. But, Kartini can not beyond her immanence, so make her always still at subordinate point in Javanese culture.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Ihsan Ramadhan
"Konflik selalu meninggalkan luka bagi tiap individu yang mengalaminya. Tidak jarang, individu atas dasar pengalaman luka pasca konfliknya memilih balas dendam sebagai cara melampiaskan kebenciannya. Hal itu membuat konflik menjadi sesuatu yang berulang. Kehangatan kehidupan bersama pasca konflik seringkali juga terkoyak dan memerlukan upaya untuk dapat pulih kembali. Cara yang ditawarkan untuk menyudahi kebencian dan memulihkan kembali kehangatan hidup bersama pasca konflik di dalam tulisan ini adalah melalui upaya rekonsiliasi dengan perjumpaan dan dialog. Melalui perjumpaan dan dialog, individu yang terdampak konflik diberikan kesempatan untuk saling menampilkan pengalaman akan konfliknya masing-masing. Dengan cara itu, tiap individu didorong untuk keluar dari kediriannya-sebagaimana yang diungkapkan oleh Levinas. Hal ini, telah ditunjukan nyata oleh dua individu yang mengalami pahitnya konflik Bom Bali I, yaitu Alif dan Mahendra. Keduanya berhasil keluar dari kekelaman pengalaman pasca konfliknya, saling memaafkan, dan bahkan dapat menjalin persaudaraan kembali.

Conflict always leave a wound to those who affected. Its often to see, those who affected by the conflict choose revenge to vent their hatred from the past conflict experience. It makes conflict into something that repeated. The aftermath of conflict not just affected the individual who experience it but also affected our social life. So, it urging us to take some action to repair it. The solution that this article offer from the aftermath of conflict is through a reconciliation. A reconciliation that brings us an encounter with the other and to have a dialogue with the other-like what levinas said. This idea had been shown succesful by Alif and Mahendra, those who experience closely The Tragedy of Bali Bombing I. Alif and Mahendra shows us that through encountering with the face of the other and have a relation with it, the bitterness of conflict experience can be overcome, forgiveness can be achieved, and they also have a good relationship again."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Nugraha Pratama
"Air dalam ranah spiritualitas menjadi salah satu alat utama untuk berpegang pada devosi ideal atau keinginan untuk menyatu dengan apa yang dianggap sebagai yang ilahi. Selama berabad-abad, air memainkan peran sebagai kekuatan yang memberi kehidupan dan juga memurnikan. Dalam budaya spiritual Jawa, sebuah amalgamasi dari Hindu-Buddha, Animisme-Dinamis, dan adat Islam, air telah digunakan untuk berbagai ritual sementara juga diwujudkan dan dimanifestasikan dalam sistem kepercayaan itu sendiri. Sistem kepercayaan Jawa sangat berakar pada pemahaman yang mendalam tentang mekanisme kosmologi di alam. Ini terdiri dari pengetahuan sehari-hari sampai budaya tinggi di Keraton, sebuah pedoman yang akan menghormati dan melestarikan mata pencaharian orang Jawa. Ada transendensi dan kesakralan definitif dalam budaya spiritual Jawa, di mana sebagian dapat dianggap sebagai kepercayaan mistis dan sebagian lagi sebagai praktik kokoh yang telah menjadi tradisi sejak berdirinya Kesultanan Mataram. Konvergensi Panembahan Senopati dan Ratu Kidul telah menandai awal yang kuat dan ikatan terhadap alam mistisisme, spiritualitas, dan transendensi yang berasal dari sosok feminin ketuhanan yang terikat akan lautan. Reinterpretasi air dari ritual dan konstruksi spasial yang diteliti untuk proyek ini mempengaruhi rekonstruksi transendensi dan kesakralan air untuk membangun jagad hipotesis sosok feminin ilahi tersebut.

