Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdullah Manaf
Abstrak :
Kecamatan Pujut merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Lombok Tengah yang berada di kawasan pesisir selatan Pulau Lombok. Kecamatan Pujut berbatasan dengan Samudera Hindia yang berada dekat dengan Subduksi Megathrust yang berpotensi menimbulkan gempa tektonik yang berpotensi tsunami.  Penentuan lokasi TES dilakukan dengan memperhatikan wilayah bahaya tsunami, aksesibilitas, dan waktu tempuh. . Metode Network Analysis pada software ArcGIS digunakan untuk mengetahui wilayah jangkauan dengan waktu tempuh 30 menit. Dari hasil studi, didapat tingkat bahaya tsunami yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu  tinggi 1,89 km2 (18%), sedang 8,13 km2 (77%) dan rendah 0,48 km2 (5%).  Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 5 bangunan TES, 2 TES di Desa Kuta, 2 TES di Desa Sukadana, dan 1 TES di Desa Mertak. TES di desa  Kuta dan Mertak dapat menampung seluruh penduduk di sekitar TES, sedangkan TES di desa sukadana tidak cukup menampung penduduk di sekitar TES. ......Pujut is one of the sub-districts in Central Lombok district, located in the southern coastal area of Lombok Island. Pujut District with the Indian Ocean located in the Megathrust Subduction has the potential to cause a tectonic earthquake that has the potential for a tsunami. Determining the location of TES is carried out by taking into account the tsunami hazard area, accessibility, and travel time. The Network Analysis method in ArcGIS software is used to determine the location with a travel time of 30 minutes. The results of the study, the tsunami hazard level was divided into 3 classes, namely high 1.89 km2 (18%), medium 8.13 km2 (77%) and low 0.48 km2 (5%). The results also showed that there were 5 TES buildings, 2 TES in Kuta Village, 2 TES in Sukadana Village, and 1 TES in Mertak Village. TES in Kuta and Mertak villages can accommodate all residents around TES, while TES in Sukadana village is not enough to accommodate residents around TES.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Tjahjono
Abstrak :
Introduction
1.1 Report Objectives
1.1.1 The research titled The Prediction and Appraisal of Travel Time variability Urban Radial Routes is awarded by The Toray Science Foundation to Mr. Tri Tjahjono, lecturer and researcher staff at the Department of Civil Engineering of the University of Indonesia, Jakarta. This research has been started on September 2, 1993 for a 10 (ten) months period. The research contract is under the Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (LPUI) on behalf the Toray Science Foundation. The Team members of this research are : Mr. Tri Tjahjono as principal investigator, Mr. Alan Marino and Mrs. Ellen S.W. Tangkudung. During this research are also helping by 2 (two) assistant-members and 45 field surveyors.
1.1.2 Briefly, the objectives of this research are: first, to understand the nature and causes of travel time variability and how to impose the traveler's perception and response in selected urban corridors; second, to produce an estimated travel time variation of both inter-vehicle variation and inter-period variation and; lastly, to propose an appropriate traffic management scheme that is able to reduce the travel time variability.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sosiawan Prasetyo
Abstrak :
