Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"buku ini membahas tanaman toga yang berada di indonesia"
Surabaya: Airlangga University Press (AUP), 2016
615.321 598 TOG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Phillips, Roger
London: Pan Books , 1990
581.63 PHI h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Hidayat
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, 2006
615.321 SYA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dian Rosadi
"Telah dilakukan penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan obat pascapersalinan di pekarangan masyarakat Sunda Desa Ciburial, Banten. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan obat pascapersalinan, berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat Sunda Desa Ciburial. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan etnobotani melalui wawancara. Tujuan kedua yaitu mengetahui Indeks Nilai Penting tumbuhan obat pascapersalinan di pekarangan masyarakat Sunda Desa Ciburial. Metode penelitian yang dilakukan yaitu analisis vegetasi dengan kuadrat ganda. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Sunda Desa Ciburial untuk pengobatan pascapersalinan mencapai 46 spesies. Terdapat tiga spesies tumbuhan obat yang memiliki intensitas pemanfaatan tertinggi yaitu Jahe Zingiber officinale, Cikur Kaempferia galanga dan Koneng Curcuma domestica. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebanyak 36 spesies tumbuhan obat pascapersalinan diperoleh dari pekarangan. Tumbuhan obat di pekarangan yang memiliki Indeks Nilai Penting INP tertinggi pada kelompok liana yaitu areuy hatta Lygodium circinatum , terna yaitu nampong Siegesbeckia orientalis , perdu yaitu harendong Melastoma malabathricum , dan pohon yaitu kalapa Cocos nucifera.

Research regarding plants diversity on post partum recovery medical used in sundanese community forecourts in ciburial village, Banten has been conducted. This research was aimed to find out plants diversity on post partum recovery medical used, based on sundanese community perspectives. Research methods used ethnobotany perspectives interview. Another aim is to find out importance value indeks of plants used to post partum recovery medical in sundanese community forecourts. Research methods used vegetation analysis with double quadrate. Medicinal plants used by the sundanese community to reach up to 46 species. These three medicinal plants have the highest intensity in utilization, ginger Zingiber officinale , cikur Kaempferia galanga and koneng Curcuma domestica . Vegetation analysis results showed that 36 medicinal plant species obtained from forecourts. Medicinal plants in forecourts which had highest importance value index in liana group was areuy hatta Lygodium circinatum , in terna group was nampong Siegesbeckia orientalis , in perdu group was harendong Melastoma malabathricum and in tree group was kalapa Cocos nucifera.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"ABSTRAK
Anacardium occidentale Linn atau dikenal dengan nama daerah jambu mede merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional disamping biji yang sering dimanfaatkan sebagai makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salah satu kandungan kimia golongan flavonoid yang terdapat dalam daun jambu mede muda yang terkandung dalam fraksi etilasetat. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur panjang gelombang serapan maksimum senyawa flavonoid dengan penambahan beberapa pereaksi geser.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam daun jambu mede muda terdapat senyawa golongan flavonoid turunan flavonol yang mempunyai gugus hidroksil pada posisi 3,7, 3 dan 4."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wika Mardhiyah
"Pengembangan manfaat tumbuhan obat dimulai dengan mengumpulkan informasi dari pengetahuan lokal yang dimiliki berbagai etnis. Salah satu etnis yang unik di Indonesia adalah etnis Minangkabau yang berasal dari Nagari Tuo Pariangan karena memiliki sistem matrilineal. Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa sebagian besar tumbuhan obat di Nagari Tuo Pariangan dibudidayakan di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengetahuan tradisional masyarakat mengenai tumbuhan obat dan potensi pekarangan sebagai kawasan konservasi. Penelitian dilaksanakan selama sembilan bulan pada bulan Januari sampai September 2019. Pengambilan data etnobotani dilakukan dengan wawancara semiterstruktur pada 7 orang informan kunci dan 46 orang responden umum. Pengambilan data etnoekologi pekarangan dilakukan dengan analisis vegetasi pada 30 buah rumah. Data etnobotani diolah dengan menghitung Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), dan Relative Frequency of Citation (RFC). Data etnoekologi diolah dengan menghitung Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H), Indeks Kemerataan (e), dan Kekayaan Spesies (DMg). Analisis data dilakukan secara statistika deskriptif. Masyarakat memanfaatkan 139 spesies tumbuhan obat yang tergolong ke dalam 110 genus dan 59 famili. Tumbuhan obat digunakan untuk mengobati 73 jenis penyakit yang dikelompokkan menjadi 10 kategori. Curcuma longa, Kalanchoe laciniata, Zingiber officinale, dan Orthosiphon aristatus merupakan tumbuhan obat dengan UV, ICS, dan RFC yang tinggi. Sebagian besar tumbuhan obat menurut masyarakat memiliki UV, ICS, dan RFC yang termasuk ke dalam kategori rendah sehingga perlu dikonservasi. Masyarakat menanam 197 sepesies tanaman di pekarangan, termasuk ke dalam 148 genus dan 67 famili. Jumlah spesies tanaman terbanyak ditemukan di pekarangan Jorong Pariangan (117 spesies), sementara persentase tanaman obat tertinggi ditemukan di pekarangan Jorong Guguak (65,6%). Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies tanaman obat di pekarangan yang tergolong tinggi membuktikan bahwa masyarakat Nagari Tuo Pariangan menanam cukup banyak spesies tanaman obat. Pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi tanaman obat.

