Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Hidayati
Abstrak :
Ganja merupakan narkotika yang banyak disalahgunakan di Indonesia, karena tanaman ganja mudah tumbuh di daerah tropis sehingga mudah diperoleh dan lebih murah dibandingkan jenis narkotika lainnya. Dalam rangka mendukung peran serta pemerintah dalam pengawasan peredaran dan penyalahgunaan ganja ilegal, laboratorium pengawasan membutuhkan metode yang valid untuk pengujian ganja. Validitas metode didukung oleh ketersediaan baku pembanding analisis. Baku pembanding narkotika salah satunya adalah baku pembanding cannabinol (CBN) dalam pengujian ganja, sulit di peroleh di Indonesia karena harganya mahal dan birokrasi impor yang rumit. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh senyawa CBN murni dari sisa sampel barang bukti kasus peredaran ganja ilegal untuk pembuatan baku pembanding sekunder cannabinol. Senyawa CBN murni berhasil diisolasi dengan metode ekstraksi maserasi dibantu ultrasonikasi, serta pemisahan dengan kromatografi kolom dan pemurnian dengan HPTLC preparatif. Ultrasonikasi meningkatkan efisiensi ekstraksi dimana waktu ekstraksi secara maserasi berkurang dari 24 jam menjadi 5 jam, dan yield meningkat sebesar 5,536%. Karakterisasi titik leleh, Spektrofotometer UV, FTIR, GCMS, LCMSMS dan NMR terhadap isolat CBN murni yang dihasilkan membuktikan bahwa isolat adalah senyawa cannabinol (CBN) dengan titik leleh 74,36 °C, rumus kimia C21H26O2 dan bobot molekul sebesar 310 g/mol. Uji kuantitatif secara GCMS diperoleh kadar CBN pada isolat sebesar 98,13%. Berdasarkan hasil karakterisasi, kemurnian, homogenitas dan stabilitas dari isolat CBN murni, maka isolat tersebut memenuhi persyaratan sebagai baku pembanding sekunder cannabinol (CBN). Selanjutnya baku pembanding sekunder cannabinol dan baku pembanding primer cannabinol dari Lipomed digunakan dalam pengujian penetapan kadar CBN terhadap sampel ganja secara GCMS, dan diperoleh hasil yang tidak berbeda signifikan secara statistik. Hal ini mengindikasikan bahwa baku pembanding sekunder cannabinol (CBN) dapat digunakan dalam pengujian ganja, maupun dalam validasi metode analisis. ...... Cannabis is a narcotics that is widely abused in Indonesia, because of cannabis plant is easily to grow in tropical region like Indonesia, so that it is easily obtained and cheaper than other types of narcotics. In order to support the supervision and control of the distribution and abuse of illegal cannabis, surveillance laboratories need valid methods for testing cannabis. The validity of the method is supported by the availability of the reference standard material. Reference standard material of cannabinol (CBN) for cannabis testing, is difficult to obtained in Indonesia because of the high price and complicated import bureaucracy. This research was conducted to obtain pure CBN compounds from the remaining samples of evidence of cases of illegal cannabis distribution to produce a secondary reference standard of cannabinol. Pure CBN compounds were successfully isolated by ultrasonication-assisted maceration extraction methods, as well as separation by column chromatography and purification by Preparative HPTLC. Ultrasonication increases the extraction efficiency where the maceration extraction time is reduced from 24 hours to 5 hours, and the yield increases by 5.536%. Characterization by DSC, UV, FTIR, GCMS, LCMSMS and NMR spectrophotometers against pure CBN isolates produced proved that the isolates were cannabinol (CBN) compounds with melting point 74.10 °C, chemical structure is C21H26O2, and molecular weights is 310 g/mol. GCMS quantitative test obtained CBN purity in isolates was 98.13%. Based on the results of the characterization, purity, homogeneity and stability of pure CBN isolates, these isolates meet the requirements as a secondary reference standard of cannabinol (CBN). Furthermore, the cannabinol secondary comparison standard and the cannabinol primary reference standard from Lipomed were used in testing the determination of CBN purity on cannabis samples by GCMS, and the results obtained were not statistically significant different. This indicates that the secondary comparison standard cannabinol (CBN) can be used in cannabis testing, as well as in the validation of analytical methods.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Inas Setyorini
Abstrak :