Di dalam mengoperasikan angkutan umum/bus tidak jarang operator dihadapkan kepada permasalahan tidak seimbangnya demand (permintaan perjalanan) pada titik-titik perhentian sepanjang rute yang harus dilayaninya. Di lain pihak untuk memenuhi tuntutan atas pelayanan yang baik operator dihadapkan kepada permasalahan mahalnya biaya pengadaan armada. Dengan latar belakang tersebut, karya tulis ini mencoba mengembangkan suatu model matematis penjadwalan angkutan umum yang optimal dengan mengakomodasi kepentingan pengguna dan operator melalui pendekatan zona layanan. Untuk mengakomodasi kepentingan pengguna, model ini memiliki fungsi objektif memaksimumkan jumlah penumpang yang terangkut bus, sedangkan kepentingan operator adalah meminimasi jumlah armada yang dicapai dengan meningkatkan utilitas setiap bus. Tujuan ini didekati dengan mencari total waktu perjalanan (total travel time) yang paling minimum di mana semakin singkat perjalanan bus maka akan semakin besar kemungkinan bus tersebut dapat ditugaskan untuk melakukan perjalanan berikutnya. Didalam sistem zona, tujuan tersebut dicapai dengan membagi rute menjadi dua zona layanan dengan menetapkan perhentian tertentu sebagai titik transfer sedemikian rupa sehingga total travel time dari seluruh bus yang dioperasikan minimal. Solusi optimasi model menggunakan algoritma Newton sehingga didapatkan waktu keberangkatan bus dari setiap terminal (terminal A dan B). Selanjutnya dari waktu keberangkatan yang telah diperoleh, disusun rangkaian perjalanan dan ditentukan jumlah kebutuhan bus (fleet size) yang diperlukan, serta dihitung total travel time dari seluruh bus yang dioperasikan. Contoh kasus diberikan pada akhir pembahasan dari karya tulis ini yang merupakan aplikasi dari pengembangan model ini. Berdasarkan permintaan perjalanan yang ada pada rute dua arah dengan 6 (enam) perhentian, menghasilkan perhentian 4 sebagai perhentian yang paling optimal sebagai titik transfer dengan jumlah bus yang dibutuhkan sebanyak 4 (empat) buah dan total travel time seluruh bus sebesar 148.9017.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T10746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Satrio Wicaksono
Abstrak :
ABSTRAK

Konsep Smart Mobility sangat erat kaitannya dengan transportasi umum. Efektivitas operasional Trans Jakarta merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan Smart Transportation di provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan waktu tempuh antar halte dan jumlah minimum bus yang dapat digunakan untuk penyusunan time table dan mengoptimalkan utilisasi atas kapasitas bus Trans Jakarta di Koridor 1. Analisa dilakukan atas beberapa data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder. Data primer meliputi wawancara dan observasi lapangan, yaitu jumlah halte, durasi lampu lalu lintas, dan area yang menjadi titik potensi hambatan. Data sekunder berasal dari perusahaan, yaitu meliputi jumlah penumpang, riwayat perjalanan bus, dan spesifikasi serta kapasitas bus. Dengan menggunakan metode time series dan linier programming, didapatkan hasil yang menunjukkan perbedaan waktu tempuh di beberapa periode waktu dan juga utilisasi yang belum optimal atas kapasitas bus yang tersedia.


ABSTRACT


The concept of Smart Mobility is very closely related to public transportation. Trans Jakarta's operational effectiveness is one of the important factors in realizing Smart Transportation in DKI Jakarta province. The purpose of this study is to obtain the terminal-to-terminal bus travel time and the minimum number of buses that can be used to design time table and optimize the utilization of Trans Jakarta bus capacity in Corridor 1. The analysis is done on some data obtained, both primary and secondary data. Primary data include interviews and field observations, ie the number of stops, the duration of traffic lights, and areas that point to potential obstacles. Secondary data comes from the company, which includes the number of passengers, bus travel history, and bus specifications and capacity. By using time series and linear programming methods, the result shows the differences of travel time in some time period and also not optimal utilization of available bus capacity.

