Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eufrat Erardi
"Pemanfaatan Palm Oil Biodiesel mulai berkembang sejalan dengan pelaksanaan kebijakan mandatori BBN dari 2.805 Ribu kL di 2013 menjadi 4.706 Ribu kL pada 2018. Keberhasilan transisi energi melibatkan sektor keuangan dan keseimbangan tiga dimensi energi yaitu keamanan, kesetaraan, dan keberlanjutan lingkungan. Diperlukan teknologi Big Data untuk menangani berbagai variasi dan komparasi data yang disesuaikan dengan parameter Keuangan dan Trilemma Energi pada penerapan Palm Oil Biodiesel. Tahapan penelitian ini melalui proses pengelompokan data numerik dan kategorik yang kemudian melewati tahap training dan pengujian data. Output nya berupa hasil studi Big Data pada risiko kebijakan energi dalam penerapan Palm Oil Biodiesel. Simulasi tersebut dilakukan dengan menggunakan pemprograman Python. Badan Usaha BBN (SMAR.JK, TBLA.JK, dan CEKA.JK) menghasilkan Stock Return sebesar 28%. Kovarians terkecil terjadi antara saham SMAR.JK dan TBLA.JK, dengan korelasi dari ketiga saham tergolong rendah. Sharpe Ratio ketiganya menghasilkan 0,83-0,84. Skenario penerapan Biodiesel ini memberikan dampak progresif terhadap pertumbuhan energy equity dan energy security namun terjadi arah penurunan pada aspek environmental sustainability dengan penjabaran tahun 2020 aspek energy equity; environmental sustainability; energy security [0,72; 0;65; 0,79] diproyeksikan tahun 2023 [0,83; 0,53; 0,83]. Dalam penerapan kebijakan energi dalam penerapan Palm Oil Biodiesel tersebut terdapat risiko yang perlu diperhatinkan terhadap pelaksanaannya. Pada krisis tahun 2008 yang menunjukkan ketidaksbilan pada sektor keuangan. Dari Grafik 4.1. Total Badan Usaha BBN Stock Return menunjukkan SMAR.JK mengalami krisis paling berat. TBLA.JK paling stabil dan CEKA.JK tidak mengalami penurunan yang signifikan. Ketika DMO (Domestic Market Obligation) Palm Oil tidak terpenuhi maka biaya lingkungan tidak tercapai
......The utilization of palm oil biodiesel begins to develop rapidly in conjunction with the implementation of the biofuel mandatory policy, from 2,805 thousand kL in 2013 to 4,706 thousand kL in 2018. Achieving the transition involves the financial sector and the balance of three energy dimensions: security, equity, and environmental sustainability. Big Data Technology is required to handle numerous data variations and comparisons adjusted with the Finance and Energy Trilemma parameter in palm oil biodiesel implementation. This research begins with grouping numerical and categorical data and then continues to data training and data testing. The output will be the results of Big Data analysis on the risks of energy policy in palm oil biofuel implementation. Python software is used to perform the simulation. Biofuel companies (SMARJK, TBLA.JK, and CEKA.JK) yield 28% stock return. The smallest covariance exists between the stocks of SMAR.JK and TBLA.JK, while the correlation between the three companies’ stocks is considered low. The Sharpe Ratio of the three ranges from 0.83 to 0.84. This biodiesel implementation scenario contributes a progressive impact on the growth of energy equity and energy security but lowers environmental sustainability. The value of energy equity, environmental sustainability, and energy security in 2020 is expressed consecutively as [0.72, 0.65, 0.79], which is projected to 2023 with the value expressed as [0.83, 0.53, 0.83]. Risks in conducting the energy policies of palm oil biodiesel should be considered. The crisis that occurred in 2008 displayed instability in the financial sector. Based on Chart 4.1. Total Stock Return of Biodiesel Companies, SMAR.JK suffered from the crisis the most. TBLA.JK was the most secure, and CEKA.JK did not experience a significant decline. If the DMO (Domestic Market Obligation) of palm oil is not met, the environmental cost will not be attained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Amri Mustafa
"Monetary authorities pursue three desirable objectives: exchange rate stability, free international capital mobility, and an independent monetary policy. However, they are facing the trilemma, also known as the ‘Impossible Trinity’, which suggests that only two of these three goals can be achieved simultaneously. This research aims to examine the impact of each configuration or trilemma index—exchange rate stability, monetary independence, and financial openness—on the real GDP growth rate based on the evidence from Indonesia. This research method conducted an OLS (Ordinary Least Squares) approach and Newey-West HAC method. This study finds that only exchange rate stability and financial openness which significantly and positively affect the growth rate, thereby more exchange rate stability or financial openness increases the growth rate. Another trilemma index which is monetary independence, however, proved to be insignificant. Thus, it is beneficial for Indonesia policymakers to pursue and improve more on exchange rate stability or to implement policies that can attract capital flow and investment in order to support economic growth in Indonesia.
......Otoritas moneter berusaha mencapai tiga tujuan yang diinginkan: stabilitas nilai tukar, mobilitas modal internasional yang bebas, dan kebijakan moneter yang independen. Namun, mereka menghadapi trilemma, yang juga dikenal sebagai “Impossible Trinity” menyatakan bahwa hanya dua dari tiga tujuan tersebut yang dapat dicapai secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak dari setiap konfigurasi atau indeks trilemma—stabilitas nilai tukar, kemandirian moneter, dan keterbukaan finansial—terhadap tingkat pertumbuhan PDB riil di Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan OLS (Ordinary Least Squares) dan metode Newey-West HAC. Studi ini menemukan bahwa hanya stabilitas nilai tukar dan keterbukaan finansial yang secara signifikan dan positif mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB. Semakin meningkatnya stabilitas nilai tukar atau keterbukaan finansial akan meningkatkan pertumbuhan PDB di Indonesia. Indeks trilemma lainnya yaitu independensi moneter, terbukti tidak signifikan terhadap tingkat pertumbuhan PDB. Oleh karena itu, pembuat kebijakan di Indonesia dapat mengimplementasi kebijakan yang mengarah pada stabilitas nilai tukar dan mengimplementasikan kebijakan yang dapat menarik arus investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library