Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprillia Kurniasari
"Hiperpigmentasi merupakan peristiwa yang terjadi akibat produksi pigmen kulit yang berlebihan. Warna kulit sangat dipengaruhi oleh keberadaan melanin, dimana keberadaan melanin sangat dipengaruhi oleh enzim tirosinase. biji coklat (Theobroma Cacao Linn) merupakan salah satu bahan yang kaya akan senyawa flavonoid diantaranya adalah senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan dan sebagai inhibitor tirosinase. Tujuan penelitian ini untuk menguji potensi ekstrak biji coklat sebagai inhibitor tirosinase untuk bahan aktif pencerah kulit. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah experimental laboratories dengan beberapa pengujian antara lain: kadar flavonoid total dan uji aktivitas inhibitor tirosinase. hasil penelitian ini adalah terdapat aktivitas inhibitor tirosinase pada ekstrak etanol biji coklat. Aktivitas inhibitor tersebut dapat dilihat dari nilai IC50 untuk reaksi monofenolase dan difenolase masing-masing adalah 352,05 μg mL-1 dan 836,20 μg mL-1. Selain itu juga terdapat kandungan senyawa flavonoid total sebanyak 0,05 %b/b, sehingga ekstrak etanol biji coklat ini merupakan bahan alam yang berpotensi untuk digunakan dalam formulasi krim pemutih dalam ilmu farmasi.

Hyperpigmentation is an event that occurs due to excessive production of skin pigment. Skin color is strongly influenced by the presence of melanin, which is strongly influenced by the presence of melanin tyrosinase enzyme. cocoa (Theobroma cacao Linn) is one of the ingredients that are rich in flavonoids include polyphenolic compounds that function as antioxidants and as a tyrosinase inhibitor. The purpose of this study to examine the potential of the cocoa bean extract as a tyrosinase inhibitor for skin lightening active ingredients. The method used in the study is experimental with some testing laboratories, among others: total flavonoid content and test the activity of tyrosinase inhibitors. the results of this research is there tyrosinase inhibitor activity in the ethanol extract of cocoa. The inhibitor activity can be seen from the IC50 value for the reaction difenolase monofenolase and each was 352.05 ug mL-1 and 836.20 ug mL-1. There is also the content of total flavonoids 0.05% w/w, so that the ethanol extract of the cocoa bean is a natural product that has the potential to be used in the formulation of skin lightening cream in the pharmaceutical sciences.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lin Hofa Nurul Alifah
"Asam ferulat memiliki aktivitas antioksidan dan anti tirosinase, namun cenderung mengalami perubahan warna, bau dan terdegradasi menjadi isomernya yang menyebabkan penurunan aktivitas biologi. Modifikasi struktur melalui substitusi basa Mannich dapat menjadi salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisikokimia dan aktivitas biologinya. Pada penelitian ini dilakukan sintesis asam ferulat dan turunan basa Mannich-nya (3a-d) melalui reaksi kondensasi Knoevenagel antara senyawa aromatik golongan aldehid dan asam malonat. Jenis aromatik aldehid yang digunakan adalah vanilin dan vanilin yang telah tersubstitusi basa Mannich morfolin (2a), 2,6-dimetilmorfolin (2b), dimetilamin (2c), dan dietilamin (2d). Hasilnya diperoleh asam ferulat tanpa modifikasi (1) dan asam ferulat yang telah tersubtitusi basa Mannich (3a-d). Berdasarkan uji aktivitas inhibitor tirosinase dengan menggunakan L-dopa sebagai substrat diperoleh rentang IC50 senyawa 3a-d adalah 312,60-380,75 μM. Aktivitas tersebut lebih rendah daripada asam ferulat (IC50 287,22 ± 1,12 μM) dan asam kojat (IC50 46,34±0,27 μM) yang digunakan sebagai senyawa standar. Pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH diperoleh rentang IC50 senyawa 3a-d adalah 17,53-26,64 μM. Senyawa 3c (IC50 17,81 ± 0,06 μM) dan 3d (IC50 17,53 ± 0,08 μM) memiliki aktivitas antioksidan lebih unggul daripada asam ferulat (IC50 22,04 ± 0,17 μM), namun masih lebih rendah daripada asam askorbat sebagai senyawa standar (IC50 15,26 ± 0,18 μM). Sehingga, modifikasi struktur melalui substitusi basa Mannich dalam penelitian ini belum mampu meningkatkan aktivitas inhibitor tirosinase senyawa 3a-d, tapi meningkatkan aktivitas antioksidan untuk senyawa 3c dan 3d.

