Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Rr. Prasetyanugraheni Kreshanti
"Fraktur mandibula merupakan fraktur kraniomaksilofasial yang paling umum dan seringkali menyebabkan gangguan mengunyah. Tata laksana definitif fraktur mandibula adalah reduksi terbuka dan fiksasi interna menggunakan plat dan sekrup sistem 2.0, seperti plat tiga dimensi (3D). Namun, desain plat 3D konvensional memiliki keterbatasan karena bentuknya yang tidak dapat diubah, sehingga sulit menghindari garis fraktur atau struktur anatomi penting seperti akar gigi dan saraf saat melakukan pemasangan sekrup. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan desain plat 3D yang dapat diubah konfigurasinya. Oleh karena itu, dikembangkanlah desain plat 3D interlocking. Berbeda dengan plat 3D yang sudah ada selama ini, plat 3D interlocking memiliki kebaruan yaitu plat ini dapat dirangkai dari beberapa jenis plat dengan menumpuk 2 buah plat menjadi 1 kesatuan plat. Sambungan kedua buah plat ini tidak menambah ketebalan plat dan dapat diubah konfigurasinya dengan menyesuaikan sudut antara plat horizontal dan plat vertikal. Finite Element Analysis (FEA) dilakukan untuk menentukan kelayakan desain plat 3D interlocking. Setelah FEA memastikan kelayakan desain, purwarupa yang diproduksi dilakukan pengujian biomekanik menggunakan sepuluh mandibula kambing untuk menilai kekuatan mekanik dan stabilitas plat 3D interlocking. Biokompatibilitas dan penyembuhan tulang dievaluasi dalam uji hewan coba yang melibatkan 28 kambing. Biokompatibilitas dinilai dengan mengevaluasi respons inflamasi dari uji radiologik dan histopatologik (pewarnaan Hematoxylin-Eosin). Penyembuhan tulang dinilai melalui berbagai metode, termasuk uji radiologik yang mengukur kepadatan tulang, uji histopatologik menggunakan pewarnaan Mason Trichome, dan analisis penanda tulang melalui imunohistokimia dan ELISA. Selain itu, uji kemudahan penggunaan dilakukan dengan sembilan Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik untuk menilai tingkat kenyamanan dan durasi yang diperlukan untuk mengaplikasikan plat pada model mandibula sintetik. Uji biomekanik juga dilakukan pada uji kemudahan penggunaan sebagai komponen evaluasi objektif. Dalam uji biomekanik, plat 3D interlocking menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan stabilitas fraktur yang memungkinkan gerakan mikro yang terkendali. Selanjutnya, uji biokompatibilitas menunjukkan bahwa kelompok plat 3D interlocking menghasilkan reaksi jaringan dan respons inflamasi yang lebih rendah dibandingkan plat tolok ukur pada uji hewan coba. Selain itu, plat 3D interlocking juga mempercepat proses penyembuhan tulang, terbukti dari peningkatan bermakna dalam pembentukan dan kepadatan tulang pada uji hewan coba. Hasil uji kemudahan penggunaan menunjukkan bahwa plat 3D interlocking dapat digunakan dengan mudah seperti halnya plat tolok ukur. Secara keseluruhan, plat 3D interlocking menunjukkan potensi sebagai alternatif yang layak untuk tata laksana fraktur mandibula.
Mandibular fractures are the most common craniomaxillofacial fractures, often resulting in mastication disturbances. Mandibular fracture management typically involves the use of 2.0 system plates and screws, such as three-dimensional (3D) plates. However, the conventional 3D plate designs for mandibular fracture management have limitations. Their fixed shape makes it challenging to avoid fracture lines or vital anatomical structures, such as dental roots and nerves when placing screws. A 3D plate design that allows for configuration changes is needed to address this issue. Therefore the interlocking 3D plate was developed. This novel design features components that can be adjusted to avoid critical anatomical structures and fracture lines while still offering the stability of a 3D plate, enhancing its utility in mandibular fracture management. Finite element analysis was performed to establish the feasibility of the interlocking 3D plate design. Once that was established, biomechanical evaluation was conducted using ten goat mandibles to assess the mechanical strength and stability of the interlocking 3D plate. Biocompatibility and bone healing properties were evaluated in an animal study involving 28 goats. Biocompatibility was assessed by evaluating inflammatory responses from radiological and histopathological (Hematoxylin-Eosin staining) study. Bone healing properties were assessed through various methods, including radiological study measuring bone density, histopathological study using Mason Trichome staining, and analyzing bone markers through immunohistochemistry and ELISA. Additionally, usability study were conducted with nine plastic surgeons to assess the level of comfort and the duration required to apply the plate on a synthetic mandibular model. These findings were correlated with biomechanical test results. The biomechanical evaluation revealed that the interlocking 3D plate design better-maintained fracture stability while allowing controlled micro-movement. Regarding biocompatibility, the interlocking 3D plate exhibited better results than the standard plate, as indicated by lower tissue reaction and inflammatory response in animal study. The interlocking 3D plate also facilitated faster bone healing, with significant bone formation and bone density improvements in animal study. Usability study demonstrated that the interlocking 3D plate was as easy to use as the standard plate, with no significant differences in application time. Overall, the interlocking 3D plate demonstrates significant potential as a viable alternative for managing mandibular fractures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Gusti Ngurah Putra Stanu