Development of the benefits of medicinal plants begins with gathering information from local knowledge held by various ethnic groups. One of the unique ethnic groups in Indonesia is the Minangkabau ethnic originating from Nagari Tuo Pariangan because it has matrilineal system. Based on preliminary surveys it is known that most of the medicinal plants in Nagari Tuo Pariangan are cultivated in the yard. The purpose of this study is to examine the traditional knowledge of community about medicinal plants and the potential of yard as a conservation area. The research was conducted for nine months from January to September 2019. The collection of ethnobotanical data was carried out by semistructured interviews with 7 key informants and 46 general respondents. Ethnoecological data was collected by analyzing vegetation in 30 houses. Ethnobotanical data was processed by calculating the Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), and Relative Frequency of Citation (RFC), while ethnoecological data is processed by calculating the Importance Value Index (INP), Diversity Index (H), Evenness Index (e), and Species Richness (DMg). Data analysis was performed by descriptive statistics. The community utilizes 139 species of medicinal plants belonging to 110 genera and 59 families. Medicinal plants are used to treat 73 types of diseases which are grouped into 10 categories. Curcuma longa, Kalanchoe laciniata, Zingiber officinale, and Orthosiphon aristatus are medicinal plants with high UV, ICS, and RFC. Most of the medicinal plants according to the community have UV, ICS, and RFC which are included in the low category, so it needs to be conserved. The community planted 197 species in the yard, including 148 genera and 67 families. The highest number of plant species was found in Jorong Pariangan (117 species), while the highest percentage of medicinal plants was found in Jorong Guguak (65.6%). Index of diversity, evenness, and richness of medicinal plants in the yard which are classified as high prove that Nagari Tuo Pariangan community plant quite a number of medicinal plants. The yard can be used as conservation area for medicinal plants.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pramita Siwi
"ABSTRAK
Penelitian etnobotani tumbuhan obat belum banyak dikaitkan dengan penelitian mengenai vegetasi hutan sebagai sumber tumbuhan obat. Telah dilakukan penelitian oleh Anas (2013), Rahma (2013), dan Sehati (2013) yang mendata 213 jenis Angiospermae berhabitus pohon (tingkat pohon, belta, dan semai) dari 53familidi zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Data tersebut menjadi bahan studi potensi tumbuhan obat untuk mengetahui manfaat pengobatan spesies tumbuhan dari ketiga penelitian tersebut. Studi dilakukan melalui penelusuran pustaka, wawancara ahli, dan dokumentasi tumbuhan. Delapan puluh tiga jenis merupakan tumbuhan obat yang digunakan berbagai etnis di Indonesia dengan keragaman bagian yang digunakan dan penyakit yang diobati. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan. Jenis penyakit yang paling banyak diobati dengan tumbuhan obat adalah gangguan gastrointestinal. Bioaktivitas dari 14 jenis tumbuhan telah diketahui sesuai dengan penggunaan tumbuhan tersebut. Sebanyak 28 jenis berada dalam database IUCN red list dengan 5 jenis berada dalam daftar high risk. Aquilaria malaccensis merupakan satu-satunya jenis yang berada dalam apendiks II CITES

ABSTRACT
Analysis about forest vegetation are rarely related to medicinal potency of the plants. There are 213 species of Angiospermae in tree form (tree, belt, and seedling level) from 53 family recorded from Anas? (2013), Rahma?s (2013), and Sehati?s (2013) researches in the core zone of Bukit Duabelas National Park. This data become the material of analysis about medicinal ethnobotanyto understand about medicinal properties of plant species? from those three researches. The analysis is done by literature study, interview with ethnobotany researcher, and plant documentation. There are eighty three species used as medicinal plants in several Indonesian tribes and ethnics with high variation in use and disease.Leaves are the most frequently used part of medicinal plants and gastrointestinal disfunctions treatment are the one that use the most medicinal plants. Comparation between ethnobotanical study and bioactivity assay only shows correlation for fourteen species. Known that 28 species are in the IUCN redlist database with 5 species in highrisklist. Aquilaria malaccensis is the only plant included in the appendix II of CITES.