Ferulic acid has antioxidant and anti-tyrosinase activity, still tends to colour and odor change and degrade to its isomers leading to a decrease in biological activity. Structural modification through Mannich base substitution could be one way to improve its phsycochemical properties and biological activity. In this research, the synthesis of ferulic acid and its Mannich base derivatives (3a-d) was carried out through the Knoevenagel condensation of aromatic aldehydes and malonic acid. The types of aromatic aldehydes used was vanillin and vanillin substituted Mannich bases by morpholine (2a), 2,6-dimetyl morpholine (2b), dimethylamine (2c), and dietylamin (2d). Thus, we obtain ferulic acid without modification (1) and its mannich base derivatives (3a-d). According to the tyrosinase inhibitor evaluation using L-dopa as a substrate, the IC50 of compounds 3a-d was in the range of 312,60-380,75 μM. The activity was lower than ferulic acid (IC50 287,22 ± 1,12 μM) and kojic acid (IC50 46,34 ± 0,27 μM), used as standard compounds. The antioxidant activity using the DPPH method was obtained with IC50 in the range of 17,53-26,64 μM. Compound 3c (IC50 17,81 ± 0,06 μM) and 3d (IC50 17,53 ± 0.08 μM) had better antioxidant activity than ferulic acid (IC50 22.04 ± 0.17 μM). However, it was lower than ascorbic acid as standard compound (15.026 ±0.018 μM). Based on the study, structure modification through Mannich base substitution was not yet able to enhance the activity of the tyrosinase inhibitor of the compounds 3a-d but increased the antioxidant activity for the compounds 3c and 3d."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daratia Junjun Sari
"Daun benalu mangga telah diketahui mampu memiliki aktivitas antioksidan, namun
belum diketahui potensinya sebagai penghambat tirosinase. Aktivitas antioksidan
berpotensi sebagai penghambat tirosinase yang bergunau ntukmenghambat
terbentuknya melanin di dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
aktivitas penghambatan tirosinase dan manfaat dari sediaan emulgel ekstrak etanol
daun benalu mangga. Metode yang digunakan adalah DPPH (1,1
difenildipikrilhidrazil) untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan Dopakrom untuk
mengetahui penghambatan terhadap enzim tirosinase.Parameter adanya aktivitas yang
dimiliki ekstrak ditunjukan oleh nilai IC50 dan persentase inhibisi. Ekstrak etanol
daun benalu mangga dibuat sediaan emulgel dengan konsentrasi 0,5%. Uji stabilitas
fisik sediaan emulgel dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan kepada
sukarelawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan selama 28 hari
pada daerah lengan bawah dengan parameter indeks melanin kulit. Hasil ekstraksi
menunjukkan ekstrak etanol daun benalu mangga memiliki rendemen 59,89%.
Pengujian terhadap aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase masing-masing
memiliki nilai IC50sebesar 31,41 µg/mL dan 722,73 µg/mL. Sediaan emulgel ekstrak
etanol daun benalu mangga belum menunjukkan kestabilan selama 12 minggu,
namun hasil uji keamanan tidak menimbulkan iritasi sehingga aman digunakan secara
topikal. Hasil uji manfaat menunjukkan sediaan emulgel ekstrak daun benalu mangga
belum mampu mencerahkan kulitsecara signifikan dalam waktu 28 hari.