Penggunaan kemasan makanan yang semakin meningkat membuat sampah plastik menjadi isu lingkungan terbesar. Semenjak penggunaan plastik konvensional berasal dari polimer fossil, sehingga sulit diuraikan oleh bakteri. Solusi yang tepat adalah menggantikanya dengan bioplastik. Penelitian ini menggunakan Chlorella vulgaris sebagai produsen Poly-β-hydroxybutyrate (PHB) karena PHB memiliki karakteristik seperti biodegradabilitas, termoplastisitas, hidrofobik dan biokompatibilitas dengan sel dan jaringan, serta sifat fisik serupa dengan polypropylene yang berpotensi dalam aplikasinya di bidang pengemasan makanan, farmasi dan medis. PHB didapatkan dengan cara mengisolasi biomassa dari Chlorella vulgaris. Penelitian ini akan mempelajari metode isolasi PHB menggunakan metode disrupsi sel secara kimia dan mekanis yaitu dengan NaClO dan sonikasi dengan variasi konsentrasi massa dan konsentrasi pelarut. Metode isolasi dari C. vulgaris yang paling sederhana dan ekonomis adalah dengan tahapan umum berupa disrupsi sel, presipitasi PHB, dan pemurnian PHB. Metode kuantifikasi PHB yaitu dengan menghitung yield PHB, lalu identifikasi PHB dengan FTIR, dan menguji kualitas senyawa PHB terbaik dengan GCMS. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah yield, hasil fisik PHB, dan hasil uji PHB. Pada kondisi konsentrasi sampel 0,6% w/v dan konsentrasi pelarut 1,37 % w/v menggunakan ultrasonikasi didapatkan hasil akhir PHB isolasi terbaik yaitu dengan yield 37,2%. Hasil GCMS sampel menunjukkan adanya senyawa n-hexadecanoic acid (asam palmitat), 9- Octadecanoic acid (asam oleat), 2-Palmitoylglycerol, serta Octadecanoic acid (asam stearat) sebagai senyawa utama yang dapat berpotensi sebagai bahan bioplastik.
The increasing use of food packaging makes plastic waste the biggest environmental issue. Since the use of conventional plastic comes from fossil polymers, so it is difficult to be decomposed by bacteria. The right solution is to replace it with bioplastics. This study uses Chlorella vulgaris as a producer of Poly-β-hydroxybutyrate (PHB) because PHB has characteristics such as biodegradability, thermoplasticity, hydrophobicity and biocompatibility with cells and tissues, and physical properties similar to polypropylene which has the potential in its application in food, pharmaceutical and medical packaging. PHB is obtained by isolating biomass from Chlorella vulgaris. This research will study the method of PHB isolation using chemical and mechanical cell disruption methods, namely NaClO and sonication with variations in mass concentration and solvent concentration. The simplest and most economical method of isolation of C. vulgaris is the general stages of cell disruption, PHB precipitation, and PHB purification. The method of quantifying PHB is by calculating the yield of PHB, then identification of PHB by FTIR, and testing the quality of the best PHB compounds by GCMS. The parameters used in this study are yield, PHB physical results, and PHB test results. In the condition of 0.6% w/v sample concentration and 1.37% w/v solvent concentration using ultrasonication, the best PHB isolation yield was 37.2%. GCMS sample results showed the presence of n-hexadecanoic acid (palmitic acid), 9-Octadecanoic acid (oleic acid), 2- Palmitoylglycerol, and Octadecanoic acid (stearic acid) as the main compounds that could potentially be bioplastic materials.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Hajraeni
Abstrak :
Magnesium dan paduannya telah menjadi salah satu fokus menarik dalam penelitian di bidang material, khususnya untuk aplikasi implan biomedis karena bersifat biodegradable. Namun, tantangan utama dari magnesium ialah ketahanan korosinya yang rendah. Modifikasi permukaan yang dapat digunakan karena efektif untuk meningkatkan ketahanan korosi pada magnesium adalah Plasma Electrolytic Oxidation (PEO). Namun, lapisan PEO menunjukkan bioaktivitas yang rendah, sehingga pertumbuhan apatit berlangsung lambat. Dalam penelitian ini, proses PEO dilakukan menggunakan elektrolit berbasis fosfat, yaitu Na3PO4-KOH dan penambahan ion Ca berupa Ca(OH)2. Untuk meningkatkan mobilitas ion khususnya ion Ca agar dapat masuk ke dalam lapisan oksida, proses PEO dimodifikasi menggunakan ultrasonikasi. Proses PEO dilakukan dalam dua kondisi, yaitu tanpa (PEO) dan dengan ultrasonikasi (UPEO), serta waktu oksidasi divariasikan 10, 15, dan 20 menit. Berdasarkan hasil analisis fasa XRD, terdapat fasa kristalin Mg dan Mg3(PO4)2 pada masing-masing lapisan, serta tambahan fasa C5(PO4)3OH atau HA