Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernadius Agustinus
"ABSTRAK

Gen Multi Drug Resistance 1 (MDR1) merupakan gen yang mengkode P-glikoprotein (P-gp). P-gp merupakan pompa ATP-dependent yang berperan penting dalam eliminasi senyawa seperti obat dan xenobiotik. Gen MDR1 dikenal sebagai gen yang polimorfik. Diantara varian-varian gen MDR1, suatu polimorfisme yang dinamakan C3435T, dapat memodulasi metabolisme dan respon substrat senyawa xenobiotik atau obat pada P-gp seperti steroid, antrasiklin dan alkaloid vinka yang penting terhadap terapi LLA. Beberapa studi menunjukkan bahwa polimorfisme ini juga digunakan untuk mengevaluasi konstribusi kandidat gen yang berpengaruh terhadap risiko insiden leukemia limfoblastik akut (LLA) pada anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat profil polimorfisme C3435T pada 18 pasien anak-anak berumur kurang dari 3 tahun di RSCM yang menderita LLA menggunakan analisis PCR-RFLP dengan enzim restriksi MboI. Sebanyak 3 (16.67%) sampel LLA, dapat terdigesti dan 15 (83,33%) sampel LLA tidak dapat terdigesti. Alel C yang ditandai dengan DNA yang terdigesti mengindikasikan ekspresi p-gp yang tinggi (overekspresi) yang dapat mengeliminasi obat anti leukemia yang mengakibatkan prognosis buruk. Sedangkan, DNA yang tidak terdigesti (alel T) ditemukan banyak pada populasi pasien anak berumur kurang dari 3 tahun yang menderita LLA dibandingkan alel C sehingga diasosiasikan dengan insiden LLA. Kesimpulannya, persentase alel T pada pasien LLA berumur kurang dari 3 tahun di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM lebih besar (83,33%) dibandingkan alel C (16,67%).


ABSTRACT

The Multiple Drug Resistance 1 (MDR1) gene codes for P-glycoprotein (P-gp) is an ATP-dependent efflux pump which has great importance in elimination of several important drugs and xenobiotics. It has been shown to be polymorphic. Among the multiple variants of the MDR1 gene, a silent polymorphism, namely C3435T, has been shown to modulate the metabolization and thus the response to the drug or xenobiotic substrates for P-gp such as steroid, antracycline and vinca alkaloid which associated with drug resistance mechanism. In many studies this polymorphism also can be used to evaluate the contribution of candidate gene to the understanding genetic susceptibility to childhood acute lymphoblastic leukemia (ALL). Our study was an attempt to analyze the MDR1 gene polymorphism profile. We screened for the C3435T polymorphism 18 children under 3 years old with ALL, using PCR-RFLP assay with MboI as the restriction enzyme. We found 3 (16,67%) ALL samples, were digestable and 15 (84,33%) ALL samples were undigestable. C allele which is associated with the digestable DNAs, indicated with high expression p-gp might be eliminating antileukemic drug resulting in high risk diagnosis. On the other hand, the undigestable DNAs (T allele) were found abundant in patients and might to be associated with the incidence of ALL. In conclusion, the T allele percentage on ALL patients under 3 years old in Cipto Mangunkusumo Hospital were found higher (83,33%) compared to the C allele (16,67%).