"
2016
S63401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Sukersa
"Usada Taru Pramana (UTP) adalah sebuah naskah Bali klasik yang isinya menceritakan berbagai jenis tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan. Dare kesepuluh naskah UTP yang berhasil ditemukan, diketahui ada satu versi yang terdini dare lima naskah berisi teks lebih utuh, dare satu dare kelima naskah itu, yaitu naskah A memiliki keunggulan dibai.dingkan dengari naskah B, C, D, dan E. Dengan dernikian, dalam kaiian filologis irii diterapkan metode landasan (Iegger).Berdasarkan kritik teks yang dilakukan terhadap naskah-,naskah UTP berhasil diidentifikasi beberapa kesalahan satin/ tulis yang berupa lakuna, substitusi, adisi, omisi, inter¬polasi, substitusi interpolasi, ditogr afi, dan metatesis. Dengan membetulkan kesalahan-kesalahan sal.irt/tulis itu ter¬sajiiah teks UTP yang otoritatif dan benar berdasark:an bukti¬bukti yang terdapat dalam naskah-naskahnya. UTP menggunakar. bahasa Jawa Kuna bercampur denga.. Bahasa Bali. Dalarn edisi teks, ejaan kata-kata bahasa Jawa Kuna mengikuti Pasang Aksara Bali (Simpers, 1979) dan Kamus Jawa Kuna-Indonesia (Zoetmulder dan Robson, 1995). Kata-kata baha¬sa Bali merigikuti EYB Bahasa Bali dan Kamus Bali-Indonesia (War ria, 1990). Semua itu dicer tai pules penyesuaian seperlu¬nya. Ter jemahan dalam bahasa Indonesia juga disertakan agar¬isi teks UTP dapat dipahami oieh masyarakat ivas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T41363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daiichiro Widodo Abinawanto
"Telah dilakukan penelitian tentang Keanekaragaman parem Etnis Karo di Pasar Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tujuan penelitian adalah untuk mendokumentasikan pengetahuan lokal pedagang obat tradisional etnis Karo di Pasar Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dalam pemanfaatan parem.
Metode penelitian dilakukan dengan teknik wawancara semistruktural dan terbuka serta pengambilan data tumbuhan untuk dilakukan identifikasi. Wawancara dilakukan pada tujuh pedagang dari tujuh kios yang terdapat di pasar Pancur Batu. Pertanyaan meliputi jenis parem, kegunaan, bahan baku yang digunakan, dan cara pembuatan parem.
Tumbuhan obat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan parem mencapai 145 spesies dari 49 famili. Parem dengan jumlah bahan tumbuhan tertinggi terdapat pada parem dingin yang berjumlah rata-rata 43 spesies tumbuhan. Zingiberaceae merupakan famili yang memiliki spesies bahan penyusun parem terbanyak yaitu berjumlah 20 spesies tumbuhan. Sebanyak 40 famili tumbuhan obat dimanfaatkan pada bagian daun. Sebanyak 69% dari 145 spesies tumbuhan obat bahan pembuatan parem berhabitus herba.