pada lapisan UPEO. Penggunaan ultrasonikasi cenderung meningkatkan persentase pori pada permukaan lapisan oksida hingga 26% dibandingkan lapisan PEO. Kekerasan lapisan PEO meningkat hingga 6 kali dari substrat, sedangkan lapisan UPEO meningkat hingga 2-4 kali dari substrat. Hasil uji polarisasi menunjukkan bahwa sampel lapisan PEO memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan sampel lapisan UPEO, dengan nilai Icorr terendah yang didapat dari pengujian PDP dan nilai hambatan total (Rp) yang lebih besar yang didapat dari hasil uji EIS. Hasil uji bioaktivitas menunjukkan adanya penumbuhan lapisan baru akibat dari endapan putih yang menutupi pori-pori pada permukaan sampel yang didukung dengan bertambahnya kandungan Ca pada masing-masing sampel dari hasil analisis EDS. Penambahan Ca(OH)2 dalam elektrolit PEO terbukti dapat meningkatkan bioaktivitas lapisan. ......Magnesium and its alloys have become an attractive focus of research in materials science, especially for biomedical implant applications, because they are biodegradable. However, the main challenge of magnesium is its low corrosion resistance. The surface modification method that can effectively increase the corrosion resistance of magnesium is Plasma Electrolytic Oxidation (PEO). However, the PEO layer showed low bioactivity, so the apatite grew slowly. In this study, the PEO process used of phosphate-based electrolyte, namely, Na3PO4-KOH and the addition of Ca ions in the form of Ca(OH)2. To increase the mobility of ions, especially to enter the Ca ion into the oxide layer, a PEO process was modified using ultrasonication. The PEO process was carried out in two conditions, namely without (PEO) and with the ultrasonication (UPEO), and time variations were carried out for 10, 15, and 20 minutes. Based on the results of XRD phase analysis, there are crystalline phases of Mg and Mg3(PO4)2 detected in each layer and additional Ca5(PO4)3OH or HA phase detected in the UPEO layer. The use of ultrasonication tends to produce the oxide layer with a higher percentage of pores until 26%. The hardness value of the PEO layer was increased up to 6 times higher than the substrate, while the UPEO layer only reached 2 – 4 times. The results of the polarization test show that the PEO coatings have better corrosion resistance than the UPEO coatings, with the lowest Icorr values obtained from the PDP test and a higher total resistance (Rp) value obtained from the EIS test results. The results of the bioactivity test showed the growth of a new layer because white particles covered the pores on the sample surface, which is supported by the increasing content of the Ca from the EDS analysis in each sample. The addition of Ca(OH)2 in the electrolyte was proven to increase the bioactivity of the PEO coatings.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fatin Aisiah
Abstrak :
Aripiprazol merupakan obat antipsikotik atipikal generasi ke dua yang digunakan pada gejala positif atau negatif skizofrenia, manik akut, gangguan bipolar, serta pengobatan tambahan untuk depresi. Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan untuk penggunaan oral maupun injeksi. Penggunaan secara oral memiliki keterbatasan berupa kelarutan obat yang sangat rendah dalam air serta aripiprazol merupakan substrat dari P-gp di sawar darah otak sehingga dapat menghambat masuknya obat ke jaringan otak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula nanosuspensi aripiprazol yang optimal untuk penghantaran intranasal ke otak berdasarkan metode permukaan respon, memperoleh profil disolusi nanosuspensi aripiprazol, dan meningkatkan nilai fluks aripiprazol dengan menggunakan formulasi sediaan nanosuspensi. Optimisasi formula dilakukan dengan menggunakan metode permukaan respon dengan desain eksperimen Box-Behnken untuk melihat pengaruh konsentrasi zat aktif dalam fase pelarut, konsentrasi polimer HPC, dan konsentrasi surfaktan Phospholipon 90G terhadap respon ukuran partikel, PDI, potensial zeta dan kadar nanosuspensi. Hasil percobaan terhadap 15 formula dianalisis menggunakan software Design Expert 13. Berdasarkan hasil optimisasi didapatkan dua formula rekomendasi (FK1 dan FK2) yang selanjutnya dikonfirmasi kesesuaian respon yang didapatkan dengan nilai prediksinya. Kedua formula memiliki karakteristik nanosuspensi yang baik dengan ukuran partikel <100 nm, distribusi ukuran yang homogen (PDI <0,4), nilai potensial zeta > +17 mV dan kadar pada