Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarbaini
Abstrak :
Diare merupakan salah satu gejala dari beberapa jenis penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan frekuensi berak/buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari (Depkes, 1998). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2000 menyebutkan bahwa angka kesakitan diare tahun 1997 sebesar 20,27 per 1000 penduduk, terjadi kenaikan menjadi 23,57 per 1000 penduduk pada tahun 1998 dan pada tahun 1999 menjadi 26,13 per 1000 penduduk. Dari Hasil Survei Angka Kesakitan Diare dan Perilaku Ibu Dalam Tatalaksana Diare Balita Tahun 2000 dilaporkan, angka kesakitan meningkat dari 28,0% pada tahun 1996 menjadi 30,1% pada tahun 2000 (Depkes, 2001). Proporsi kematian balita karena diare menduduki nomor 3 (15,3%) dan pada bayi nomor 4 (11,4). Anak balita (1-4 tahun) menderita 1,6-2,2 episode diare per tahun (Depkes, I997). Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 11,66 per 1000 penduduk. Angka kesakitan diare di Kabupaten Aceh Selatan masih diatas angka propinsi, yaitu I3,70 per 1000 penduduk (51,08% adalah balita), sedangkan Kabupaten Aceh Tamiang jauh lebih tinggi dari angka propinsi dan hampir menyamai angka nasional, yakni 20,01 per 1000 penduduk (58,95% adalah balita). Dengan masih tingginya insiden diare pada balita dan belum pernah dilakukan penelitian ini di Kabupaten Aceh Tamiang, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare balita di kabupaten tersebut. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah kasus 210 sampel dan kontrol 210 sampel. Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, dengan sampel. kasus adalah balita yang menderita diare tanpa penyakit lainnya, yang datang berobat ke puskesmas dan kontrol adalah balita yang tidak menderita diare yang datang berobat ke puskesmas di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Data dikumpulkan dengan cara mengunjungi keluarga balita untuk melakukan wawancara, pengamatan dan pengukuran, kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat keras komputer dan perangkat lunak program SPSS 10.0 dan program Epi info 6.0 (Epinut). Dari hasil analisis bivariat dan multivariat didapatkan bahwa variabel yang tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian diare balita yaitu variabel air bersih, jamban, umur ibu, pendidikan, ibu bekerja, pengetahuan, pendapatan keluarga, jumlah balita lebih dari 1 orang dan umur anak. Sedangkan variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare balita setelah dikontrol dengan variabel lainnya adalah variabel praktek, jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang, status gizi kurang dan ASI eksklusif: Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare balita yakni variabel ASI eksklusif, yang mempunyai risiko terjadinya diare pada balita sebesar 2,09 kali (95% CI : 1,33-3,30). Dari hasil tersebut diatas peneliti menyarankan untuk dilakukan penyuluhan yang lebih ditekankan pada materi ASI eksklusif, pencegahan diare dan peningkatan status gizi keluarga. Peneliti juga menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang hubungan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang dengan kejadian diare balita. ...... Analysis of Factors Related to the Incidence of Under Five Years Children Diarrhoea in Aceh Tamiang Regency in 2002Diarrhoea is a symptom of several diseases, marked by a change in form and consistency of the stool, which becomes mushy to watery, as well as in frequency of defecation of three or more times a day. (Ministry of Health, 1998). Indonesian Health Profile 2000 stated that the morbidity rate of diarrhoea in 1997 reached 20.27 per 1000 population, which then increased to 23.57 per 1000 population in 1998, and to 2&13 per 1000 population in 1999. From the results of The Morbidity Rate of Diarrhoea and Mothers' Behavior Survey in Management of Under five years children Diarrhoea in 2002, it was reported that the morbidity rate increased from 28.0% in 1996 to 30.1% in 2000 (Ministry of Health, 2001). The proportion of under five years children's' death from diarrhoea ranked 3 (15.3%) and infants' [death from diarrhoea] ranked 4 (11.4%). Under five years children's (aged 1-4 years) suffer from 1.6-2.2 episodes of diarrhoea per year (Ministry of Health, 1997). In Nanggroe Aceh Darussalam province the morbidity rate of diarrhoea in the year 2000 reached 11.66 per 1000 population. The morbidity rate of diarrhoea in South Aceh Regency was higher than that of the province at 13.70 per 1000 population (51,08% of whom were under five years children's), while in Aceh Tamiang Regency the rate was even higher and almost matched the national rate at 20.01 per 1000 population (58.95% of whom were under five years children's). With the high incidence of diarrhoea in under five years children's and the