"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Muljati
"Hingga saat ini KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia dan banyak diderita oleh anak balita dalam berbagai gradasi. PMT merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah.
Penelitian ini merupakan analisis data skunder dari penelitian Efektifitas Pemulihan KEP (Kurang Energi Protein) pada Batita di Masyarakat dengan menggunakan susu skim sebagai makanan tambahan. Penelitian dilakukan di desa Pagelaran, yaitu salah satu desa IDT di wilayah puskesmas Ciomas-Bogor. Dalam penelitian tersebut ketahanan gizi kurang pada batita selama mendapat PMT belum dianalisis.
Jenis penelitian ini adalah longitudinal selama 12 minggu. Subyek yang dianalisis sebanyak 102 batita gizi kurang (<-2Z_Skor)-(-3Z_Skor) BB/U dan terbagi dalam dua kelompok secara sistematik random sampling. Kelompok batita yang diberi susu skim 150 gram/minggu sebanyak 52 orang (kelompok perlakuan) dan sebanyak 50 orang lainnya adalah kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol pemberian susu skim ditunda dan diberikan segera setelah penelitian berakhir.
Analisis ini menggunakan metoda kaplan Meier, bertujuan untuk menentukan peluang ketahanan gizi kurang pada batita. Sedangkan Analisis Multivariat Regresi Cox digunakan untuk menentukan besar resiko batita gizi kurang untuk pulih menjadi gizi baik setelah secara bersama-sama dikontrol oleh faktor lain.
Hasil menunjukkan bahwa ketahanan gizi kurang pada batita dari kelompok perlakuan 19% dengan median ketahanan pada minggu ke 4. Sedangkan pada kelompok kontrol, peluang ketahanan gizi kurang 74% dengan median ketahanan gizi kurang pada minggu 12. Batita gizi kurang yang berumur ≥12 bulan memiliki risiko pulih menjadi gizi baik 0.547 kali dibandingkan kelompok umur 7-11 bulan, 95% CI (0.29:1.01).
Batita gizi kurang yang berasal dari rumah tangga dengan pengeluaran biaya rumah tangga kategori mampu memiliki ketahanan gizi kurang 34% dan median ketahanan pada minggu ke tujuh. Sedangkan batita dan rumah tangga kurang mampu memiliki peluang ketahanan gizi kurang 58% namun median ketahanan gizi kurang pada kelompok ini tidak diketahui. Batita gizi kurang dari keluarga kurang mampu memiliki risiko untuk pulih menjadi gizi baik 0.547 kali dibandingkan keluarga mampu, 95% CI (0,317;0.947).
Secara bivariat konsumsi energi dan protein berhubungan dengan ketahanan gizi kurang. P= 0.0169 (energi awal), p=0.0098 (energi akhir) dan p=0.0022 (protein akhir).
Ditemukan dalam penelitian ini bahwa pemberian susu skim pada batita gizi kurang memiliki kontribusi terhadap perbaikan gizi pada batita gizi kurang. Pengeluaran biaya rumah tangga per-bulan merupakan determinan waktu pemulihan pada batita gizi kurang yang mendapat susu skim, sebagai makanan tambahan.
Batita gizi kurang yang mendapat susu skim memiliki risiko pulih menjadi gizi baik 1,2 kali pada minggu ke empat, 6,7 kali pada minggu ke delapan dan 37 kali pada minggu ke 12 dibandingkan dengan batita gizi kurang yang tidak mendapat susu skim setelah dikontrol dengan umur anak dan pengeluaran biaya rumah tangga tangga per-bulan. Namun kontrol terhadap sumbangan kalori dan protein sehari-hari terbatas pada recall selama 24 jam.
Tepung susu skim dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan alternatif makanan tambahan untuk PMT pemulihan pada batita gizi kurang. Disamping itu perlu dikembangkan suatu model (paket pemulihan) pada batita gizi kurang yang dapat dilakukan di posyandu atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi) sehingga dapat diadopsi dalam skala nasional.

The Effect of Skimmed-Milk Supplementary Feeding on the Recovery of Underweight Children Under Three Years Old (A Case Study in Desa Pagelaran, Ciomas, Bogor)
Protein Energy Malnutrition (PEM) among children under five is still one of main nutrition problem in Indonesia. Evidently 26.4 percent of children with less than -2 SD of weight for age (W/A) index, who underweight-weight-for-age Indicator (W/A), 8.2 percent are affected in severe grade (Z-scores -3 SD or less).
This thesis exercises data set from longitudinal study (12 weeks) of skimmed-milk supplementary feeding to improve nutrition status of children under three years old. The study was conducted in the village of Pagelaran, Ciomas, Bogor in 1999 to find out hazard risk of underweight child. Underweight children (Z-scores-W/A from >-3.0 SD to -2.0 SD) were enrolled in the study, and a total 102 participants of the study then were divided into two groups, namely treatment group composed of 52 children and control groups composed of 50 children. Each child in the treatment group was given 150 grams of skimmed milk weekly for a period of 12 weeks. The milk was delivered by health volunteers under the supervision of midwives and investigator. The children in controlled group received the same amount of skimmed milk after study was completed. Survival analysis-Kaplan Meier Survival analysis and Cox Multivariate regression analyses-Cox methods were applied.
The study revealed that the underweight children recovered to be normal during four weeks treatment with skimmed milk. Sensor of underweight children in the treatment group is 19 percent with median survival at week IV, while sensor of children in the control group is 74 percent with median survival at week XII. Underweight child aged 7-11 months has the risk to be normal 1.83 times compared to older underweight child (age 12 or more). Underweight child comes from wealthy family, as measured by expenditure proximation, has sensor 34 per cent with median survival at week VII; on the other hand sensor of non wealthy family is 58 percent.
Event for underweight child misagregated by energy and protein consumption relative to consumption in recommended dietary allowances (RDA) have also been calculated. Skimmed milk, as food supplement, has no cumulative effect on the improvement of nutritional status of the child. The household total expenditure is a determinant factor for length of recovery. The risk to be normal in a child who receives skimmed milk as food supplement increase as time recovery, namely 1.2, 6.7 and 37 times at week IV, VIII and XII respectively compared to child who do not receive skimmed milk. This analysis has been controlled by child age and household total expenditure.
It is important to note that skimmed milk is recommended to be food supplement for underweight children at least five weeks. Besides that it is necessary to develop nutrition promotion model that could be implemented in Nutrition Centre."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library