rentang 99 – 100%. Formula FK2 memiliki hasil jumlah kumulatif obat terdisolusi dan terpenetrasi yang lebih tinggi dibandingkan FK1 serta serbuk aripiprazol murni. Oleh sebab itu, nanosuspensi FK2 yang dibuat dengan konsentrasi zat aktif dalam fase organik 18,1 mg/mL, konsentrasi HPC 0,149% dan konsentrasi Phospholipon 90G 1,4% dipilih sebagai formula optimal dan berpotensi untuk penghantaran intranasal ke otak. ......Aripiprazole is a second-generation atypical antipsychotic drug used in positive or negative symptoms of schizophrenia, acute manic, and bipolar disorder, as well as a treatment adjunct for depression. This drug is available in oral or injection dosage forms. Oral use has limitations in the form of very low drug solubility in water, and aripiprazole is a substrate of P-gp in the blood-brain barrier, which can inhibit the entry of the drug into brain tissue. This research aims to obtain the optimal aripiprazole nanosuspension formula for nose-to-brain drug delivery based on the response surface method, obtain the dissolution profile of the aripiprazole nanosuspension, and increase the aripiprazole flux value using the nanosuspension formulation. Formula optimization was carried out using the response surface method with a Box-Behnken experimental design to see the effect of drug concentration in the solvent phase, HPC concentration, and Phospholipon 90G concentration on the response of particle size, PDI, zeta potential, and drug content. The experimental results of 15 formulas were analyzed using Design Expert 13 software. Based on the optimization results, two recommendation formulas were obtained (FK1 and FK2), which were then verified to confirm the responses obtained with the predicted values. Both formulas have good nanosuspension characteristics with particle sizes <100 nm, homogeneous size distribution (PDI <0.4), zeta potential values > +17 mV, and concentrations in the range of 99 – 100%. The FK2 formula has a higher cumulative amount of drug dissolution and penetration compared to FK1 and pure aripiprazole dispersion. Therefore, FK2 nanosuspension made with a drug concentration in the organic phase of 18.1 mg/mL, HPC concentration of 0.149%, and Phospholipon 90G concentration of 1.4% was chosen as the optimal formula and has potential for intranasal delivery to the brain.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Milaniati Pratiwi
Abstrak :
Efek samping yang ditimbulkan oleh obat - obatan sintetis untuk penderita hiperkolesterol saat ini membuat berkembangnya pengobatan alternatif dengan menggunakan tanaman herbal. Keji beling (Strobilanthes cripa) merupakan salah satu herbal yang berpotensi sebagai bahan obat penurun kolesterol karena mengandung senyawa golongan fitosterol. Upaya untuk mengoptimalkan efisiensi penyerapan ekstrak daun keji beling dalam tubuh adalah dengan cara penyalutan (enkapsulasi) dan menjadikannya ukuran nanopartikel dengan ultrasonikator. Ekstraksi dilakukan dengan alat MAE (Microwave Assisted Extraction) selama 15 menit dan suhu 75oC. Pelarut etanol 70% (pharmacy grade) digunakan untuk menjamin keamanan klinis. Hasil randemen ekstraksi dengan etanol 70% yaitu sebesar 21,25%. Uji kualitatif kandungan fitosterol dalam ekstrak dengan reagen LB menghasilkan perubahan warna menjadi hijau kebiruan sedangkan uji dengan metode KLT menghasilkan Rf 0,85. Sedangkan uji kualitatif flavonoid dengan metode wilstater menghasilkan warna merah pada ekstrak. Pembuatan nanopartikel ekstrak daun keji beling meliputi variasi konsentrasi kitosan dan natrium tripolifosfat (STPP). Penentuan hasil terbaik dilakukan dengan menganalisis hasil efisiensi penyalutan, loading capacity, morfologi dan ukuran nanopartikel (dengan FE-SEM) serta aktivitas penurunan kolesterol. Komposisi kitosan dan STPP yang terbaik dalam pembuatan nanopartikel adalah 1% : 1,5% (b/v). Hasil efisiensi penyalutan yang didapatkan sebesar 90,49% fitosterol dan 90,51% untuk flavonoid. Beberapa senyawa golongan flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kasar daun keji beling dan memiliki aktivitas penurunan kolesterol yang bersinergi dengan fitosterol seperti catechin dan kuersetin. Loading capacity yang dihasilkan sebesar 24,57% dan diameter sekitar 94,16 - 175,7 nm dengan morfologi permukan yang halus, cembung namun tidak bulat. Analisa FTIR yang telah dilakukan menunjukkan berhasilnya terbentuk nanopartikel kitosan-STPP karena terdapat gugus P=O (crosslink