2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizta Melia Andanusa
Abstrak :
Respon pemadam dalam waktu perjalanan sangat berpengaruh dalam lama nya pemadam untuk tiba di lokasi kejadian dengan tepat waktu. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan pelayanan pos pemadam berdasarkan standar waktu tanggap perjalanan dan menganalisis karakteristik wilayah jangkauan pos pemadam kebakaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jaringan. Hasil dari penelitian ini adalah wilayah yang dapat dijangkau oleh petugas pemadam kebakaran sesuai standar waktu perjalanan yaitu sebesar 94,54%, dimana 71,65% dapat dilayani oleh lebih dari 1 posko dan 22,89% lainnya dapat dilayani oleh 1 posko. Sementara itu, masih ada 5,46% daerah penelitian yang tidak memenuhi standar. Pada karakteristik wilayah jangkauan didapatkan bahwa pada karakteristik wilayah layanan yang overlap dan non-overlap didominasi pada penggunaan lahan kelas permukiman, pada wilayah layanan yang overlap kepadatan penduduk nya didominasi pada kelas 30-60 jiwa/piksel dengan kepadatan bangunan didominasi pada kelas rendah. Selain itu, pada wilayah layanan yang non-overlap kepadatan penduduknya didominasi pada kelas < 30 jiwa/piksel dengan kepadatan bangunan didominasi pada kelas rendah, dan kerapatan jaringan jalan didominasi pada kelas tinggi. Sedangkan, pada karakteristik wilayah layanan yang tidak memenuhi standar waktu tempuh didominasi pada penggunaan lahan kelas lahan kosong, hal demikian dapat diartikan bahwa wilayah tersebut didominasi pada kelaspenggunaan lahan yang tidak berisiko kebakaran, namun masih terdapat 27% wilayahnya berupa kelas permukiman yang merupakan penggunaan lahan berisiko, serta kepadatan penduduknya didominasi pada kelas < 30 jiwa/piksel dengan kepadatan bangunan rendah, dan kerapatan jaringan jalan didominasi pada kelas rendah. ......The response of the firefighters in travel time is very influential in the length of time the firefighters arrive at the scene of the incident on time. Thus, this study aims to analyze the service coverage of the fire station based on the travel response time standard and to analyze the characteristics of the fire station coverage area. The method used in this study is to use network analysis. The results of this study are areas that can be reached by firefighters according to the standard travel time of 94.54%, of which 71.65% can be served by more than 1 post and the other 22.89% can be served by 1 post. Meanwhile, there are still 5.46% of research areas that do not meet the standards. In the characteristics of the coverage area, it is found that the characteristics of the overlapping and non-overlapping service areas are dominated by residential class land use, in overlapping service areas the population density is dominated in the 30-60 person/pixel class with building density dominated by the low class. In addition, in non-overlapping service areas the population density is dominated by the <30 person/pixel class with the building density being dominated by the low class, and the road network density being dominated by the high class. Meanwhile, the characteristics of service areas that do not meet travel time standards are dominated by vacant land class land use, this means that the area is dominated by land use classes that are not at risk of fire, but there is still 27% of the area in the form of residential class which is land use. at risk, and the population density is dominated by the class < 30 people/pixel with low building density, and the density of the road network is dominated by the low class.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Arya Sumasno
Abstrak :