Parem dingin merupakan parem yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki bahan tumbuhan yang bermanfaat dalam merawat kulit. Hal tersebut terlihat dari rata-rata jumlah spesies penyusun parem dingin yang terdapat di Pasar Pancur Batu. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai metabolit sekunder yang terdapat pada bahan tumbuhan penyusun parem tersebut.

Research has been carried out on the diversity of ethnic Karo parem in Pancur Batu Market, Deli Serdang Regency, North Sumatera. The aim of the study was to document the local knowledge of traders of traditional Karo ethnic medicine at Pancur Batu Market, Deli Serdang Regency, North Sumatera in the utilization of the parem.
The research method was carried out by semi-structural and open interview techniques and plant data collection for identification. Interviews were conducted at seven traders from seven kiosks located in Pancur Batu market. Questions include the type of parem, uses, raw materials used, and the way of making parem.
Medicinal plants that are used as raw material for making parem reach 145 species from 49 families. the parem with the highest amount of plant material is found in the cold parem, which amounts to an average of 43 species of plants. Zingiberaceae is the family that has the most species of parem making material, amounting to 20 species of plants. As many as 40 families of medicinal plants are used in the leaves. As many as 69% of the 145 species of medicinal plants which produce herbaceous herbal medicine.
Parem dingin is a parem that has the potential to be developed further because it has plant ingredients that are beneficial in caring for the skin. This can be seen from the average number of parem dingin component species found in Pancur Batu Market. Further research is needed regarding secondary metabolites found in the plant material that composes the parem."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Fauziah
"Tradisi penggunaan tumbuhan lokal untuk penyembuhan patah tulang oleh masyarakat Kerajaan Jambu Lipo, konservasi tumbuhan obat yang berkelanjutan salah satunya dapat dilestarian melalui budaya lokal dan pengetahuan tradisional. Masalah dalam penelitian ini adalah kajian etnobotani tumbuhan obat untuk patah tulang di wilayah Kerajaan Jambu Lipo belum ada. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk menganalisis pengetahuan lokal, sikap, dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan obat, kandungan fitokimia tumbuhan obat, serta menyusun konsep konservasi tumbuhan obat. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran, informan dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dan kuisioner yang disebar ke responden di tiap nagari di Kecamatan Lubuk Tarok. Hasil penelitian menunjukkan 17 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh dukun patah tulang, masyarakat Kerajaan Jambu Lipo memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang saling berkorelasi terkait tumbuhan obat patah tulang, tumbuhan obat memiliki kandungan senyawa yang berperan dalam proses penyembuhan patah tulang, serta konsep konservasi yang disusun melalui pengukuran populasi tumbuhan, penggunaan berkelanjutan, dan pengetahuan tradisional. Kesimpulan penelitian ini yakni melalui budidaya di area pekarangan dan juga perkebunan menjadi bentuk pelestarian dari tumbuhan obat dan juga menjadi sumber ekonomi pengembangan desa.

The tradition of using local plants for healing fracture by the people of Kerajaan Jambu Lipo, sustainable conservation of medicinal plants can be preserved through local culture and traditional knowledge. The problem in this research is that there is no ethnobotanical study of medicinal plants for fractures in Kerajaan Jambu Lipo. The purpose of this study was to analyze local knowledge, attitudes and behavior of the community in utilizing medicinal plants, the phytochemical content of medicinal plants, and to develop a concept of conserving medicinal plants. This research method used a quantitative approach with mixed methods, the informants in this study were conducted through semi-structured interviews and questionnaires which were distributed to respondents in each village in Lubuk Tarok District. The results showed that 17 types of plants were used as medicine by traditional healers for fracture, the people of Kerajaan Jambu Lipo had knowledge, attitudes, and behaviors that correlated with each other related to medicinal plants for broken bones, medicinal plants contain compounds that play a role in the healing process of broken bones, and the concept conservation structured through measurement of plant populations, sustainable use, and traditional knowledge. The conclusion of this study is that through cultivation in the yard area and also plantations it is a form of preservation of medicinal plants and also a source of economic development for village development."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>