kitosan-TPP). Penyalutan senyawa aktif juga berhasil dilakukan dengan melihat bertambahnya gugus fungsi pada spektrum nanopartikel kitosan terisi. Pengujian penurunan kolesterol secara in-vitro dengan metode Rudel dan Morris (1973) menunjukkan bahwa kemampuan ekstrak murni 0,3 mg mampu menurunkan kolesterol sebesar 46,3% sedangkan ekstrak dalam ukuran nano sebesar 78,21%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ukuran nano dapat mengurangi dosis pemakaian obat karena memiliki kemampuan penurunan kolesterol yang lebih baik. ...... Side effects caused by synthetic drugs for hypercholesterolemia’s patients are currently making the development of alternative medicine using herbs. Keji beling (Strobilanthes cripa) leaf is one of the herbs that have the potential as a cholesterol-lowering drug because it has phytosterols compound on it. Efforts to optimize the efficiency of absorption of Keji Beling leaf extract in the body is by coating (encapsulation) and make it to be nanoparticle size by ultrasonicator. Extraction process used Microwave Assisted Extraction (MAE) instrument for 15 minutes and the temperature of 75oC. Extraction rendement’s result with ethanol 70% was 21,25%. The results are larger than the solvent n-hexane technical. Qualitative assay of phytosterol content in the extract with LB reagent changed the colour of extract (green-brown) to be blue-green while Rf phytosterol identification with TLC method was 0,85. Qualitative assay of flavonoid using wilstater method produced red color in the extract. Preparation of extract nanoparticles included variations in the concentration of chitosan and sodium tripolyphosphate (STPP). Determination of the best results by analyzing the results of the encapsulation efficiency, loading capacity, morphology and size of nanoparticles (with FE-SEM instrument), and cholesterol-lowering activity. The best ratio composition of chitosan and STPP in this research was 1% : 1,5% (w/v). Encapsulation efficiency result of the best composition was 90,49% for phytosterol and 90,51% for flavonoid. Some flavonoid compounds contained in the crude extract of the Keji Beling leaves have cholesterol-lowering activity in synergy with phytosterols such as catechin and quercetin. Loading capacity in this encapsulation process was 24.57%. Diameter nanoparticle had a range between 94.16 to 175.7 nm with a smooth surface morphology, convex but not round. FTIR analysis that has been done showing the success of the crosslinking between chitosan – STPP to make nanoparticle form because there was a group P=O. Active compound encapsulation also successfully carried out by seeing an increasing spectrum of functional groups on the chitosan nanoparticles loaded. In vitro assay for decreasing cholesterol concentration by Rudel and Morris method (1973) showed that %decreasing cholesterol of 0,3 mg crude extract was 46,03%, while the extract in nano-sized was 78,21%. These result indicate that the nanoparticle can reduce the dose of the drug because it has the ability to decrease cholesterol better.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Mumtaza Hadi
Abstrak :
Salah satu upaya untuk mengatasi penuaan kulit adalah dengan antioksidan yang dapat menangkal Reactive Oxygen Species (ROS) penyebab kerutan kulit. Salah satu sumber alami antioksidan adalah dari mikroalga Spirulina sp. Spirulina sp. mengandung senyawa berbagai antioksidan, salah satunya pigmen biru fikosianin sekitar 20% berat keringnya. Ekstraksi antioksidan Spirulina sp. dapat diaplikasikan dalam kosmetika berbentuk esens yang dapat digunakan dalam bentuk patch. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasonikasi dengan variasi jenis pelarut air dan etanol, lalu durasi sonikasi selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit, identifikasi jenis antioksidan, analisis senyawa fikosianin ekstrak Spirulina sp. dan pembuatan formulasi esens, uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, dan uji fisik (pH, viskositas, dan organoleptik selama 4 minggu). Waktu sonikasi terbaik untuk menghasilkan fikosainin dihasilkan selama 15 menit pada suhu 30°C menggunakan pelarut air yaitu 15,55mg/g pada ekstrak Spirulina sp., 9,20mg/g pada formulasi esens, dengan uji aktivitas antioksidan IC50 sebesar 64,5. Pada uji fisik dihasilkan hasil yang stabil yaitu pH antara 5,0-5,9, viskositas 0,7-1,4 dPa.s, berwarna hijau tua, berbau khas alga, tekstur cair tidak lengket, dan homogen.