fact that there has been no record of research on the matter in Aceh TamianRegency, the researcher wanted to find out what factors contributed to the incidence of under Five years children diarrhoea in the particular regency. The design of this research is case control with 210 samples of case and 210 samples of control The researched population was under five years children's living in Aceh Tamiang Regency, with sample cases of under five years children's coming to the local community health center for cure for the diarrhoea they were suffering from without any other accompanying disease, and sample controls of non-diarrheic under five years children's coming to the local community health center for cure. Data were gathered by visiting the under five years children's' family to do interviews, observations and measurements, which were then analyzed by using computer hardware and software SPSS 10.0 and Epi Info 6.0 (Epinut) programs. From the results of the bivariate and multivariate analyses, it was found out that variables not significantly statistically related to the incidence of under five years children diarrhoea were clean water, toilet, mother's age, education, working mother, knowledge, family income, [more than one] number of under five years children, and child's age. On the other hand, variables significantly statistically related to incidence of under five years children diarrhoea, after being controlled with the other variables, were practice, [more than four] number of people in the family, low nutritional status, and exclusive breast-feeding. The most dominant variable related to incidence of under five gears children diarrhoea was exclusive breast-feeding, which faced the risk of under five years children diarrhoea incidence as high as 2.09 times (95% CI : I,33-3,30). From that result, the researcher urges campaigns emphasizing materials regarding exclusive breast-feeding, diarrhoea prevention, and family nutritional status enhancement. The researcher also recommends a subsequent research on the relevance of the big number [more than four] of people in the family to under five years children diarrhoea incidence.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suwadera
Abstrak :
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kesakitan, kematian serta menurunkan produktivitas kerja. Angka kesakitan malaria di Indonesia masih cukup tinggi terutama di daerah luar Jawa Bali. Annual malaria incidence (AMI) di Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2001 sebesar 342.496 dan AMI untuk Puskesmas Kambaniru pada tahun 2001 sebesar 421.5%o. Balita merupakan kelompok yang rentan terserang penyakit malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor risiko lingkungan rumah tangga yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kuantitatif observasional dengan desain kasus kontrol. Populasi adalah seluruh balita yang tinggal di wilayah Puskesmas Kambanira. Sampel adalah balita yang datang ke puskesmas dan balita disekitar kasus. Sampel seluruhnya sebanyak 372 orang (186 kasus dan 186 kontrol). Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan observasi. Selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria pada derajat kepercayaan 95% analisis statistik meliputi: status gizi (p = 0.013), ternak besar (p = 0.037), konstruksi dinding/lantai rumah (p = 0.000), ventilasi rumah (p = 0.025), dan kebiasaan menggunakan kelambu (p = 0.000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian malaria adalah umur (p = 0.256), pembagian ruang tidur (p=0.798) dan kebersihan rumah (p = 0.093). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita adalah status gizi, ternak besar, konstruksi dinding/lantai rumah dan kebiasaan menggunakan kelambu. Analisis dampak potensial (fraksi etiologi) menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur akan memberikan dampak penurunan kejadian malaria sebesar 67.1%, membuat dinding/lantai tertutup rapat sebesar 48.4%, status gizi yang baik sebesar 43.95% dan memelihara ternak di sekitar rumah sebesar 39.1%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa balita di Puskesmas Kambaniru dengan status gizi kurang, tidak ada ternak besar, kontruksi dinding/lantai berlubang dan tidak biasa menggunakan kelambu akan berisiko lebih besar menderita malaria daripada kondisi yang sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada: 1) Puskesmas Kambaniru agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit malaria dan upaya penanggulangannya seperti pemakaian kelambu, konstruksi rumah anti nyamuk, peningkatan status gizi serta pemeliharaan ternak besar. 2) Dinas kesehatan kabupaten agar menfokuskan penanggulangan penyakit malaria, sesuai dengan analisis dampak potensial serta melakukan survei entomologi. 3) Lintas sektor agar berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.