Mango mistletoe leaves ethanol extract has been known have antioxidant activity, but
it has not known as a potential inhibitor of tyrosinase. The antioxidant activity can be
potentially useful as tyrosinase inhibitors to inhibit the melanin in the skin. The aims
of the study is to obtain tyrosinase inhibitor activity and to get the benefits of mango
mistletoe leaves ethanol extract emulgel. The method used was DPPH
(1,1diphenyldipikrilhidrazil) to determine the antioxidant activity and Dopakrom to
determine the inhibition of the enzyme tyrosinase. The parameters of the activity
shown by the extracts possessed IC50values and the percentage of inhibition. The
concentration of emulgel from mango mistletoe leaves ethanol extract was 0.5%.
Physical stability test of emulgel performed for 12 weeks and safety test to volunteers
was using a patch test method. Efficacy test conducted for 28 days in the area of the
forearm with skin melanin index as the parameter. Extraction results showed mango
mistletoe leaves ethanol extract has a yield about 59.89%. The test result of
antioxidant activity and tyrosinase inhibitors based on IC50 values are 31.41 µg/mL
and 722.73 µg/mL. Emulgel of mango mistletoe leaves ethanol extracthas yet stable
for 12 weeks, however the results of safety test showedthat there was no irritation on
the skin so it was safe to use topically. The efficacy test results demonstrated the
benefits of emulgel of mango mistletoe leaves ethanol extract has not been able to
lighten skin significantly within 28 days.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T34993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Agustin
"ABSTRAK
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak metanol 80% daun Cassia
fistula L. serta fraksi-fraksinya berpotensi sebagai antitirosinase sehingga dapat
menghambat pembentukan melanin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
sediaan krim yang mengandung fraksi nonpolar, yaitu fraksi n-heksana dari
ekstrak etanol 96% daun trengguli, yang mempunyai aktivitas antioksidan dan
antitirosinase, stabil dan aman. Metode untuk menguji aktivitas antioksidan
adalah metode DPPH, sedangkan untuk pengujian aktivitas antitirosinase
dilakukan dengan mengukur penurunan intensitas warna yang menunjukkan
penghambatan pembentukan dopakrom dalam reaksi tirosinase-L-DOPA.
Parameter adanya aktivitas ditunjukkan oleh persentase inhibisi dan nilai IC50. Uji
stabilitas fisik terhadap krim dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan
kepada sukarelawan menggunakan metode single application closed patch
epicutaneous test under occlusion. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan
ekstrak etanol 96% daun trengguli dan fraksi n-heksana memiliki nilai IC50
sebesar 70,196 μg/mL dan 141,459 μg/mL secara berurutan. Pengujian aktivitas
antitirosinase menunjukkan nilai IC50 ekstrak etanol 96% daun trengguli 393,264
μg/mL dan nilai IC50 fraksi n-heksana 188,239 μg/mL. Konsentrasi fraksi nheksana
dalam krim dibuat menjadi 3 macam, yaitu 0,1; 0,5; dan 2,5%. Hasil uji
stabilitas terhadap krim selama 12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi krim
bersifat stabil. Uji keamanan ketiga konsentrasi krim terhadap sukarelawan tidak
menimbulkan reaksi iritasi sehingga aman diaplikasikan ke kulit.

ABSTRACT
Previous study reported that methanol 80% extract of Cassia fistula L. leaves and
its fractions have potency as antityrosinase which can inhibit melanin production.
