Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R.M. Suryadi Tjekyan
Abstrak :
Penyakit DM tipe 2 menyerang usia dewasa diatas 40 tahun dengan komplikasi yang serius. Tujuan penelitian ini adalah meneliti apakah konsumsi kopi dapat menurunkan resiko kejadian diabetes tipe 2. Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol dengan DM tipe 2 sebagai kelompok kasus dan kontrol non DM tipe 2 dengan sampel sebanyak 482 tiap kelompok. Hasil penelitian kelompok non diabetes tipe 2 lebih banyak minum kopi murni dengan odd ratio = 0.75 dapat disimpulkan kopi murni merupakan faktor proteksi diabetes tipe 2 dan bermakna 􀁣2=4.61, p=0.036, Takaran 1-3 sendok makan dibandingkan dengan kelompok yang tidak minum kopi didapatkan odd ratio=0.65, p=0.001036. Secara keseluruhan lamanya minum kopi didapatkan odd ratio rerata = 0.863 dan spearman korelasi bermakna pada p < 0.01.Secara keseluruhan didapatkan odd ratio = 0.758 antara jumlah kopi yang diminum perhari dengan kejadian diabetes tipe 2, disimpulkan jumlah kopi yang diminum berperan menurunkan angka kejadian diabetes tipe 2. dengan korelasi spearman =- 0.121. Dari hasil analisa logistik regresi didapatkan seluruh kekentalan campuran kopi merupakan faktor protektif dari kejadian diabetes tipe 2. dan takaran 3 sendok tanpa gula mempunyai faktor protektif yang sangat tinggi. ......The Risk of Type 2 Diabetic among Coffee Drinker in Palembang Municipality Year of 2006-2007. Prevalence of Type 2 Diabetic approximately 4.7%, and expose people age of 40 year above with serious complications. The objectived of the research was to find out the association between cofee consumption dan the risk of type 2 diabetic. Method : The design of the research was case control study with type 2 diabetic as cases group and non diabetic type 2 as control group with matching of the aged group with sample size 482 for each group. Result: Pure coffee consumption of 1- 3 tea spoon the odd ratio was 0.65. and for group less than 1 year the odd ratio =0.49, 1-2 years the odd ratio = 0.55, 3-5 years the odd ratio = 0.13, 6-10 years odd ratio=0.42, 11- 20 the odd ratio =0.60 and more than 20 years the odd ratio=0.29 and it could concluded the risk of type 2 diabtetic inversely associated with duration of coffee consumption. The overall odd ratio of coffee consumption frequencies was 0.758 with spearman correlation = -0.121,or more frequently coffe consumsption the lowest risk of type 2 diabetic. By regresion analysis it was found out the overall coffee viscosities was protected factors for the risk of type 2 diabtetic especially mixed 3 spoon coffee with out sugar had high protected index.
Palembang: Medical Faculty Sriwijaya University, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Eka Andayani
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar vitamin C plasma dengan kadar MDA dan monosit pada penderita DM tips 2 Tempat : Poliklinik Metabolik dan Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipta Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Metodologi : Penelitian potong lintang pada 52 orang pasien DM tipe 2. Data yang diambil meliputi data umum dan demografi, lama menderita DM, status gizi, komplikasi, asupan vitamin C dan pemeriksaan laboratorium meliputi kadar vitamin C, MDA plasma, jmlah monosit dan kadar HbAic. Uji korelasi dilakukan dengan mcnggunakan uji Pearson dan Spearman-Rank Hasil : Subyek terdiri dari 37 prang perempuan dan 15 orang pria, dengan rerata usia 49,88 ± 5,87 tahun. Sebanyak 46,2% subyek berpendidikan rendah, 75% berada di bawah Upah Minimum Propinsi (UMP), median lama menderita DM 48 (1- 228) bulan dan 78,8% telah mengalami komplikasi. Rerata IMT 26,11 + 4,85 kg/m2 dan 69,3% tcrmasnk kategori BB lebih. Sebanyak 40,4% tergolong dalam kelompok dengan asupan vitamin C kurang. Median kadar-vitamin C plasma 21,14 (1,89 - 0,86) pmo11L dan 52% tergolong ke dalam kelompok dengan kadar vitamin C rendah dan defisiensi. Median kadar MDA plasma 0,37 (0,03 - 0,86) [anon dart 90,4% subyek tergolong dalam kelompok dengan MDA normaL Rerata jutnlah monosit 7,13 ± 1,78% dan 75% mempunyai kadar monosit normal. Terdapat korelasi bermakna (p=0,02) antara asupan vitamin C dengan kadar vitamin C plasma, dan antara kadar HbA,c dcngan kadar MDA plasma (p=0,02). Variabel lain yang diteliti tidak mempcrlihatkan korelasi yang bermakna Kesimpulan: Antara kadar vitamin C dengan kadar MDA plasma dan jumlah monosit tidak didapatkan korelasi yang bermakna. Didapatkan korelasi bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar vitamin C plasma dan antara kadar HbA1c dengan kadar MDA plasma.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Chloranyta
