Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
I Komang Ananta Aryadinata
"Perdagangan daring menjadi pendorong aktivitas ekonomi dengan adanya peningkatan adopsi penggunaan e-commerce di Indonesia. Fitur dan konten ulasan produk pada e-commerce memberikan kepercayaan bagi calon pembeli untuk melakukan transaksi secara daring setelah membaca testimoni dari pembeli lainnya. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi niat pengguna dalam menggunakan fitur ulasan produk untuk membantu pengambilan keputusan belanja. Technology acceptance model (TAM) digunakan sebagai model acuan ditambahkan dengan tinjauan pengaruh konten ulasan terhadap niat menggunakan fitur ulasan untuk penyelesaian transaksi. Terdapat enam faktor yang diidentifikasi hubungannya terhadap penggunaan fitur ulasan produk yaitu perceived review usefulness (PUS), perceived review ease of use (PEU), suspicion towards reviewer opinion (SRO), attitude towards website / e-commerce (ATW), attitude towards brand (ATB), dan intention to use review for purchase completion (PUR). Data dikumpulkan melalui kuesioner daring dengan 369 responden dan diolah menggunakan metode CB-SEM untuk menguji hipotesis dan menentukan hubungan antar faktor-faktor. Hasil penelitian menunjukkan faktor persepsi kemudahan penggunaan (PEU) dan persepsi manfaat (PUS) memengaruhi niat menggunakan fitur ulasan untuk penyelesaian transaksi belanja (PUR). Faktor kecurigaan terhadap konten ulasan (SRO) terbukti memengaruhi sikap pengguna terhadap e-commerce (ATW) dan sikap pengguna terhadap merek barang (ATB) menjadi sikap negatif. Sikap negatif tersebut tidak memengaruhi niat menggunakan fitur ulasan untuk penyelesaian transaksi belanja (PUR) dikarenakan ada justifikasi bahwa konten ulasan yang mencurigakan tidak selalu merepresentasikan pengalaman kolektif dari seluruh pembeli. Penelitian ini memiliki implikasi yang bisa diterapkan bagi e-commerce untuk mendukung proses transaksi yaitu perlu memastikan alur penggunaan fitur yang sederhana dan mudah digunakan bagi pengguna, perlu penjagaan kualitas dan kredibilitas konten yang ditampilkan pada platform e-commerce, dan tindakan kuratif saat ada sikap negatif dari pengguna.
Online commerce has become a driver of economic activity with the increasing adoption of e-commerce in Indonesia. The features and content of product reviews in e-commerce support potential buyers to make online transactions after reading testimonials from other buyers. This research seeks to determine the factors that influence users' intentions to use the product review feature in helping them to make purchase decisions. The technology acceptance model (TAM) is used as a reference model and is supplemented with influence of review content on the intention to use the review feature to complete transactions. There are six factors identified related to the product review feature usage, namely perceived review usefulness (PUS), perceived review ease of use (PEU), suspicion towards reviewer opinion (SRO), attitude towards website / e-commerce (ATW), attitude towards brand (ATB), and intention to use review for purchase completion (PUR). Data was collected through an online questionnaire with 369 respondents and processed using the CB-SEM method to test hypotheses and determine the relationship between factors. The research results show that the perceived ease of use (PEU) and perceived usefulness (PUS) influence the intention to use the review feature to complete purchase transactions (PUR). The suspicion factor towards review content (SRO) is proven to influence users' attitudes towards e-commerce (ATW) and users' attitudes towards product brands (ATB) into negative attitudes. This negative attitude does not affect the purchase completion (PUR) because there is justification that suspicious review content does not always represent the collective experience of all buyers. This research has implications that can be applied to e-commerce to support the transaction process, they are: ensure the flow of the feature is simple and easy to use for users, maintain the quality and credibility of the content displayed on the e-commerce platform, and curative action when there is a negative attitude from users."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nabila Callista