This research was conducted to obtain nonpolar fraction (n-hexane fraction)-
containing cream from ethanol 96% extract of Cassia fistula L. leaves, which was
considered potent as antioxidant and antityrosinase, stable, and safe. DPPH
method was used to determine antioxidant activity, while antityrosinase activity
assay performed by measuring the decreasing in color intensity which inhibit
dopachrome formation resulted in tyrosinase-L-DOPA reaction. Parameter for
identifying activity were determined by inhibitory percentage and IC50. Physical
stability test was done for 12 weeks and safety test in human used single
application closed patch epicutaneous test under occlusion method. The result of
antioxidant activity test showed that ethanol 96% extract of Cassia fistula L.
leaves and n-hexane fraction had IC50 values 70,196 μg/mL and 141,459 μg/mL,
respectively. Antityrosinase test showed that IC50 value of ethanol 96% extract of
Cassia fistula L. leaves was 393,264 μg/mL, while IC50 values of n-hexane
fraction was 188,239 μg/mL. Fraction of n-hexane was formulated into cream for
3 concentrations, which are 0,1; 0,5; and 2,5%. The stability test of the creams for
12 weeks indicated that creams were stable. The result of safety test of creams
showed that creams have no irritation effect so it was safe for topical application
in human skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T35692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Kelebihan produksi melanin dapat dikontrol oleh penghambat tirosinase atau antioksidan. Daun dan kulit batang matoa (Pometia pinnata J.R. Forst & G. Forst) (Sapindaceae) mengandung senyawa fenolik, namun penelitian mengenai aktivitas antioksidannya masih terbatas dan belum pernah diteliti sebagai penghambat tirosinase. Tujuan penelitian ini adalah meneliti potensi matoa sebagai penghambat tirosinase dan peredam radikal bebas, serta mengidentifikasi golongan senyawa pada fraksi teraktif dan ekstrak etanol daun dan kulit batang matoa. Uji penghambatan tirosinase dilakukan dengan mengukur serapan L-dopakrom pada λ = 490 nm. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode DPPH. Ekstrak teraktif difraksinasi secara partisi cair-cair dan dilakukan pengujian antioksidan dari fraksi-fraksi yang diperoleh. Persen inhibisi ekstrak etanol daun dan kulit batang matoa terhadap aktivitas tirosinase berturut-turut adalah 24,54 ± 0,22% dan 21,93 ± 0,57% (konsentrasi akhir 200 μg/mL). Nilai IC50 kedua ekstrak tersebut dalam peredaman DPPH berturut-turut adalah 6,11 μg/mL dan 5,47 μg/mL). Fraksi teraktif dari ekstrak etanol kulit batang matoa adalah fraksi etil asetat (nilai IC50 = 5,38 μg/mL). Ekstrak etanol daun dan kulit batang matoa serta fraksi etil asetat mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, dan glikosida. Matoa tidak memiliki kemampuan sebagai penghambat tirosinase yang baik, namun memiliki aktivitas antioksidan yang baik meskipun masih lebih rendah dibandingkan kuersetin.

Excess production of melanin can be controlled by tyrosinase inhibitors or antioxidants. Leaves and stem barks of matoa (Pometia pinnata J.R. Forst & G. Forst) (Sapindaceae) contain phenolic compounds, but study of its antioxidant activity was limited and has not been studied as tyrosinase inhibitor. This study aims to investigate potency of matoa as tyrosinase inhibitor and antioxidant. We also identified the chemical compounds in the most active fraction and ethanol extract from the leaves and stem bark of matoa. The extracts were tested by evaluated the formation of L-dopachrome at 490 nm. Antioxidant activity were tested using DPPH method. The most active extract were liquid-liquid partition fractionated and the antioxidant activity assay of the fractions were performed. Ethanol extract of leaves and stem bark of matoa showed weak anti-tyrosinase activity (% inhibition were 24.54 ± 0.22% and 21.93 ± 0.57%, respectively, final concentration 200 μg/mL), but they showed strong DPPH-radical scavenging activity (IC50 values were 6.11 μg/mL and 5.47 μg/mL, respectively). The ethyl acetate fraction was the most active fraction with IC50 value 5.38 μg/mL. Ethanol extract from leaves and stem bark of matoa, and the ethyl acetate fraction contain flavonoids, tannins, saponins, triterpenoids and glycosides. The result showed that matoa doesn?t have potency as tyrosinase inhibitor, but it has good antioxidant activity although that?s still lower than quercetin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nely Suryani Nopi
