Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Riyan Nuryanto
"Untuk mendapatkan kondisi regangan bidang pada uji tarik, modifikasi spesimen dilakukan. Modifikasi spesimen telah menunjukkan regangan minor yang bernilai nol untuk uji tarik yang dilakukan pada temperatur ruang sehingga kondisi regangan bidang dapat dicapai. Pengujian untuk kelayakan specimen dilanjutkan dengan melakukan uji tarik panas pada temperatur tinggi, untuk mengetahui apakah kondisi regangan bidang masih dapat dipertahankan pada temperatur tinggi. Material yang digunakan adalah baja HSLA ASTM A 572 grade 50. Selanjutnya, dilakukan pula pengamatan metalografi untuk mengamati perubahan mikrostruktur setelah uji tarik panas, yang dalam hal ini adalah ukuran butir ferrite. Hasilnya, untuk uji tarik panas yang dilakukan sampai 1,15 yield, kondisi regangan bidang dapat dipertahankan. Terkait dengan deformasi yang terjadi, didapat pula bahwa semakin besar reduksi ketebalan yang terjadi semakin halus butir ferrite.
Modification of spesimen have done to get plane strain condition in tensile test. Modification of the specimens has shown zero minor strain on tensile test conducted at room temperature. Feasibility study of specimens followed by hot tensile testing at high temperatures, to determine whether plane strain condition can be maintained at high temperatures. The material used is a HSLA steel ASTM A 572 grade 50. Furthermore, metallographic observation has been conducted to get microstructure after hot tensile test, which the scope is ferrite grain size. Results, on hot tensile test is carried out until 1,15 yield point, plane strain condition can be maintained. Related to the deformation, it has found that the greater thickness reduction the finer ferrite grains that formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S743
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Diwangkoro Kingkin
"Mampu bentuk (formability) material bukan hanya ditentukan oleh mikrostruktur dari material, temperatur, laju regangan (strain rate) dan regangan (strain), tetapi juga tahapan tegangan pada zona deformasi. Uji tarik panas merupakan salah satu metode pengujian yang dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanis dari material, memperoleh informasi plastisitas material dan sifat perpatahan (fracture). Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter dari persamaan konstitutif dimana tegangan alir merupakan fungsi dari regangan, laju regangan dan temperatur. Hal ini dapat menjelaskan karakteristik Rheologi dari material tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik Rheologi dari material baja HSLA (ASTM A572 Gr 50) dengan menentukan parameter persamaan konstitutif menggunakan uji tarik panas, dengan variabel temperatur 700°C, 750°C, 800°C, dan 850°C.
Dalam penelitian ini dapat dihasilkan parameter persamaan konstitutif untuk paduan Baja HSLA (ASTM A572 Gr 50), yaitu σ = K. ɛn. έm. eQ /RT, di mana dengan meningkatnya temperatur dari 700°C ke 800°C akan menurunkan nilai koefisien pengerasan regang (n) sebesar 47% dan menurunkan % elongasi sampel sebesar 26%. Pada laju regangan 0.1 s-1 dengan meningkatnya temperatur dari 700°C ke 850°C akan menurunkan tegangan luluh sebesar 42%. Pada laju regangan 0.1 s-1 dengan meningkatnya temperatur dari 750°C ke 850°C, akan meningkatkan nilai koefisien sensitifitas laju regangan (m) sebesar 96%. Pada temperatur konstan 850°C, dengan meningkatnya laju regangan dari 0.01 s-1 ke 0,1 s-1 akan menurunkan nilai energi aktivasi sebesar 2%.
Formability not only determined by the microstructure of the material, temperature, strain rate and strain, but also stage the voltage on the deformation zone. Hot tensile test one method of testing conducted to evaluate the mechanical properties of the material, information material plasticity and fracture properties. Tests carried out by using the parameters of constitutive equations in which the flow stress is a function of strain, strain rate and temperature. This may explain the rheological characteristics of the material. This research aims to study the rheological characteristics of HSLA steel material (ASTM A572 Gr 50) by determining the parameters of the constitutive equation using hot tensile test, with variable temperature 700°C, 750°C, 800°C and 850°C. In this study the constitutive equation can be generated parameters for HSLA steel alloy (ASTM A572 Gr 50), namely σ = K. ɛn. έm. eQ / RT, where with increasing temperature from 700°C to 800°C will lower the value of strain hardening coefficient (n) by 47% and lower % elongation of 26% of samples. At the strain rate 0.1 s-1 with increasing temperature from 700°C to 850°C will lower the yield stress by 42%. At the strain rate 0.1 s-1 with increasing temperature from 750°C to 850°C, will increase the value of strain rate sensitivity coefficient (m) of 96%. At a constant temperature of 850°C, with increasing strain rate from 0.01 s-1 to 0.1 s-1 would lower the activation energy value of 2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S694
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library