"Transaksi bisnis dan pembelian online cukup berkembang di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya toko online di internet. Dalam mengiklankan produknya, para pelaku usaha menggunakan iklan baris sebagai media promosi, salah satunya adalah testimonial. Testimonial atau review produk merupakan salah satu elemen penting yang berpengaruh pada aktivitas pembelian online. Tahap kepercayaan diri pelanggan terhadap ulasan atau penilaian produk juga meningkat dari tahun ke tahun. Sayangnya, keaslian ulasan mulai dipertanyakan seiring dengan meningkatnya ulasan palsu yang menyesatkan pelanggan. Hal ini merugikan pelanggan bahkan sampai mempengaruhi kredibilitas penjual atau platform E-Commerce Shopee itu sendiri. Isu-isu tersebut adalah hukum perlindungan konsumen terkait dengan testimoni palsu dalam transaksi E-Commerce Shopee di Indonesia, penerapan testimoni palsu dan dampak negatif terhadap pelanggan, dan upaya perlindungan hukum kepada pelanggan akibat praktik testimonial palsu. Dalam tesis ini akan menggunakan teknik penelitian terapan, penekanan dalam penelitian terapan adalah pada pemecahan masalah praktis. Ini berfokus secara khusus pada bagaimana teori-teori umum dapat dipraktikkan. Shopee harus bertanggung jawab atas hak konsumen yang dilanggar dan kewajiban pelaku usaha yang dilanggar. Penelitian ini juga mengambil sumber langsung dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dan juga kebijakan aplikasi Shopee, serta beberapa narasumber ahli yang akan diwawancarai.
Business transactions and online purchasing are quite evolved in Indonesia. It may be visible from the increasing quantity of online stores on the internet. In advertising their products, business actors use classified ads as promotional media, one of that is testimonials. Testimonials or product reviews is one of the crucial elements that have an effect on online purchasing activities. The stage of customer self-belief in product reviews or evaluations has additionally extended from year to year. Unfortunately, the authenticity of reviews is beginning to be wondered at the side of the upward thrust of fake reviews that mislead customers. This matter harm customers even as affecting the credibility of the seller or the E-Commerce Shopee platform itself. The issues mentioned have been the law of consumer protection associated with fake testimonials in E-Commerce Shopee transactions in Indonesia, the exercise of faux testimonials and negative impacts on customers, and legal protection efforts to customers due to the practice of fake testimonials. In this thesis will use applied research techniques the emphasis in applied research is on solving practical problems. It focuses specifically on how general theories can be put into practice. Shopee must be responsible for consumer rights that have been violated and the obligations of business actors who have been violated. This study also draws direct sources from the Consumer Protection Law Number 8 of 1999 and also Shopee application policies, as well as several expert sources who will be interviewed"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tania Putri Khairunnisa
"Dengan jumlah pengguna media sosial yang besar, fenomena ulasan palsu daring bukanlah hal yang jarang terjadi di Indonesia. Namun, hal ini belum banyak dibahas secara akademis, terlepas dari kompleksitas isu dan beragamnya kerugian bagi korban. Menggunakan pendekatan kualitatif, studi ini bertujuan untuk memahami pengalaman perempuan yang ter-viktimisasi oleh ulasan produk kecantikan palsu di Twitter (X) melalui metode wawancara mendalam. Penelitian ini mengadopsi perspektif feminisme Marxis untuk turut mengeksplorasi penggunaan ulasan daring oleh industri kecantikan sebagai perantara teknologi yang mempromosikan standar feminitas guna menumbuhkan konsumerisme perempuan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ulasan palsu tergolong sebagai penipuan karena merupakan iklan yang menyesatkan. Standar kecantikan/feminitas yang termuat dalam ulasan palsu menuntut perempuan untuk terus-menerus mengonsumsi produk kecantikan, sehingga semakin rentan menjadi korban eksploitasi kapitalisme dan patriarki. Tidak hanya menyebabkan kerugian fisik, kesehatan, sosial, emosional, atau finansial, ulasan palsu juga dapat memengaruhi kepercayaan diri perempuan dan menjebak mereka dalam tanggung jawab atas kerja domestik digital yang tidak dibayar.