"ABSTRAK
Lamun Thalassia hemprichii telah dilaporkan mengandung senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan, yang berpotensi untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet UV . Penelitian ini bertujuan mendapatkan krim ekstrak T. hemprichii yang memiliki aktivitas antioksidan, proteksi sinar UV yang dinyatakan dengan nilai Sun Protection Factor SPF , penghambatan tirosinase, stabil secara fisik dan dapat terpenetrasi secara in-vitro. Kondisi ekstraksi dioptimasi menggunakan variasi konsentrasi etanol, penambahan 1 v/v HCl 1 N, dan suhu. Pengujian kadar fenolik total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, aktivitas antioksidan dengan metode 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl DPPH , dan penghambatan tirosinase diuji secara enzimatis menggunakan substrat L-tirosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekstraksi optimum diperoleh pada etanol 50 yang ditambahkan 1 v/v HCl 1 N, dan suhu 60oC. Krim ekstrak etanol lamun 2 memiliki kadar fenolik 47,5 mg GAE/g ekstrak dengan aktivitas antioksidan IC50 111,39 g/mL, penghambatan tirosinase IC50 1448,36 g/mL, nilai SPF 28,27, dan menunjukkan stabilitas fisik krim yang baik selama 12 minggu. Hasil uji penetrasi dengan sel difusi Franz menunjukkan jumlah kumulatif fenolik terpenetrasi 72,58 g/cm2 3,58 dengan fluks 3,337 g/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa krim kosmetik ekstrak T. hemprichii memiliki aktivitas antioksidan, penghambat tirosinase, proteksi tabir surya dengan nilai SPF yang relatif tinggi, stabil secara fisik, dan dapat terpenetrasi.

ABSTRACT
Thalassia hemprichii seagrass has been reported contain phenolic compounds with antioxidant activity, which potential to overcome skin damage from UV exposure. This study was aimed to obtain cream of T. hemprichii extract with antioxidant activity, UV protection expressed with Sun Protection Factor SPF , tyrosinase inhibition, physically stable, and penetrate into the skin. The extraction condition was optimized using ethanol concentration, 1 v v HCl 1 N, and temperature. Phenolic content was examined using the Folin Ciocalteu method, the antioxidant activity with 2,2 Diphenyl 1 picrylhydrazyl DPPH method, and the inhibition of tyrosinase through enzymatic reaction with L tyrosine. The results showed the optimum extraction condition was obtained using 50 ethanol added with 1 v v HCl 1 N, and 600C. The cream with 2 ethanolic extract has phenolic content 47,5 mg GAE g extract with antioxidant activity IC50 111,39 g mL, tyrosinase inhibition IC50 1448,36 gg mL, SPF value 28,27, and showed physically stable for 12 weeks. Result of the in vitro penetration test showed cumulative amount of phenolic 72,58 g cm2 3,58 with flux of 3,337 g cm2.hour. Based on these, it can be concluded that cosmetic cream of T. hemprichii extract has the antioxidant activity, inhibition of tyrosinase, sunscreen protection with relatively high SPF value, physically stable and able to penetrate. "
2018
T50462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tilaar, Astrid Fabiola
"Pemasaran produk pencerahan kulit mengalami peningkatan terutama di daerah Asia Pasifik. Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya menganggap bahwa kulit putih itu cantik, sehingga memotivasi wanita Indonesia untuk memakai produk pencerah kulit.
Tujuan dari penelitian ini untuk mencari bahan baku yang bermanfaat sebagai pencerah kulit yang berasal dari tanaman Indonesia dengan mengetahui potensi ekstrak etanol daging buah salak varietas Bongkok (Salacca edulis Reinw) terhadap aktivitas pencerahan kulit. Salak varietas Bongkok mengandung flavonoid yang diduga memiliki kemampuan dalam proses depigmentasi kulit. Studi in vitro yang dilakukan adalah uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan uji penghambatan tirosinase.