Several Risky Factors of Indoor Environment Associated with Malaria Incidence to Under-Five Years Children (Case Control Study in Kambaniru Public Health Center in East Sumba District 2002)Malaria incidence is one of public health problems influencing morbidity, mortality and reducing working productivity. This incidence is relatively high particularly in areas out side Jawa-Bali islands. Annual malaria incidence in East Sumba in 2001 is 342.496 and AMI for Kambaniru Public Health Center (PHC) in 2001 is 421.5%o. Under-five years children are easily infected to this illness. The research purpose is to find several risky factors of indoor environment associated with malaria incidence to under-five year?s children. This is quantitative observational research through case control design. The population is all under-five years children in Kambaniru PHC areas. The sample is under-five year?s children checking their health to PHC and under-five year?s children surrounding it. All samples are 372 children (186 cases and 186 control). Data are collected with structured interview and observation. Then, the results are analyzed with chi-square and logistic regression. Bivariate analysis shows that the variables associated with malaria incidence in 95% confidence coefficient of statistical analysis are nutrition status (p = 0.1013), big cattle (p = 0.037), home wall/floor construction (p = 0.000), indoor ventilation (p = 0.035), and bed net using habit (p = 0.000). On the other hand, the unrelated variables are age (p = 0.256), bedroom separation (p = 0.798) and indoor sanitation (p = 0.093). Multivariate analysis results show that the dominant variables associated with malaria incidence to under-five years children are nutrition status, big cattle, home wall/floor construction and bed net using custom. Potential effect analysis shows that bed net using custom reduce malaria incidence as much as 67.1%. Covered floor/wall as much as 48.4%, nutrition status as much as 43.95%, raising big cattle as much as 39.1%. The research concludes that under-five years children with poor nutrition status_ big cattle absence, holed home wall/floor construction and bed net unusing custom are riskier to the malaria infection than those in the contrary condition. Based on the research results, there are several suggestions. First. Kambaniru PHC informs the society the malaria illness and its prevention, such as bed net usage, proof mosquito house construction, nutrition status improvement and big cattle rising. Second, district health office should focus on malaria prevention based on potential impact analysis and conduct entomology survey. Third, inter sectoral offices should be involved actively in malaria prevention and eradication.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orisinal
Abstrak :
Kekurangan Energi Protein (KEP) pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. KEP pada balita merupakan akibat langsung dari kurangnya asupan zat gizi dan status kesehatan yang buruk karena penyakit infeksi, dan akibat tidak langsung dari ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak, pelayanan kesehatan, lingkungan dan faktor yang terdapat pada balita sendiri. Prevalensi KEP di Sumatera Barat menunjukkan trend negatif. Sejak tahun 1995 sampai 2000 terjadi peningkatan prevalensi KEP dari 15,26% menjadi 23%, kondisi aman bertambah berat dengan adanya krisis ekonomi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Sumatera Barat tahun 2001. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Data merupakan hasil Studi Pengembangan Metode Identifikasi Kelompok Masyarakat Miskin di Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia oleh Puslitbang Gizi dan Bappenas. Populasi adalah keluarga yang memiliki balita di wilayah penelitian Sumatera Barat. Sampel adalah keluarga yang memiliki balita, terpilih sebanyak 821 keluarga yang memiliki balita dan selanjutnya 802 responden yang layak dianalisis. Status gizi dihitung berdasarkan indeks BBJ baku rujukan WHO-NCHS, konsumsi zat gizi dihitung dengan metode semi quantitative food frequency. Variabel dependen adalah status gizi sedangkan variabel independent adalah sosio ekonomi (konsumsi energi per kapita, konsumsi protein per kapita, pendapatan per kapita, persen pengeluaran pangan, kemampuan berobat, kategori miskin), sosio demografi (umur anak, jenis kelamin anak, umur ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga), dan lingkungan (kondisi fisik rumah, sarana jamban keluarga dan sarana