Kemacetan Jakarta menjadi masalah yang cukup serius dan sampai sekarang tidak ada penyelesaian atas masalah tersebut. Kemacetan di Jakarta sudah menjadi hal yang lumrah terjadi, hampir di setiap jalan arteri besar di kota Jakarta terjadi kemacetan pada jam-jam sibuk. Berdasarkan Tomtom Traffic Index 2019, Jakarta mendapatkan peringkat ke-10 sebagai kota termacet di dunia, dengan nilai Traffic Index sebesar 53%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar Traffic Index diruas Jalan Arteri, dalam kasus kali ini, Jalan Jenderal Sudirman dipilih sebagai tempat penelitian. Analisis besaran Traffic Index sangat bergantung terhadap waktu tempuh. Waktu tempuh didapatkan dengan melakukan survey langsung di lapangan menggunakan kamera pribadi. Survey dilakukan pada siang hari dan sore hari. Dengan cara merekam lalu lintas kendaraan dari jembatan penyebrangan orang. Berdasarkan Tomtom, nilai Traffic Index Jakarta pada saat hari survey di siang hari sebesar 21% dan pada sore hari sebesar 51%, sedangkan nilai Traffic Index hasil survey pada siang hari sebesar 47,99% dengan waktu tempuh rata-rata sebesar 6 menit 23 detik, terdapat perbedaan sebesar 21%, sedangkan nilai Traffic Index hasil survey pada sore hari sebesar 58.34%, dengan waktu tempuh rata-rata sebesar 6 menit 50 detik, terdapat perbedaan sebesar 7,85%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Traffic Index siang hari dan nilai Traffic Index sore hari pada Jalan Jenderal Sudirman arah Bundaran HI – Senayan, termasuk dalam kategori macet. Dan untuk waktu kemacetan terparah, terjadi pada waktu sore hari. ......Jakrta’s traffic congestion is a serious problem and until now there has been no solution over this matter. Traffic Congestion in Jakarta has become a common thing, almost every major arterial road in the city of Jakarta is jammed during rush hour. Based on the 2019 Tomtom Traffic Index, Jakarta is ranked 10th as the most congested city in the world, with a Traffic Index value of 53%. The purpose of this research is to find out how big the Traffic Index is in the Arterial Road section, in this case, Jalan Jenderal Sudirman was chosen as the research site. Analysis of the amount of the Traffic Index is very dependent on travel time. Travel time is obtained by conducting a direct survey in the field using a personal camera. The survey was conducted in the afternoon and evening. By recording vehicle traffic from pedestrian bridges. Based on Tomtom, the Jakarta Traffic Index value during the survey day in the afternoon was 21% and in the afternoon was 51%, while the Traffic Index value from the survey during the day was 47.99% with an average travel time of 6 minutes 23 seconds. , there is a difference of 21%, while the Traffic Index value of the survey results in the afternoon is 58.34%, with an average travel time of 6 minutes 50 seconds, there is a difference of 7.85%. Based on these results, it can be concluded that the value of the Traffic Index during the day and the value of the Traffic Index in the afternoon on Jalan Jenderal Sudirman in the direction of Bundaran HI – Senayan, are included in the traffic jam category. And for the worst traffic jam, it happened in the afternoon.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ivan Farhan
Abstrak :
Rapid Transit System merupakan angkutan umum jenis baru yang memiliki waktu terjadwal dan lajur khusus sehingga memiliki waktu lebih efisien dibandingkan angkutan umum jenis lainnya. Ini juga berarti bahwa waktu perjalanan lebih cepat daripada yang lain. Saat ini, sebagian besar komuter dari Bekasi menggunakan transportasi pribadi, karena kepraktisan dan waktu tempuh yang lebih cepat dibandingkan dengan transportasi umum konvensional. Maka untuk melihat pengaruh waktu tempuh sistem rapid transit, waktu tempuh BRT dan LRT dibandingkan berdasarkan rute yang dipilih dari Summarecon Bekasi (Bekasi) ke Kawasan Dukuh Atas (Jakarta) dan rute yang sama untuk perjalanan yang dimulai dari Jakarta. Data tersebut kemudian dikumpulkan dengan menggunakan formulir survei dan alat pendukung. Setelah dilakukan pendataan maka dapat dihitung waktu tempuhnya sehingga diperoleh waktu tempuh BRT 71,49% lebih lama untuk rute Bekasi-Jakarta dan 56,27% lebih lama untuk rute Jakarta-Bekasi. Untuk kecepatan, Bekasi ke Jakarta lebih lambat 56,52%. Sedangkan untuk waktu tempuh LRT 32,25% lebih lama untuk rute Bekasi ke Jakarta dan 11,62% lebih lama untuk rute Bekasi ke Jakarta, kedua aspek tersebut dibandingkan dengan transportasi pribadi. Berdasarkan hipotesis statistik menggunakan analisis varians (ANOVA ), waktu tempuh sistem rapid transit tidak semuanya sama dengan nilai F perbandingan untuk BRT adalah 45,56 > 3,46 dan nilai F perbandingan untuk LRT adalah 58,807 > 5,32. Oleh karena itu, hipotesis alternatif terbukti, pengguna transportasi pribadi mana yang mungkin tidak