Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ayu Vernawati
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang : Para pekerja yang melakukan aktivitas fisik di lingkungan panas tinggi dapat mengalami gangguan pada ginjal. Selain glomerulus, bagian tubulointerstium yang memiliki fungsi penting reabsorsi dan sekresi, diduga juga mengalami gangguan. Ingin diketahui lebih lanjut ada tidaknya gangguan pada sel tubulus ginjal para pekerja setelah 4 jam pajanan panas tinggi melalui pemeriksaan NGAL urin yang lebih spesifik. Metode : Desain penelitian ini adalah baseline study dan pre-post study.Dilakukan di bagian hotpress outsole pabrik sepatu di Tangerang bulan April 2015. Data primer didapat melalui wawancara, pemeriksaan langsung tinggi dan berat badan serta pengambilan sampel NGAL urin dilakukan 2 kali, sebelum dan sesudah 4 jam kerja terpajan tekanan panas tinggi (29,0 oC - 31,05 oC ISBB). Untuk pemeriksaan kadar NGAL menggunakan kit komersial (Quantikine kit Human Lipocalin-2/NGAL Immunoassay). Hasil : 68 pekerja memenuhi kriteria inklusi penelitian dan 100 % adalah laki-laki berusia 20-40 tahun yang sehat. Didapatkan nilai NGAL urin awal sebelum terpajan panas antara 0.03 ng/ mL ? 12,82 ng/mL dengan median 1.52 ng/mL. Dari pemeriksaan setelah 4 jam kerja terpajan panas terdapat 25 responden (36,8% ) mengalami kenaikan nilai NGAL dalam urin dengan median kenaikan sebesar 0,35 mg/dL sedangkan 43 responden (63,2%) tidak mengalami kenaikan nilai NGAL dalam urin . Simpulan: Tidak terdapat peningkatan yang dianggap bermakna pada rerata nilai NGAL dalam urin para pekerja pabrik yang tepajan tekanan panas tinggi selama 4 jam kerja.
ABSTRACT Background : Workers performing physical activities in heat-stress environment could have kidney disorder. Beside glomerulus, tubulointerstitium which has important function of reabsorption and secretion, is suspected to also have injury. Further exploration on the impact on kidney tubules cells on the workers after 4 hours exposed to heat-stress through more specific examination of urine NGAL (uNGAL). Method : Design of this research are baseline study and pre-post study, conducted at the hotpress outsole department at a shoe factory in Tangerang in April 2015. Primary data obtained through interview, direct examination on height and weight and taking sample of uNGAL twice time, before and after 4 hours of moderate working activities in the area of high heat-stress (29,0 oC - 31,05 oC WGBT) . Examining NGAL level by using commercial kit (Quantikine kit Human Lipocalin-2/NGAL Immunoassay). Result : 68 workers fit with criteria inclusion study and 100% are healthy men aged between 20-40 years. The result of uNGAL initial scores are between 0.03 ng/ mL ? 12,82 ng/mL with median of 1.52 ng/mL. After 4 hours of moderate working activities in the area of high heat-stress there are 25 workers ( 36,8% ) have increase uNGAL level with median of 0,35 mg/dL, while the other 43 workers (63,2%) have not. Summary : There is no significant changes of urine NGAL score after 4 hours of working within worker population in the area of high heat-stress.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Phillip Monang Bravery
Abstrak :
Latar belakang: Nefrotoksisitas merupakan penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh zat toksin atau beracun. Prevalensi nefrotoksisitas adalah 18% - 27% di Amerika Serikat dan 5% dari pasien pascakemoterapi di RSUP Dr. Sardjito. Ekstrak lunasin memiliki fungsi sebagai antioksidan dan dan antikanker yang diperlukan penelitian efek toksisitas terhadap ginjal tikus Sprague Dawley (SD) untuk memeriksa keamanannya. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental in vivo dengan sampel ginjal tikus Sprague Dawley (SD). Tikus diberikan dosis lunasin masing-masing dengan konsentrasi 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB yang selanjutnya diterminasi serta dibentuk preparat histopatologi jaringan ginjal dengan diberikan pewarnaan HE. Proses berikutnya dilakukan pengamatan melalui mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada diameter tubulus. Pengukuran pada satu preparat dengan mengambil 5 tubulus dan masing-masing tubulus membentuk 5 garis saling memotong untuk mengukur diameter. Menggunakan aplikasi Indomicro View untuk mengolah data yang nantinya akan dimasukkan ke Microsoft Excel untuk pengumpulan data. Hasil: Pemberian ekstrak lunasin memiliki hasil yang berbeda terhadap diameter tubulus ginjal tikus Sprague Dawley (SD). Ginjal normal tanpa pemberian ekstrak lunasin memiliki rerata diameter adalah 31,325 μm. Pada pemberian dosis 250 mg/kgBB rerata diameter adalah 31,985 μm, pada dosis 500 mg/kgBB rerata diameter adalah 33,91 μm, dan pada dosis 750 mg/kgBB rerata diameter adalah 32,02 μm. Dengan hasil yang dimiliki tidak bermakna dan tidak signifikan Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan terdapat kenaikan diameter tubulus ginjal tikus Sprague Dawley (SD) dengan pemberian dosis ekstrak lunasin sebanyak 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB, dan terdapat penurunan diameter tubulus pada pemberian lunasin dengan dosis 750 mg/kgBB. Hasil yang diperoleh tidak signifikan terhadap data yang diukur. ......Introduction: Nephrotoxicity is a decrease in kidney function caused by toxic or toxic substances. The prevalence of nephrotoxicity is 18% - 27% in the United States and 5% of post-chemotherapy patients at Dr. Sardjito. The lunasin extract has antioxidant and anticancer functions which are needed to study its toxicity effect on the kidneys of Sprague Dawley (SD) rats. Method: This study used an in vivo experimental method with Sprague Dawley (SD) rat kidney samples. The rats were terminated and histopathological preparations were made using HE staining. Furthermore, the sample was given a dose of lunasin with a concentration of 250 mg/kgBW, 500 mg/kgBW, and 750 mg/kgBW, respectively. The next process was observed through a microscope with a magnification of 400 times on the diameter of the tubules. Measurement on one preparation by taking 5 tubules and each tubule forming 5 lines to measure diameter. Using the Indomicro View application to process data which will later be entered into Microsoft Excel for data collection. Result: The administration of lunasin extract had different results on the kidney tubule diameter of Sprague Dawley (SD) rats. Normal kidney without lunasin extract had a mean diameter of 31.325 μm. At a dose of 250 mg/kg the average diameter was 31.985 μm, at a dose of 500 mg/kg the average diameter was 33.91 μm, and at a dose of 750 mg/kg the average diameter was 32.02 μm. Conclusion: Based on the research carried out, there was an increase in the diameter of the kidney tubules of Sprague Dawley (SD) rats with the administration of lunasin extract doses of 250 mg/kgBW and 500 mg/kgBW, and there was a decrease in tubular diameter with the administration of lunasin at a dose of 750 mg/kgBW. The results in the form of increases and decreases obtained are not significant to the measured data.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library