air minum). Analisis data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi dan mean, median, standar deviasi, minimum-maksimum, analisis bivariat dengan chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda. Ditemukan prevalensi KEP sebesar 25,9% (18,8% gizi kurang, 7,1% gizi buruk). Variabel yang berhubungan bermakna dengan status gizi balita adalah konsumsi energi per kapita, konsumsi protein per kapita, pendapatan per kapita, umur anak, jenis kelamin anak, dan kondisi fisik rumah. Selanjutnya analisis multivariat menunjukkan variable yang secara bersama-sama berhubungan dengan status gizi balita adalah konsumsi protein per kapita, pendapatan per kapita, umur anak dan jenis kelamin anak. Anak umur 37-59 bulan cenderung menderita KEP 8,34 kali anak umur 0-6 bulan, anak umur 13-36 bulan cenderung menderita KEP 10,23 kali anak 0-6 bulan, dan anak umur 7-12 bulan cenderung menderita KEP 3,82 kali anak 0-6 bulan, setelah dikontrol variabel konsumsi protein per kapita, pendapatan per kapita dan jenis kelamin anak. Perlu sosialisasi masalah KEP kepada pengambil kebijakan di lokasi penelitian agar penanggulangannya diprioritaskan; perlu penyuluhan tentang cars mempersiapkan penyapihan, perlu pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan memotivasi beternak (ayamlitik), perlu penyuluhan kepada pemuka masyarakat agar anak perempuan lebih diperhatikan (sesuai dengan matrilineal). ......Factors Related to Under Five Years Children's Nutritional Status in West Sumatera in 2001 (Secondary Data Analysis)Protein Energy Malnutrition (PEM) among under five years children has been one of health problems burdening the developing countries, including Indonesia. PEM among under five years children is a direct consequence of lack of nutrient intake and poor health status due to infectious diseases, and an indirect consequence of family sustenance, child rearing pattern, health care service, the environment, and under five years children's internal factors. Prevalence of PEM in West Sumatera showed negative trend. From 1995 to 2000 the PEM prevalence increased from 15.26% to 23%, and worsened with the economic crisis. This research aimed to find out what factors were related to under five years children's nutritional status in West Sumatera in 2001. The research design used was cross sectional. The data were results from the Study of Method Development of Impoverished Communities Identification in Urban and Rural Areas in Indonesia (Study Pengembangan Metode Identifikasi Kelompok Masyarakat Miskin di Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia) conducted by Nutrition Research and Development Center (Puslitbang Gizi) and National Development Planning Board (Bappenas). The population was families with under five years children in the researched area in West Sumatera. The sample was families with under five years children, numbering to 821 families, 802 of whom were fit to be analyzed. The nutritional status was calculated based on WFA index standard reference from WHO-NCHS, and the nutrient intake was calculated using semi quantitative food frequency method. The dependent variable was the nutritional status, while the independent variables were socioeconomic (energy intake per capita, protein intake per capita, income per capita, percentage of expenses on food, ability to afford medical assistance, poverty line), sociodemographic (child's age, child's sex, mother's age, number of family members, number of under five years children in the family), and environmental (physical condition of the house, family toilet facilities, and drinking water facilities). The data analysis comprised univariate analysis with frequency distribution, mean, median, deviation standard, minimum-maximum; bivariate analysis with chi-square; and multivariate analysis with multiple logistic regression. The prevalence of PEM was found at 25.9% (18.8% moderately malnourished, 7.1% severely malnourished). Variables significantly related to under five years children nutritional status were energy intake per capita, protein intake per capita, income per capita, child's age, child's sex, and physical condition of the house. Furthermore, multivariate analysis showed that variables correlatively related to under five years children's nutritional status were protein intake per capita, income per capita, child's age, and child's sex. After being controlled with variables of protein intake per capita, income per capita, and child's sex, the risk of suffering from PEM