With a large number of social media users, the online fake reviews phenomenon is not uncommon in Indonesia. However, it has not been widely discussed academically, despite the complexity of the issue and the various losses for victims. By using a qualitative approach, this study aims to understand the experiences of women victimized by fake beauty product reviews on Twitter (X) through in-depth interviews. This research adopts a Marxist feminist perspective to also explore the beauty industry’s use of online reviews as a tool that promotes femininity standards to encourage consumerism on women. The findings of this research show that fake reviews are considered as fraud because they are misleading advertisements. The beauty/femininity standards contained in fake reviews demand continuous consumption of beauty products, making women more vulnerable to exploitation by capitalism and patriarchy. Not only do fake reviews cause physical, health, social, emotional, or financial harm, they can also affect women’s self-confidence and trap them in the responsibility of unpaid digital domestic labor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Eileen Monica
"Pelaku usaha menggunakan berbagai cara dalam mempromosikan produknya. Salah satu cara yang digunakan adalah menyewa jasa buzzer untuk menulis ulasan palsu di media sosial agar produk janama menjadi bahan perbincangan dan dikenal lebih luas. Unggahan ulasan palsu oleh buzzer dilakukan berulang-ulang dengan narasi yang mirip dan secara massal oleh akun bot atau anonim. Buzzer bertindak seolah seperti konsumen yang telah mencoba produk dan memberikan rekomendasi produk kepada pengguna lainnya. Strategi pemasaran ini mendorong konsumen untuk membeli produk janama, karena konsumen pada umumnya menggunakan informasi dari Word of Mouth sebagai bahan pertimbangan dalam bertransaksi. Penggunaan informasi dari ulasan palsu menimbulkan risiko kerugian bagi konsumen. Sebab, informasi tersebut dapat tidak benar, tidak jujur, dan tidak lengkap. Konsumen yang membuat keputusan berdasarkan informasi dengan karakteristik tersebut berpotensi mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan apa yang diiklankan. Pada praktiknya, sulit bagi konsumen untuk dapat membedakan ulasan yang ditulis oleh buzzer dengan yang ditulis oleh konsumen asli berdasarkan pengalaman yang nyata. Meskipun demikian, di Indonesia masih belum terdapat regulasi spesifik mengenai tindakan menulis dan menyuruh orang lain untuk menulis ulasan palsu sebagai upaya pemasaran. Sementara itu, Inggris memiliki regulasi yang spesifik mengatur mengenai tindakan menulis dan menyuruh orang lain untuk menulis ulasan palsu. Melalui penelitian doktrinal yang dilakukan pada tulisan ini, diketahui bahwa jika dibandingkan dengan Inggris regulasi di Indonesia mengenai permasalahan penulisan ulasan palsu oleh buzzer belum dapat sepenuhnya memberikan kepastian hukum bagi konsumen dan menegakkan hak-hak konsumen, terutama dalam memperoleh pertanggungjawaban jika terjadi kerugian. Oleh karena itu, demi menjamin perlindungan dan kepastian hukum bagi konsumen diperlukan regulasi yang lebih spesifik dan khusus.
Companies use various ways to promote their products. One of the methods used is to hire a buzzer to write fake reviews on social media so that the brand's products become the subject of conversation and are more widely known. Uploading fake reviews by buzzers is done repeatedly with similar narratives and en masse by bot or anonymous accounts. Buzzers act like consumers who have tried the product and provide product recommendations to other users. This marketing strategy encourages consumers to buy products from brands, as consumers generally use information from Word of Mouth as a material consideration in transactions. The use of information from fake reviews poses a risk of harm to consumers. This is because the information can be untrue, dishonest and incomplete. Consumers who make decisions based on information with these characteristics have the potential to get products that are not as advertised. In practice, it is difficult for consumers to distinguish reviews written by buzzers from those written by real consumers based on real experiences. However, in Indonesia there are still no specific regulations regarding the act of writing and instructing others to write fake reviews as a marketing effort. Meanwhile, the England has specific regulations governing the act of writing and instructing others to write fake reviews. Through doctrinal research conducted in this paper, it is found that when compared to England, the regulations in Indonesia regarding the issue of writing fake reviews by buzzers have not been able to fully provide legal certainty for consumers and uphold consumer rights, especially in obtaining liability in the event of a loss. Therefore, in order to ensure protection and legal certainty for consumers, more specific and specialized regulations are needed."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library