One effort to overcome skin aging is with antioxidants that can counteract the Reactive Oxygen Species (ROS) that cause skin wrinkles. One natural source of antioxidants is from the microalgae Spirulina sp. Spirulina sp. contains various antioxidant compounds, one of which is the blue pigment phycocyanin about 20% dry weight. Antioxidant extraction of Spirulina sp. can be applied in cosmetics in the form of essences that can be used in patches. Extraction was carried out by ultrasonication with variations in the type of water and ethanol solvent, then the duration of sonication for 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes, identification of antioxidant types, analysis of phycocyanin compounds Spirulina sp. and making essence formulations, antioxidant activity tests with DPPH, and physical tests (pH, viscosity, and organoleptics for 4 weeks). The best sonication time to produce phycocyanin was produced for 15 minutes at 30°C with a water solvent of 15.55 mg/g in Spirulina sp. Extract, 9.20 mg/g in the essence formulation, with an IC50 antioxidant activity test of 64.5. On physical tests, stable results were obtained, ie pH between 5.0-5.9, viscosity of 0.7-1.4 dPa.s, dark green, characteristic of algae, non-sticky liquid texture, and homogeneous.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Purnamasari
Abstrak :
Magnesium dan paduannya memiliki sifat biokompatibilitas yang baik dan karakteristik mirip dengan tulang, sehingga baik digunakan sebagai implan tulang di bidang ortopedi. Namun, reaktivitas yang tinggi menyebabkan magnesium dan paduannya mudah mengalami korosi. Salah satu modifikasi permukaan untuk meningkatkan ketahanan korosi pada magnesium dan paduannya adalah plasma elektrolisis atau disebut juga plasma electrolytic oxidation (PEO). Meningkatnya ketahanan korosi yang drastis pada paduan Mg menyebabkan sulitnya terbentuk mineral tulang apatit. Pada penelitian ini, proses PEO pada paduan Mg seri AZ31B dimodifikasi dengan penambahan serbuk nano apatit di dalam elektrolit Na3PO4-KOH. Penyisipan apatit di dalam lapisan diamati dengan memvariasikan waktu proses PEO yaitu 10, 15, dan 20 menit. Sel elektrolisis diberi perlakuan ultrasonikasi selama proses PEO (UPEO) untuk meningkatkan jumlah penyisipan apatit ke dalam lapisan. Berdasarkan hasil XRD, fasa Mg, Mg3(PO4)2, dan MgO terdeteksi pada semua lapisan, dan tambahan fasa Ca5(PO4)3OH terdeteksi pada lapisan UPEO. Hal ini didukung dengan komposisi Ca yang lebih tinggi pada hasil analisis EDS di lapisan UPEO dibandingkan lapisan PEO. Perlakuan ultrasonikasi menghasilkan permukaan lapisan dengan porositas 44% lebih tinggi. lapisan PEO dan UPEO menghasilkan kekerasan 3-5 kali dari substrat. Uji polarisasi menunjukkan nilai rapat arus korosi (Icorr) terendah dimiliki oleh sampel yang dilapisi selama 20 menit. Demikian pula data EIS menunjukkan nilai hambatan total (Rp) paling tinggi pada sampel yang dilapisi selama 20 menit. Analisis EDS setelah uji bioaktivitas di larutan ringer laktat termodifikasi, konsentrasi Ca pada lapisan PEO dan UPEO meningkat. ......Magnesium and its alloys exhibit good biocompatibility and similar characteristics to bone, making them suitable for use as bone implants in the orthopedic field. However, its high reactivity causes magnesium and its alloys easily corrode. One of the surface modifications to increase the corrosion resistance of magnesium and its alloys is plasma electrolysis or also known as Plasma Electrolytic Oxidation (PEO). The drastic increase in corrosion resistance in Mg alloys makes it difficult to form apatite bone mineral. In this study, the PEO process in the Mg alloy AZ31B series was modified by adding apatite nanopowder in the Na3PO4-KOH electrolyte. The insertion of apatite in the layer was observed by varying the PEO processing time, namely 10, 15, and 20 minutes. The electrolyzed cell was ultrasonicated during the PEO (UPEO) process to increase the amount of apatite insertion into the coating. Based on XRD results, Mg, Mg3(PO4)2, and MgO phases were detected in all layers, and additional Ca5(PO4)3OH phases were detected in the UPEO layer. This is supported by the higher Ca composition in the EDS analysis results in the UPEO layer compared to the PEO layer. The ultrasonication treatment resulted in a coating surface with 44% higher porosity. PEO and UPEO coatings produce a hardness of 3-5 times that of the substrate. The polarization test showed that the lowest corrosion current density (Icorr) was owned by the coated sample for 20 minutes. Similarly, the EIS data showed the highest total resistance value (Rp) in the samples that were coated for 20 minutes. EDS analysis after the bioactivity test in modified Ringer's lactate solution, the concentration of Ca in the PEO and UPEO layers increased compared to before the test.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Andri Josua