"Latar Belakang: Acetabuloplasty dengan bone graft merupakan salah satu tatalaksana adult congenital hip disease. Tindakan ini bertujuan memperbaiki defisiensi dinding acetabulum dan meningkatkan stabilitas implant. Namun, terdapat variasi dalam teknik, lokasi, dan jenis implant yang dapat dipasang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membandingkan kekuatan konstruksi acetabuloplasty dengan pelbagai screw pada teknik bone graft kepala femur. Metode: Model pelvis 3D dibuat dengan simulasi defek containment 30% pada sisi antero-superior acetabulum. Rekonstruksi acetabuloplasty dibuat tulang kepala femur berbentuk angka 7 difiksasi dengan screw, diikuti uji finite element untuk menilai distribusi stres. Konstruk acetabuloplasty diaplikasikan pada tiga kelompok uji: A (2 screw cannulated ukuran 6.5 mm), B (2 screw cortical ukuran 4.5 mm), C (1 screw cannulated 6.5 mm + 1 screw cortical 4.5 mm). Spesimen diberi beban dari 50 hingga 750 N dengan peningkatan sebesar 100 N/detik sebagai simulasi single leg stance. FGM pada beban 750 N diukur menggunakan kamera. Kemudian dilakukan uji load to failure. Hasil: Kelompok sampel cannulated ukuran 6.5 mm lebih unggul secara significant pada uji load to failure dengan titik patah 2 kali lipat lebih besar dibandingkan kelompok lainnya (2191 N v 1206 N v 1065 N; p<0.01). Uji loading dengan 750 Newton juga menunjukkan bahwa kelompok A unggul dengan rerata pergeseran, peregangan, dan tilting terkecil di semua posisi marking kecuali pada tilting marking posterior superior. Sampel cannulated ukuran 6.5mm juga memiliki titik yield dan titik kekuatan maksimum terbesar. Sementara itu, kelompok B dan C memiliki hasil uji yang serupa satu sama lain. Tetapi, temuan ini tidak bermakna secara statistik (p>0.05) Kesimpulan: Acetabuloplasty dengan bone graft adalah metode biomekanik yang aman untuk terapi definitif pada congenital adult hip disease. Pemilihan screw cannulated dengan ukuran diameter screw lebih besar memiliki keunggulan biomekanik bila dibandingkan dengan kelompok uji screw cortical maupun kombinasi antara kedua screw.
Background: Acetabuloplasty using bone grafts is one of the treatment options for adult congenital hip disease. It aims to correct acetabular wall deficiencies and enhance pelvic implant stability. However, there are variations in the positions, types, and techniques of screw placements, leaving the fixation strength unknown. Therefore, this study aims to evaluate the structural strength of acetabuloplasty with screws in femoral head bone graft techniques. Methods: A 3D pelvis model was created to simulate a 30% containment defect on the antero-superior aspect of the acetabulum. Acetabuloplasty reconstruction utilized a femoral head bone graft shaped like a "7," which was fixed with screws, followed by finite element analysis to assess stress distribution. The acetabuloplasty construct was applied to three test groups: A (2 cannulated screws - 6.5 mm), B (2 cortical screws - 4.5 mm), and C (1 cannulated screw - 6.5 mm + 1 non-cannulated screw - 4.5 mm). Specimens were subjected to loads ranging from 50 to 750 N, with increments of 100 N/sec to simulate single-leg stance. FGM at 750 N were measured using a camera. Then the specimens were subjected to loading until implant failure. Results: Group A with cannulated 6.5 mm screws are shown to be significantly better in the load-to-failure test with a mean breaking point twice larger than the other two groups (2191 N v 1206 N v 1065 N; p<0.01). Group A also shows superior results in the single- leg stance in all marking positions with the smallest displacement, stretch, and tilting -bar the posterior superior tilt. Group A also has the largest yield and maximum strength point. In comparison, groups B and C had similarly inferior results. However, the findings are statistically insignificant (p>0.05). Conclusion: Acetabuloplasty with bone graft is a biomechanically safe method for definitive treatment of adult congenital hip disease. Larger cannulated screws are shown to have a biomechanical advantage compared to cortical smaller screws or a combination of both screws."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Yogi Prabowo
"Reseksi tulang distal femur memerlukan tindakan rekonstruksi defek osteoartikular menggunakan megaprostesis distal femur. Rekonstruksi megaprostesis memiliki masa pakai terbatas yang membutuhkan tindakan pergantian atau revisi. Tindakan revisi megaprostesis menimbulkan kehilangan masa tulang dan membutuhkan ukuran megaprostesis yang lebih panjang. Belum ada megaprostesis dengan ruang tandur tulang yang dapat memfasilitasi regenerasi tulang.