mendukung penggunaan sistem angkutan cepat. ......Rapid Transit System is a new type of public transportation where it has a scheduled time and a dedicated lane for it, making it more time efficient than other types of public transportation. This also means that the travel time is faster than others. Currently, most commuters from Bekasi are using private transportation, due to practicality and faster travel time compared to conventional public transportation. Hence to see the travel time impact by the rapid transit system, the travel time of BRT and LRT are compared based on the chosen route from Summarecon Bekasi (Bekasi) to Dukuh Atas Area (Jakarta) and the same route for the trip that started from Jakarta. The data than being collected using a survey form and supporting tools. After the data collection, the travel time can be calculated, resulting the BRT travel time is 71,49% longer for Bekasi to Jakarta route and 56,27% longer for Jakarta to Bekasi route. For the speed, it is 56,52% slower for Bekasi to Jakarta. Meanwhile, for the LRT travel time is 32,25% longer for Bekasi to Jakarta route and 11,62% longer for Bekasi to Jakarta route, both aspects is being compared with private transportation.Based on the statistical hypothesis using analysis of variance (ANOVA), the rapid transit system travel time are not all equal with the F value comparison for BRT is 45,56 > 3,46 and F value commparison for LRT is 58,807 > 5,32. Hence, the alternative hypothesis is proven, which private transportation user might not in favor of using the rapid transit system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Ruben
Abstrak :
Bus Rapid Transit (BRT) dikenal sebagai salah satu solusi yang dapat menyediakan jasa angkutan masal yang berkualitas pada daerah perkotaan seperti Trans Jakarta. Kapasitas bus dipengaruh oleh lamanya waktu tempuh bus dimana pengaturan APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas) dipersimpangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi waktu tempuh. Pengkajian kecepataan rata-rata bus Trans Jakarta yang beroperasi dikoridor 1 Blok M-Kota dilakukan dengan survey dan pencarian data dari instansi terkait. Data tersebut diolah dan dipresentasikan dalam bentuk grafik, dengan melakukan trial and error sehingga dapat digambar grafik perjalanan bus. Dengan melakukan sinkronisasi waktu keberangkatan, kecepatan bus, dan lamanya waktu lampu hijau maka waktu tempuh dapat dioptimalisasi menjadi 37 menit 52 detik yaitu lebih cepat 19,3 % dari waktu tempuh yang ada serta dapat menghindari waktu tunda akibat lampu merah, yang mempengaruhi 18,04 % dari waktu tempuh.
Bus Rapid Transit (BRT) also known as one of the solution which can provide good public transportation service in urban area like Trans Jakarta. The travel time of busses influnce their capacity which the traffic light systematizing is one of the factors that can affect travel time. The study of Trans Jakarta busses average speed which operated in first corridor (Blok M-Kota) has been do ne with surveys and data gathering from related institution. All of the data was processed and presented in a form of graphic, with trial and error method, so the busses travel graphic can be obtain. With synchronization in departure time, speed of busses, and green time so the travel time of busses can be optimalize to 37 minutes and 52 seconds which is more faster 19.3 % from the actual travel time and can avoid delay that is caused by red light which can affect 18.04% from the travel time.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50519
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Warindra
Abstrak :