Abstrak :
Skripsi ini memaparkan hasil optimasi parameter ekstraksi fikosianin dari mikroalga Spirulina platensis menggunakan teknik freeze-thaw-ultrasonikasi dan evaluasi terhadap karakteristik aktivitas antioksidan dari fikosianin yang terekstrak. Fikosianin merupakan pigmen fotosintetik berwarna biru yang termasuk dalam kelompok fikobiliprotein. Aplikasi fikosianin mencakup berbagai hal seperti pewarna makanan dan minuman, bahan aktif pada produk nutrasetikal dan farmasetikal, dan sebagai probe. Secara in vitro, fikosianin terbukti sebagai antioksidan, antitumor, dan bersifat neuroprotektif. Spirulina platensis diketahui sebagai salah satu biomassa yang kaya akan fikosianin. Untuk memperoleh fikosianin dari Spirulina platensis dalam jumlah dan kemurnian yang memadai maka diperlukan teknik ekstraksi yang efektif dan efisien. Freeze-thaw-ultrasonikasi adalah salah satu metode yang terbukti dapat mengekstrak fikosianin dari Spirulina platensis dengan rendemen dan kemurnian yang baik. Sayangnya, belum tersedia penelitian yang memadai mengenai ekstraksi tersebut dalam suhu pembekuan yang moderat dan durasi proses yang relatif singkat. Padahal, suhu dan durasi proses dianggap dalam kelayakan metode freeze-thaw untuk diaplikasikan dalam skala yang lebih besar. Berangkat dari kondisi tersebut maka penelitian ini dilakukan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga parameter operasi ekstraksi yang dioptimasi: (1) jenis pelarut dan rasio biomassa-pelarut (akuades dan PBS; 1:50, 1:100, 1:150, 1:200, 1:300), (2) durasi waktu pembekuan (3 jam, 5 jam, dan 24 jam), dan (3) jumlah siklus freeze-thaw (1, 2, dan 3 siklus pada pembekuan selama 3 jam, 5 jam, dan 24 jam). Performa ekstraksi ditinjau berdasarkan nilai rendemen (YPC) dan tingkat kemurnian (PPC) ekstrak fikosianin yang diperoleh. Dalam hal pelarut, penggunaan PBS memberikan nilai YPC dan PPC lebih baik daripada akuades (YPC = 43,051 ± 1,724 mg/g pada rasio 1:300 dan PPC = 1,378 ± 0,011 pada rasio 1:50). Sementara itu, hasil optimasi durasi pembekuan menunjukkan bahwa pembekuan selama 3 jam merupakan durasi pembekuan yang paling optimal (YPC = 36,376 ± 3,976, PPC = 0,827 ± 0,595). Pengulangan proses freeze-thaw tidak memberikan ekstrak fikosianin dengan nilai YPC lebih tinggi dan tidak memberikan peningkatan PPC yang sepadan dengan penambahan durasi yang dilakukan. Hasil uji DPPH terhadap fikosianin dari pembekuan selama 3 jam dan 24 jam yang diproses lebih lanjut dengan liofilisasi menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya tergolong inaktif dengan nilai IC50 yang besar. ......This undergraduate thesis reports the optimization results of phycocyanin extraction parameters from microalgae Spirulina platensis using the freeze-thaw-ultrasonication technique and the evaluation of the antioxidant activity characteristics of the extracted phycocyanins. Phycocyanin is a blue photosynthetic pigment that belongs to the phycobiliprotein group. Applications of phycocyanin include various things such as food and beverage coloring, active ingredients in nutraceutical and pharmaceutical products, and as probes. In vitro, phycocyanin is proven as an antioxidant, antitumor, and neuroprotective. Spirulina platensis is known as one of the biomass rich in phycocyanin. To obtain phycocyanin from Spirulina platensis in sufficient quantity and purity, an effective and efficient extraction technique is needed. Freeze-thaw-ultrasonication is a proven method to extract phycocyanin from Spirulina platensis with good yield and purity. Unfortunately, there are less adequate studies on such extractions at moderate freezing temperatures and relatively short processing durations. In fact, the temperature and duration of the process are considered in the feasibility of the freeze-thaw method to be applied on a larger scale. Based on these conditions, this research was carried out. In this study, there were three optimized extraction operating parameters: (1) solvent type and biomass-solvent ratio (aquadest and PBS; 1:50, 1:100, 1:150, 1:200, 1:300), (2) duration of freezing time (3 hours, 5 hours, and 24 hours), and (3) the number of freeze-thaw cycles (1, 2, and 3 cycles on freezing for 3 hours, 5 hours, and 24 hours). Extraction performance was reviewed based on the yield value (YPC) and purity level (PPC) of the obtained phycocyanin extract. In terms of solvents, the use of PBS gave better YPC and PPC values than distilled water (YPC = 43,051 ± 1,724 mg/g at a ratio of 1:300 and PPC = 1,378 ± 0,011 at a ratio of 1:50).Meanwhile, the optimization of freezing duration showed that freezing for 3 hours was the most optimal freezing duration (YPC = 36,376 ± 3.976, PPC = 0.827 ± 0.595). Repeated freeze-thaw process did not give phycocyanin extract with a higher YPC value and did not give an increase in PPC worth with the addition of process time. The results of the DPPH test on phycocyanin from freezing for 3 hours and 24 hours which were further processed by lyophilization showed that the antioxidant activity was classified as inactive with a large IC50 value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shantya Shafa Paramitha