among under five years children aged 37-59 months was 8.34 times higher than that among babies aged 0-6 months; among under five years children aged 13-36 months it was 10.23 times higher than that among babies aged 0-6 months; and among babies aged 7-12 months it was 182 times higher than that among babies aged 0-6 months. The followings need to be done in dealing with PEM: first, socializing PEM issue to decision makers in the researched area so that its management is prioritized; second, educating mothers about proper weaning; third, empowering the people's economy by encouraging them to raise chickens or ducks; and fourth, educating the local leaders to pay more attention to little girls welfare (which is in accordance with the local matriarchal custom).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Monica Dewi
Abstrak :
Indonesia masih memiliki tiga permasalahan gizi balita yang tinggi, yaitu stunting, wasting, dan overweight. Hal ini disebabkan oleh masalah dalam pola pemberian makan yang belum optimal, termasuk pemberian makanan selingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pemberian makanan selingan pada anak usia balita yang berdomisili di Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional dan metode pengambilan data consecutive sampling pada 205 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61% responden memberikan makanan selingan tidak sesuai anjuran dan 39% sesuai anjuran. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu mayoritas responden memberikan makanan selingan tidak sesuai dengan anjuran. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian untuk penelitian yang berhubungan dengan makanan selingan pada anak usia balita. ......Indonesia still has three high nutritional problems in under-five-years children, namely stunting, wasting, and overweight. This is due to problems in the diet that is not yet optimal, including interlude feeding. The purpose of this study is to describe the interlude feeding in under-five-years children who live in East Jakarta. This study used a descriptive research method with a cross-sectional research design and a method of taking a consecutive sampling data on 205 respondents. The data analysis used is univariate analysis. The results showed that 61% of respondents gave intermittent feeding not according to recommendations and 39% as recommended. The conclusion in this study is that most respondents gave intermittent feeding not in accordance with the recommendations. This research expected to become reference for further research, which is related to intermittent feeding in under-five-years children.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Sudirman
Abstrak :
Penyakit pnemonia sampai sekarang masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang termasuk Indonesia. Profil Kesehatan Kota Bekasi tahun 2002 menyebutkan pnemonia menempati urutan ke 4 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas untuk golongan umur 29 hari- <1 tahun sebesar 4,82% (1.456 orang) dan 3.328 orang (4,15%) untuk golongan umur 1-4 tahun. Hasil penelitian-penelitian terdahulu baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa umur, keadaan gizi, kekebalan tubuh, lingkungan fisik rumah dan perilaku merupakan faktor yang dapat mempengaruhi insiden pnemonia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor lingkungan fisik rumah dan faktor risiko lainnya dengan kejadian pnemonia pada balita. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain kasus kontrol. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pucung Kota Bekasi dengan waktu penelitian bulan Maret sampai dengan Juni 2003. Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pucung. Sampel penelitian terdiri atas kasus dan kontrol. Kasus adalah balita yang datang berobat ke Puskesmas Teluk Pucung dalam kurun waktu penelitian dan berdasarkan diagnosis dokter/paramedis dinyatakan sebagai penderita pnemonia Sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat kasus yang tidak menderita pnemonia pada saat penelitian dilakukan. Besar sampel secara keseluruhan adalah 196, terdiri dari 98 kasus dan 98 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, observasi dan pengukuran, Alat yang digunakan (meteran, timbangan bayi, lux meter, Microdust 880nm. Data di analisis hasil dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan bantuan perangkat lunak yang tersedia di UPT komputer FKM UI. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi square menunjukkan bahwa 13 dari 18 variabel bebas yang diteliti mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian pnemonia pada derajat kepercayaan 95%. Variabel-variabel tersebut adalah kepadatan rumah, pencahayan ruang tamu, pencahayaan kamar tidur, luas ventilasi rumah, luas ventilasi kamar tidur, kadar PM10 ruang tamu, kadar PM10 kamar tidur, kadar PM10 dapur, adanya perokok dalam rumah, status gizi, status imunisasi, status ekonomi keluarga, perilaku ibu menggendong balita saat memasak. Hasil analisis multivariat untuk mendapatkan faktor yang paling mempengaruhi kejadian pnemonia pada balita secara berurutan dengan melihat OR tertinggi adalah kadar debu PM10 kamar tidur balita (Olt 11,255), status imunisasi (OR=6,839), status gizi (OR=6,041), luas ventilasi kamar tidur balita (OR 5,089), kepadatan hunian rumah (OR=4,312), perilaku ibu memasak dengan menggendong balita didapur (OR 2,7913). Intervensi yang dilakukan dalam sistim kewaspadan dini penyakit pnemonia perlunya surveilans aktif petugas P2M dan sanitarian Puskesmas Teluk Pucung bersama kader posyandu dan kader kesehatan lingkungan dalam pembuatan pemetaan wilayah balita berisiko dari faktor dominan tersebut dan ditindak lanjuti dengan penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyakit pnemonia pada balita dengan alternatif pencegahannya melalui peningkatan gizi pada balita, pemberian imunisasi yang lengkap, serta merubah perilaku ibu dalam memasak dengan tidak menggendong balita. Daftar Pustaka : 37 (1974-2002)
Physical House's Environmental and Another Risk Factors Related to Under Five Years Children Pnemonia Cases in Teluk Pucung Community Health Center (Puskesmas) Area, Bekasi District Year 2003In developing country as in Indonesia, pneumonia recognized as a Community cause of death for babies and under five years children. According to Bekasi Health Profile year 2002, pneumonia is number four from ten diseases in Community Health Centre (Puskesmas), for age group 29 days < 1 year is 4.82 % (1,459 persons) and for age group 1-4 year is 4.15 % (3,328 persons). Based on the last research indicated that age, nutrition, immunity, physical house environment, and behavior, are factors which influences pneumonia incident. Research objectives is define physical house's environment and another risk factors related to babies and under five year children pneumonia. This research held from March to June 2003 in the Teluk Pucung Community Health Centre (Puskesmas) Area, Bekasi. Research method is using Case-Control studies. Population is babies who live in Teluk Pucung Community Health Centre (Puskesmas) Area. Case is child under five years who attending to Community Health Centre for care in the research period and diagnosed as pneumonia. Control was taken from the closed neighbor to the case. Total numbers of samples are 196 persons; with number of each case and each control are 98 persons. Research instruments are questioners, check list, and field measurement tools such as scale, lux meter, microdust 880 nm. Result analyzed by invariant, bivariant chi-square test, and multivariant aplicated by logistic regression software. Bivariants analyses by chi-square from 18 variables, indicated that 13 variables correlated with pneumonia with 95 % degree of freedom, that is; house's crowded, guest and bed room's lighting, houses and bed rooms ventilation space, PM10 for bed room and PMIO for kitchen, nutrition, immunization and economic status, maternal behaviors to held their baby when they are cooking, and the existence of smoker in their houses. Multivariate analyses to identify dominant factors related to babies pneumonia are PM10 dust contents in under five years children bedroom (OR =11.255), immunization status (CR=.839), nutrition status (OR=6.041), under five years children bedroom ventilation space (OR-5.089), house crowded (OR-4.3121), maternal behavior to hold under five children's when there are cooking (CR=2.794). Early pneumonia alert system needs active surveillances from the Communicable Diseases Control and the Sanitarian officers, together with the Integrated Health Post (Posyandu) and the Environmental Health cadres, especially to develop under five years children risk factors mapping area. It should be followed by health community education to develop understanding about pneumonia disease with alternative prevention by increasing nutrient, giving complete immunization, and mother changed behaviors. References : 37 (1974 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library