Dari hasil uji in vitro didapatkan bahwa ekstrak etanol daging buah salak memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi 1%, 3% dan 5%, sedangkan kemampuannya menghambat tirosinase diperoleh pada konsentrasi 3% dan 5%, tidak pada konsentrasi 1%. Pada uji manfaat dengan analisis univariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% dengan uji T-test terbukti ada penurunan yang signifikan pada indeks melanin kulit (p<0,001).
Dengan analisis bivariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% mengalami penurunan indeks melanin yang baik dibandingkan dengan basis krim dengan signifikansi 0,001(p<0,05). Dengan hasil yang diperoleh diharapkan ekstrak etanol daging buah salak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pencerahan kulit sehingga dapat mengurangi ketergantungan industri kosmetik dalam negeri terhadap bahan baku impor.

The whitening skin product market has been growing significantly in Asia Pacific. Indonesia is one of those countries which mainly thinks that having a white color skin is simply beautiful. Therefore, it motivates Indonesian women to buy more whitening product to satisfy their beauty needs.
The purpose of this research is to find raw material for whitening product from Indonesian plants that can be useful as skin lightening agents. This study investigate the potential of ethanolic extract from snake fruit in the activity as skin enlightenment. Salacca edulis Reinw (Snake fruit Bongkok varieties) contains flavonoids which have been reported to play a part in skin depigmentation. The study conducted in vitro antioxidant activity assay using DPPH and tyrosinase inhibition assay.
The test results showed that in vitro, snake fruit ethanolic extract have antioxidant activity at concentration of 1%, 3% and 5%. The ability to inhibit tyrosinase is observed at a concentration of 3% and 5%. The univariate analysis from the efficacy test, using cream containing 3% extract to T-test proved that there was a significant reduction in skin melanin index (p <0,001).
In bivariate analysis, cream containing 3% extract decrease melanin index which compares favorably with the base cream with significance 0,001 (p <0,05). The results obtained strongly suggest that snake fruit ethanol extract can be used as raw material for skin lightening so as to reduce dependence of the domestic cosmetics industry on imported raw materials."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T33129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Oemardy
"Tirosinase merupakan enzim monooksigenase yang berperan dalam katalisis dua reaksi tahap pertama pembentukan melanin. Pigmen melanin melindungi kulit dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, tetapi produksi melanin yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan kulit seperti melasma dan bintik-bintik hitam pada kulit. Oleh Karena itu, saat ini inhibitor tirosinase banyak digunakan dalam dunia kosmetik dan pengobatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya potensi penghambatan aktivitas tirosinase dan mengidentifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi teraktif kulit buah markisa. Ekstraksi dilakukan secara berturut-turut menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Setiap ekstrak diuji penghambatan aktivitas tirosinase menggunakan spektrofotometer yang dilengkapi dengan microplate reader melalui pengukuran serapan L-dopakrom yang terbentuk pada panjang gelombang 490 nm. Ekstrak teraktif yaitu ekstrak n-heksan dipisahkan menggunakan kromatografi kolom dan dilakukan uji penghambatan tirosinase terhadap fraksi gabungan. Golongan senyawa kemudian diidentifikasi pada ekstrak n-heksan dan fraksi dengan persen penghambatan tertinggi yaitu FG 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan memiliki potensi penghambatan tirosinase tertinggi dengan IC50 85,46 μg/mL dan mengandung senyawa steroid-terpen; FG 5 juga mengandung senyawa steroid-terpen, namun tidak memiliki potensi penghambatan tirosinase.