Abstrak :
Peningkatan kualitas karbon nanotube yang diproduksi dengan metode dekomposisi katalitik metana dapat diperbaiki dengan cara optimasi proses (insitu) seperti variasi waktu reaksi atau dengan melakukan post-treatment terhadap karbon nanotube yang telah diproduksi dengan pemanasan microwave dan pengadukan ultrasonik. Berdasarkan analisa SEM dan XRD, karbon nanotube yang disintesis dengan waktu reaksi 20 menit memiliki kualitas yang paling baik, dengan diameter karbon nanotube yang lebih kecil dan karbon amorf lebih sedikit. Pemurnian karbon nanotube dengan menggunakan pemanasan microwave dan pengadukan ultrasonik juga terbukti efektif dalam memperbaiki struktur karbon nanotube yang dihasilkan, mereduksi jumlah partikel logam katalis yang terdapat pada karbon nanotube tanpa merusak kristal karbon tersebut dengan ukuran kristal karbon setelah pemurnian adalah 6,1 nm. ......Increasing the carbon nanotubes' quality can be done with process optimation (in-situ) like changing the reaction time or giving post treatment to the carbon nanotubes with microwave heating and ultrasonic mixing. Based on SEM and XRD characterization, 20 minutes reaction time gave the best result for carbon nanotubes product, which have smaller diameters and less amorphous carbons. Purification of carbon nanotubes using microwave heating and ultrasonic mixing also effective to repair the carbon nanotubes' structure, reduce the number of metals without damaging the carbon crystal with average crystal sizes about 6.1 nm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51926
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Afiifah
Abstrak :
Menurut analisis pasar baru-baru ini, selama lima tahun terakhir, telah ada peningkatan tinggi dalam permintaan untuk nanoemulsi karena pergeseran menuju produksi yang lebih ramah energi dan hemat biaya. Laporan ini berfokus pada jenis nanoemulsi yang disebut wax nanoemulsion (terbuat dari lilin), yang banyak digunakan di banyak industri seperti kosmetik, makanan, dan industri farmasi. Dalam penelitian saat ini, ultrasonikasi dan High-Pressure Homogenization, keduanya merupakan metode energi tinggi, digunakan untuk menghasilkan nanoemulsi lilin dengan stabilitas dan diameter ukuran partikel yang diinginkan oleh industry diatas. Paradoksnya terletak antara kebutuhan energi dan jumlah bahan baku yang digunakan. Sebuah teknologi yang muncul, Hydrodynamic Cavitation, dibahas dalam laporan ini yang memungkinkan industri untuk masih mencapai produk yang diinginkan dengan mengkonsumsi energi yang jauh lebih sedikit. Wax nanoemulsion terdiri dari lilin karnauba atau parafin dicampur dengan air dan Polysorbate-80 digunakan untuk membuktikan kompetensi kavitasi hidrodinamik dalam produksi nanoemulsi. Nanoemulsi lilin yang diproduksi dengan kedua jenis lilin diperoleh dan properti emulsi seperti diameter ukuran partikel, waktu irradiasi, dan stabilitas (penampilan fisik) dari nanoemulsi dibandingkan. ......According to a recent market analysis, for the last five years, there has been a high increase in demand for nanoemulsion due to a shift towards a more energy-friendly and cost-efficient production. This report focuses on a type of nanoemulsion called wax nanoemulsion, which is highly used in many industries such as cosmetic, food, and pharmaceutical industries. In the present study, Ultrasonication and High-Pressure Homogenization, both high-energy methods, are used to produce wax nanoemulsions of desirable stability and particle size diameter. The paradox lies between energy requirement and the amount of raw material used. An emerging technology, Hydrodynamic Cavitation, is discussed in this report which allows industries to still achieve their desired product by consuming much less energy. Wax nanoemulsion consists of either carnauba or paraffin wax mixed with water and Polysorbate-80 is used to prove the competence of hydrodynamic cavitation in wax nanoemulsion production. Emulsion properties such as particle size diameter, irradiation time, and stability (physical appearance) of wax nanoemulsion produced both ways are obtained and compared.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library