Penelitian ini mengembangkan desain prototipe megaprostesis dengan metode reverse engineering menggunakan CT scan femur orang dewasa dan implan megaprostesis benchmarking, melakukan pengujian simulasi Finite Element Analysis (FEA) dan pengujian biomekanik menggunakan mesin uji Universal Tensile Machine (UTM) Tensilon RTF-2350 berdasarkan skema ISO 10328 dan ASTM F1800, analisis antropometri ekstremitas bawah dan lutut pada anak remaja dan dewasa dan implementasi pada kadaver untuk mendeskripsikan langkah pembedahan dan analisis inter-observer diskusi pakar tentang kelayakan pemasangan prototipe.
Prototipe α plus megaprostesis femur distal dengan ruang tandur tulang dibuat dari bahan stainless steel dan polyethylene dengan menggunakan mesin Computer Numerical Control/CNC 3 dan 5 aksis. Prototipe ini adaptif secara modular dengan paku intrameduler femur (femoral intramedullary nail) dan pelat pengunci (broad plate locking). Kombinasi ini memberi ruang tandur tulang untuk menerapkan tehnik Masquelet dalam regenerasi tulang. Pada simulasi Finite Elemen Analysis (FEA) dan pengujian biomekanik didapatkan titik lemah pada sambungan ujung distal paku intrameduler femur dengan sekrup pengunci (locking screw) , femoral block step (FBS) 1 dan 2 yang terbuat dari polyethylene dan sambungan pelat pengunci dengan sekrup pada femur proksimal. Terdapat perbedaan antropometri ekstremitas bawah dan sendi lutut antara anak remaja dan dewasa, laki laki dan perempuan yang memberikan pertimbangan pembuatan ukuran implan yang berbeda. Tehnik pembedahan dan pemasangan implan dapat diimplementasi pada kadaver dan lebih dari 60 % pakar ortopedi onkologi memberikan opini sangat baik terhadap kelayakan pembedahan dan pemasangan implan prototipe.
Prototipe α plus megaprostesis femur distal dengan ruang tandur tulang berpotensi memberikan solusi dalam hal ruang untuk regenerasi tulang dengan penyempurnaan desain dan pemilihan bahan manufaktur implan yang lebih baik untuk diterapkan pada manusia.
Resection for femur distal bone requires the reconstruction of osteoarticular defects using distal femur megaprostheses. Megaprosthesis reconstruction has a limited lifespan that requires further replacement or revision. The revision of the megaprosthesis causes bone loss and requires a longer megaprosthesis size. There is no megaprosthesis with a bone chamber that can facilitate bone regeneration.This study develop a prototype design of a megaprosthesis by reverse engineering method using CT scan of adult femur and benchmarking megaprosthesis implant, conducted Finite Element Analysis (FEA) simulation testing and biomechanical testing using the Tensilon RTF-2350 Universal Tensile Machine (UTM) testing machine based on ISO 10328 and ASTM F1800 schemes, anthropometric analysis of lower extremities and knees in adolescents and adults and implementation on cadavers to describe surgical steps and inter-observer analysis expert discussion on the feasibility of prototyping.The prototype α plus distal femur megaprosthesis with a bone chamber is made from stainless steel and polyethylene materials using 3 and 5 axis Computer Numerical Control/CNC machines. The prototype is modularly adaptive with femoral intramedullary nails and broad plate locking. This combination gives the bone chamber to apply the Masquelet technique in bone regeneration. Simulation of Element Analysis (FEA) and biomechanical testing show weakness points were obtained at the distal end joints of intramedullary femoral nail with locking screw, femoral block steps (FBS) 1 and 2 which made of polyethylene, and the connection of the locking plate with screws on the proximal femur was obtained. There are differences in the anthropometry of the lower extremities and knee joints between adolescents and adults, men and women, which gives consideration to the manufacture of different implant sizes. Surgical techniques and implant placement can be implemented on the cadaver and more than 60% of orthopedic oncology experts give a very good opinion on the feasibility of surgery and installation of prototype implants.The prototype of α plus distal femur megaprosthesis with bone plantation chamber has the potential to provide a solution in terms of space for bone regeneration with improved design and better selection of implant manufacturing materials for application in humans."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library