Water in the realm of spirituality became one of the main tools to adhere to an ideal devotion or desire to be united with what is perceived as the divine. For centuries, water played the role of a life-giving force and also purifying one. In Javanese spiritual culture, an amalgam of Hindu-Buddha, Animism-Dynamism, and Islamic customs, water has been used for numerous rituals while also manifesting in the belief system itself. The Javanese belief system is rooted in a deep understanding of mechanisms of cosmology within the natural realm. It consists of concise know-how of daily life up until the high culture of Keraton, guidelines that would respect and preserve the livelihood of the Javanese people. There is a definitive transcendency and sacredness in the Javanese spiritual culture, where some could be considered as mystical beliefs and others as solid practices that have been a tradition since the creation of the Mataram Sultanate. The convergence of Panembahan Senopati and Ratu Kidul has marked a strong beginning and bond towards the realms of mysticism, spirituality, and transcendency that came from the ocean-bound divine feminine figure. Reinterpretations of water from rituals and spatial constructs researched for this project influence the reconstruction of the transcendency and sacredness of water to establish a hypothetical realm of the divine feminine figure."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Wahyuningsih
"Pasien kanker serviks menghadapi banyak masalah seperti tekanan fisik, spiritual, psikologis dan sosial, tekanan emosional dan kualitas hidup yang buruk. Kanker merupakan pengalaman kesehatan yang memotivasi perluasan batasan diri ke wilayah baru. Teori Transendensi Diri dari Pamela G. Reed menawarkan penjelasan dalam mencapai kesejahteraan, menemukan kelegaan dalam situasi sulit dan kesadaran baru tentang peristiwa negatif. Kasus kanker, sebagai salah satu kasus yang mengancam jiwa, memberikan konteks yang tepat dalam aplikasi Teori Transendensi Diri. Laporan ini menjabarkan penerapan teori Transendensi Diri pada asuhan keperawatan pasien kanker serviks. Intervensi yang diberikan dalam asuhan keperawatan ini berupa psikoterapi Life Review, sebagai salah satu strategi intrapersonal dalam transendensi diri dan wujud aplikasi EBN. Luaran dari penerapan teori ini adalah kesejahteraan spiritual yang ditandai dengan respon positif dari pasien kanker serviks tentang peristiwa hidup saat ini dalam berbagai rentang perjalanan kanker.

Cervical cancer patients face many problems such as physical, spiritual, psychological social, and emotional distress and also poor quality of life. Cancer is a health experience that motivates the expansion of self-limitation into new areas. Pamela G. Reed's Self-Transcendence Theory offers an explanation in achieving well-being, finding relief in difficult situations and new awareness of negative events. Cancer, as one of the life-threatening disease, provide the right context in the application of Self-Transcendence Theory. This report describes the application of Self-Transcendence theory in nursing care for cervical cancer patients. The intervention given in this nursing care is Life Review psychotherapy, as one of the intrapersonal strategies in self-transcendence and a form of EBN application. The output of the application of this theory is spiritual well-being which is characterized by positive responses from cervical cancer patients about current life events in various stages of the cancer journey."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Delistavia Indiaza Putri
"Konsep pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam ajaran Konfusianisme menjadi penyebab terjadinya ketidaksetaraan gender di berbagai bidang. Meski zaman telah berubah, perempuan di Korea Selatan masih kerap diasosiasikan dengan peran domestiknya sehingga perempuan tidak mampu memiliki eksistensi dan identitas yang mandiri. Isu mengenai perempuan ini menjadi topik utama dalam novel Kim Ji-young, Born 1982. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana eksistensi tokoh Kim Ji-young dan upayanya dalam mencapai transendensi berdasarkan teori feminisme eksistensialisme Simone de Beauvoir ditampilkan dalam novel Kim Jiyoung, Born 1982. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan korpus yaitu novel Kim Jiyoung, Born 1982 karya Cho Nam-joo dalam bahasa Korea. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa Kim Ji-young belum mampu bereksistensi dan menjadi “ada untuk dirinya sendiri”. Selanjutnya, Kim Ji-young juga belum mampu menjalankan strategi transendensi, karena faktor eksternal yaitu status sosialnya yang kurang menguntungkan dan lingkungan konservatif yang tidak suportif. Selain itu, kepribadian Kim Ji-young yang tertutup dan pendiam juga menjadi faktor internal yang menjadi tantangan bagi upaya menuju transendensinya.

The existence of division roles between men and women in Confucianism is the cause of gender inequality in various fields. Although times have changed, women in South Korea are still often associated with their domestic roles, resulting in women being unable to have an independent existence and identity. The issue of women is the main topic in Kim Ji-young, Born 1982. This study aims to describe how the existence of Kim Ji-young's character and her efforts to gain transcendence based on Simone de Beauvoir's existential feminism theory are shown in the novel. The method used in this study is a qualitative descriptive method with the novel Kim Jiyoung, Born 1982 by Cho Nam-joo in Korean as the corpus. Based on the results, the author can conclude that Kim Ji-young has not been able to exist and to “be for itself". Kim Ji-young has not been able to transcend her boundaries due to external factors such as weak social status and the unsupportive society towards women's transcendence due to patriarchal culture. Furthermore, Kim Ji-young’s introverted and quite character also appears as a challenge in her own efforts towards transcendence."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>