Tyrosinase is monooxygenase enzyme that plays an important role in two major reactions of melanin production. Melanin pigment protects skin from free radical that may lead skin damage, but an excessive production of melanin may cause skin disorder such as melasma and freckles. Therefore, nowadays many tyrosinase inhibitor are used in cosmetic and medical field. This study was conducted to find out potential inhibition of tyrosinase activity and to identify compound group in extract and the most active fraction of passion fruit rind. Extraction was carried out sequentially using three solvents with increasing polarity; n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Each extract was tested using microplate-reader spectrophotometer by measuring L-dopachrome absorbance at 490 nm. The most active extract, n-hexane extract was separated using column chromatography and tyrosinase inhibition assay was performed in the combined fractions. Compound group then was identified in n-hexane extract and fraction with the highest inhibition percentage, FG 5. The result showed that n-hexane extract had the highest inhibition potential with IC50 value of 85,46 μg/mL and contained steroid-terpene; FG 5 also contained steroid-terpene, but it did not have tyrosinase inhibition potential."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivid Maretha
"Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa buah tomat (Solanum lycopersicum L) memiliki khasiat antioksidan yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas dari sediaan gel ekstrak tomat dan pengujian inhibisinya terhadap tirosinase. Gel merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak digunakan. Gel untuk kosmetik disukai karena tidak mengandung minyak dan cocok untuk tipe kulit berminyak. Mengingat suatu sediaan yang diproduksi dalam jumlah besar akan mengalami berbagai perlakuan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk sampai ke tangan komsumen, maka dilakukan uji kestabilan fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar (280±20C), suhu tinggi (400±20C), dan suhu rendah (40±20C) dengan parameter pengamatan organoleptis, pH, dan viskositas. Selain itu dilakukan uji inhibisi tirosinase dengan menggunakan spektrofotometri. Penghambatan aktivitas tirosinase dilakukan untuk mengetahui apakah suatu produk dapat berfungsi sebagai pencerah kulit karena dapat menghambat terbentuknya melanin, zat warna yang bertanggung jawab dalam penggelapan warna kulit. Penghambatan terjadi karena ekstrak tomat berkompetisi dengan L-Dopa pada sisi aktif tirosinase, sehingga diduga bahwa ekstrak tomat menghambat tirosinase. Konsentrasi ekstrak tomat yang digunakan 1%, 5%, 10%, dan 20%. Dari hasil uji stabilitas fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar (280±20C), suhu tinggi (400±20C), dan suhu rendah (40±20C), sediaan gel ekstrak tomat menunjukkan kestabilan pada penyimpanan suhu rendah (40±20C). Dari hasil uji inhibisi tirosinase diketahui bahwa gel ekstrak tomat dapat menghambat tirosinase sebesar 4,04% untuk gel ekstrak tomat 1%; 11,11% untuk gel ekstrak tomat 5%; 16,67% untuk gel ekstrak tomat 10% dan 22% untuk gel ekstrak tomat 20%.

Previous research found that tomato (Solanum lycopersicum L) has a fairly high antioxidant properties. The purpose of this study was to determine the stability of tomato extract gel and testing inhibition of tyrosinase. Gel is one of the pharmaceutical dosage forms which are widely used. Gel for cosmetic preferred because gel contains no oils and suitable for oily skin types. Given a preparation which is produced in large quantities will experience a variety of treatment and requires a fairly long time to get into consumer hands, then performed tests of physical stability on storage for 8 weeks at room temperature (280 ± 20C), high temperature (400 ± 20C) , and low temperature (40 ± 20C) with the observation organoleptic parameters, pH, and viscosity. Besides tyrosinase inhibition test using spectrophotometry. Inhibition of tyrosinase activity conducted to determine whether a product can serve as a lightening skin because gel can inhibit the formation of melanin, the pigment responsible for darkening the skin color. Inhibition occurs because the tomato extract to compete with L-dopa on the active side of tyrosinase, which alleged that tomato extracts inhibit tyrosinase. The concentration of tomato extract used 1%, 5%, 10%, and 20%. From the test results of physical stability on storage for 8 weeks at room temperature (280 ± 20C), high temperature (400 ± 20C), and low temperature (40 ± 20C), tomato extract gel showed stability at low temperature storage (40 ± 20C .) The result of inhibition of tyrosinase is known that tomato extract gel to inhibit tyrosinase by 4.04% to 1% gel tomato extract, 11.11% for the gel tomato extract 5%; 16.67% for the gel tomato extract 10% and 22% for tomato extract 20% gel.