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan SMBG dengan diabetes outcome dan kualitas hidup. Desain penelitian cross sectional dengan sampel penelitian 51 pasien diabetes tipe 2 dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief , Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES-D. Analisis bivariat menggunakan pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan SMBG dengan diabetes outcome p=0.000 dan kualitas hidup p=0.000 pada pasien diabetes tipe 2. Hasil uji multivariat linier berganda menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi diabetes outcome dan kualitas hidup adalah usia. Diharapkan intervensi keperawatan yang lebih optimal untuk meningkatkan SMBG. ......This study aimed to analyze the correlation of SMBG satisfaction with the diabetes outcomes and the quality of life. The study design was a cross sectional with total sample of 51 type 2 diabetic patients with purposive sampling technique. The measuring instruments used were The Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, The Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief, The Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES D. Bivariate analysis using pearson the results showed that there was a significant correlation between SMBG satisfaction with diabetes outcome p 0.000 and quality of life p 0.000 in type 2 diabetes patients. Multiple liner mulitivariate test results showed that the most influencing variable of diabetes outcome and quality oflife was age. It is expected that more optimal nursing interventions to improve SMBG.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Nefropati diabetik telah diketahui merupakan salah satu penyulit jangka panjang diabetes melitus (DM) yang berbahaya, yang dapat menyebabkan kegagalan ginjal tahap akhir. Namun, data adanya nefropati diabetik di antara pasien diabetes tipe 2 yang menjalani rawat jalan saat ini belum ada. Penelitian cross-sectional ini ditujukan untuk mengetahui prevalensi nefropati diabetik di antara penderita diabetes tipe 2 rawat jalan yang datang untuk pertama kalinya ke Klinik Metabolik dan Endokrinologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dari Desember 2001 sampai Juni 2002, 100 pasien baru diabetes tipe 2 diikutsertakan dalam studi. Empat puluh dua di antaranya adalah laki-laki dengan usia rata-rata 54 + 9,6 tahun. Overt nephropathy (makroalbuminuria) ditemukan pada 11% pasien, incipient nephropathy (mikroalbuminuria) terdapat pada 26% penderita, sedangkan sisanya normal (normoalbuminuria). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama sakit yang lebih dari 5 tahun menunjukkan korelasi bermakna dengan derajat albuminuria. Namun, tidak ada hubungan bermakna antara derajat albuminuria dengan faktor-faktor risiko lain, yaitu usia, dislipidemia, hipertensi, obesitas, dan kadar HbA1c. Semua pasien dengan overt nephropathy menunjukkan tes klirens kreatinin di bawah 75 ml/ menit (rerata 45,3 mL/menit), secara bermakna lebih rendah dari pasien dengan mikro- atau normoalbuminuria (p=0,01). Retinopati ditemukan pada 10 dari 11 (90%) pasien dengan overt nephropathy. Analisis multivariat memperlihatkan bahwa lama sakit dan retinopati secara bermakna berkorelasi dengan terjadinya nefropati diabetik (p < 0,05). Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa prevalensi nefropati diabetik (yaitu overt nephropathy dengan retinopati) di antara pasien diabetes tipe 2 rawat jalan adalah 10%. Lama sakit merupakan faktor risiko penting bagi timbulnya penyulit ini. (Med J Indones 2004; 13: 161-5)
Diabetic nephropathy has been known as one of the most serious long-term complications of diabetes mellitus (DM), which could lead to end-stage kidney failure. However, data showing the presence of diabetic nephropathy among ambulatory type 2 diabetic patients is currently not available. This cross-sectional study was conducted to find the prevalence of diabetic nephropathy among non-hospitalized type 2 diabetic patients, who came for the first time to the Metabolic and Endocrinology Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. From December 2001 to June 2002, 100 new type 2 diabetic patients were included in the study. Forty-two of them were men and the mean age was 54 + 9.6 years. Overt nephropathy (macroalbuminuria) was found in 11% of patients, while incipient nephropathy (microalbuminuria) was 26%, and the rest were normal (normoalbuminuria). Duration of illness of more than 5 years was significantly correlated with the degree of albuminuria. However, there is no significant correlation between the degree of albuminuria and other risk factors, i.e. patient’s age, dyslipidemia, hypertension, obesity, HbA1c level. All patients with overt nephropathy had creatinine clearance test below 75 ml/ min. (mean 45.3 mL/min), significantly lower than patients with micro- or normoalbuminuria (p=0.01). Retinopathy was found in 10 out of 11 (90%) patients with overt nephropathy. Multivariate analysis showed that the duration of illness and retinopathy was significantly correlated with the presence of diabetic nephropathy (p< 0.05). We concluded that the prevalence of diabetic nephropathy (i.e. overt nephropathy with retinopathy) among non-hospitalized type 2 diabetic patients was 10%. The duration of illness was an important risk factor for the development of this complication. (Med J Indones 2004; 13: 161-5)
Medical Journal of Indonesia, 13 (3) Juli September 2004; 161-165,
MJIN-13-3-JulSep2004-161
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library