Simpang adalah bagian yang komplek dari sistim jalan raya, pada umumnya simpang dikendalikan dengan menggunakan sinyal lampu lalulintas. Dengan adanya simpang akan terjadi antrian yang mengakibatkan terjadinya tundaan, pada perencanaan sistim jalan raya. Tundaan yang terjadi akan menjadi perhatian yang utama, karena tundaan akan mengakibatkan bertambahnya waktu perjalanan, bertambahnya biaya perjalanan dan terjadinya ketidak nyamanan perjalanan. Untuk merencanakan dan menghitung lamanya tundaan telah ditetapkan beberapa formulasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Webster dan Akcelik, seperti pada Highway Capacity Manual (HCM), TRB Nasional Research Council Washington, D. C. 1994, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI-1997). Pada karya tulis ini dilakukan penelitian terhadap tundaan yang terjadi pada simpang berdasarkan pengamatan langsung dari arus lalulintas dilapangan, lokasi pengamatan berada pada simpang jalan M.T. Haryono, jalan Gatot Subroto dengan jalan Pasar Minggu raya (simpang Pancoran) Jakarta Selatan. Dengan menggunakan prinsip-prinsip matematik statistik dirumuskan suatu persamaan sederhana untuk menghitung lamanya tundaan yang terjadi pada suatu simpang. Kondisi arus laulintas pada simpang yang diteliti dibagi menjadi dua, yaitu kondisi volume lalulintas tidak melebihi kapasitas simpang (arus tidak mencapai arus jenuh) dan kondisi volume lalulintas melebihi kapasitas simpang (Kondisi melebihi arus jenuh), maka didapatkan dua formulasi untuk menentukan lamanya tundaan sebagaimana dua kondisi diatas. Dari formulasi model yang didapat dari penelitian, tundaan merupakan fungsi dari volume lalulintas (fungsi derajat kejenuhan). Dilakukan perhitungan dan perbandingan lamanya tundaan yang terjadi dengan menggunakan model formulasi hasil penelitian dengan : 1. Untuk kondisi arus tidak mencapai arus jenuh dengan rumusan tundaan MKJI-1997, didapatkan hasil yang lebih besar. 2. Untuk kondisi arus melebihi arus jenuh dengan rumusan tundaan Bin Han, Transpn Res-A. vol. 30, No. 2 hal. 155-171, dan didapatkan hasil yang lebih besar.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T9947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Moses Hasudungan
Abstrak :
Dengan perkembangan zaman masa kini, penggunaan Automated Vehicles (AV) akan menjadi hal yang umum di publik. Namun, dalam sistem pengukuran performa lalu lintas sekarang seperti travel time reliability, sistem pengukuran sekarang tidak mancakupi penggunaan kendaraan Automated Vehicles (AV). Sehingga dalam studi ini dilakukan studi literatur untuk mencari pengaruh-pengaruh dari penggunaan Automated Vehicles (AV) terhadap penggunaan sistem pengukuran performa lalu lintas yang saat ini masih digunakan. Selain itu, studi ini juga mencari tahu hal apa saja yang perlu dibenahi agar sistem pengukuran performa lalu lintas saat ini bisa mencakupi penggunaan Automated Vehicles (AV). Dalam literatur studi ini ditemukan bahwa penggunaan kendaraan berautomasi dapat memperbaiki hasil dari sistem pengukuran performa lalu lintas khususnya dalam pengukuran travel time reliability. Namun, di sisi lain, ada beberapa isu yang perlu diperhatikan jika kendaraan AV di dalam jaringan jalan yang ada. Dan dalam temuan-temuan di dalam studi ini, ditemukan bahwa bisa saja sistem pengukuran performa lalu lintas di masa mendatang tidak sepenting sekarang. Hal ini bisa terjadi karena dengan teknologi automasi beserta teknologi pendukung penggunaan automasi, performa lalu lintas dapat dikelola secara langsung. Namun, kemungkinan ini hanya bisa terjadi jika infrastruktur digital sudah bisa mendukung penuh penggunaan Automated Vehicles (AV). ......With the current trends, Automated Vehicles (AV) will be commonly used in public. However, the current traffic performance measurement practice including travel time reliability, it does not include the application of AV vehicles. Hence, it is needed to be find out what impacts that AV vehicles can bring to the current performance measurement practice. And it is also needed to be find out regarding what are the things that current performance measurement needed to be improved in the current practice. It is found out that AV can enhance the results of traffic performance measurement especially the travel time reliability measures. However, there are issues that needs to be taken care of while implementing AV vehicles on the road networks. And based on these findings, it is possible that in the near future, traffic performance measurement may not be needed since with automation technology along with its supporting technology of automation, travel time reliability can be directly managed by transport agency. However, this possibility can only be achieved when the digital infrastructures are able to fully support the application of AV vehicles.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>