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S54641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Kusuma Vardhani
"Penggunaan bahan alam sebagai produk perawatan kulit sudah dilakukan oleh wanita Indonesia secara turun temurun, seperti penggunaan lulur bagi wanita Jawa dan bedak dingin bagi wanita Kalimantan yang berbahan dasar beras. Bekatul, lapisan terluar dari beras, memiliki potensi yang masih dapat dikembangkan salah satunya sebagai pencerah kulit. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui manfaat ekstrak etanol bekatul beras hitam (Oryza sativa L. indica) sebagai pencerah kulit dalam bentuk sediaan losion. Pada penelitian ini, kadar gamma oryzanol ditentukan menggunakan KCKT (Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi). Penetapan total phenolic compound (TPC) atau kadar fenol total dilakukan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dan dibaca serapannya oleh microplate reader pada panjang gelombang 720 nm. Sedangkan uji penghambatan in vitro enzim tirosinase dibaca serapannya oleh microplate reader pada panjang gelombang 490 nm. Ekstrak etanol bekatul beras hitam kemudian diformulasikan dalam losion minyak dalam air untuk dilakukan uji manfaat secara in vivo. Kadar gamma oryzanol dan fenol total pada ekstrak bekatul beras hitam secara berturut-turut yakni sebesar sebesar 118,57 mg/g dan 175,48 mg/g. Ekstrak etanol bekatul beras hitam menghambat enzim tirosinase secara in vitro dengan nilai IC50 sebesar 74,8 µg/ml. Losion berisi ekstrak diaplikasikan pada lengan relawan (n=34), dan pada lengan lain diaplikasikan losion kontrol. Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi GraphPad Prism 8.3.0, data diuji menggunakan t-test berpasangan dan didapatkan hasil penurunan secara signifikan pada indeks melanin (p<0,0001) dan indeks eritema (p<0,0001) pada lengan yang dioleskan losion berisi ekstrak bekatul beras hitam. Kesimpulannya, losion mengandung ekstrak bekatul beras hitam lebih efektif dalam mencerahkan kulit dibanding dengan losion kontrol.

Nature based skincare has been used empirically by Indonesian women. Javanese women apply rice based traditional bodycare called lulur, while Kalimantan women apply rice based face care called bedak dingin. Rice bran, the outer layer of rice grain, has potential to be utilized as skin lightening. The aim of this study is to determine the efficacy of lotion containing black rice bran (Oryza sativa L. indica) extract as skin lightening. In this study, high performance liquid chromatography was performed to measure gamma oryzanol content. Folin-Ciocalteu reagent was added to determine total phenolic content of black rice bran (Oryza sativa L. indica) and measured under microplate reader wavelength 720 nm. In vitro tyrosinase inhibitor was measured under microplate reader wavelength 490 nm and the results was simbolized with IC50. Gamma oryzanol content and total phenolic content in black rice bran (Oryza sativa L. indica) ethanolic extract were 118,57 mg/g and 175,48 mg/g respectively. Ethanolic extract had potential to inhibit tirosinase enzyme in vitro with IC50 of 74,8 µg/ml. Black rice bran (Oryza sativa L. indica) ethanolic extract was formulated into oil in water (o/w) lotion to be tested in vivo. 34 women were applying lotion containing black rice bran extract at one side forearm and base placebo lotion as control at the other side forearm. The results were tested with paired t-test by GrapdPad Prism 8.3.0 application. There was significant decreasing of melanine index and erythema index with both p value <0,0001 in forearm with lotion containing black rice bran ethanolic extract. As the resume, lotion containing black rice bran extract is more effective to be applied as skin brightening than placebo lotion."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>