Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Dwinursanty
"ABSTRAK
Unilateral posterior crossbite is commonly seen in mixed dentition, but it couldn't be self corrected. If this condition is not treated properly, it could lead to asymmetric face. Asymmetric face with unilateral posterior crossbite could make the treatment process more difficult. The objective of this study is to find out the relationship between transversal skeletal asymmetry and unilateral posterior crossbite. Patients older than 13 years with skeletal asymmetric face, who had never undergone orthodontic treatment or facial sugery were selected. The sample consisted of 15 females and 6 males (15 - 32 years old). Anteroposterior cephalogram was used for determining the difference between right and left of antegonial and the deviation of menton. Criteria for asymmetry were more than 3 mm on Antegonial and 2 mm or more on Menton. Mid Sagital Reference (MSR) was used as reference line. Unilateral posterior crossbite could be seen in the dental model. The data was analyzed using Mann Whitney test. It was revealed that from 21 samples, 38.1% was found to have unilateral posterior crossbite with majorly involving four posterior teeth. Conclusion: There is no relationship between transversal skeletal asymmetry and unilateral posterior crossbite (p > 0,05)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2006
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Tanuwidjaja
"LATAR BELAKANG Torsio testis unilateral dapat menurunkan fertilitas Penelitian terbaru menemukan kerusakan sel sertoli mendasari perubahan pada spermatogenesis pada torsio testis unilateral Timbulnya Antibodi Antisperma AbAs diduga mendasari terjadinya kerusakan tersebut Prednison sebagai imunospressan mungkin dapat menghambat kerja AbAs sehingga memperbaiki fertilitas
TUJUAN Mengevaluasi pengaruh pemberian Prednison dan lama iskemik pada torsio testis unilateral terhadap kualitas sel sertoli testis kontralateral
METODE Tiga puluh tikus Wistar dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A prosedur Sham Kelompok B torsio unilateral orkiopeksi orkiektomi setelah 6 jam dan kelompok C torsio unilateral orkiopeksi orkiektomi setelah 24 jam Grup B dan C dikelompokkan lagi menjadi kelompok dengan dan tanpa Prednison Prednison diberikan per oral sekali sehari satu jam setelah torsio sampai 30 hari selanjutnya Orkiektomi kontralateral dilakukan 30 hari kemudian Testis tersebut diperiksa oleh satu orang patolog berpengalaman
HASIL Pada kelompok A tidak ditemukan kelainan kualitas sel sertoli Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok dalam hal kualitas sel sertoli p 0 01 Lama iskemik berhubungan dengan kualitas sel sertoli 3 tikus dengan kerusakan berat pada kelompok C vs tidak ada di kelompok B Pada kelompok B dan C Pemberian Prednison terlihat menghambat kerusakan sel sertoli Pemberian Prednison pada kelompok 6 jam memberikan hasil yang lebih baik daripada kelompok 24 jam 3 tikus vs 1 tikus dengan kualitas sel sertoli yang baik
SIMPULAN Kualitas sel sertoli kontralateral terpengaruh secara signifikan oleh torsio testis unilateral Lama iskemik mempengaruhi kualitas sel sertoli kontralateral Kata kunci torsio testis unilateral Prednison kualitas sel sertoli "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Septrina
"Latar Belakang : Operasi bibir sumbing merupakan prosedur operasi paling pertama pada pasien sumbing bibir dan langit-langit. Prosedur ini berdampak pada fungsi dan estetik penampilan. Teknik Gentur merupakan teknik operasi bibir sumbing yang dikembangkan oleh beliau dan telah digunakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Teknik ini menggunakan rotation-advancement, flap segitiga, mencegah takik dengan beberapa detail untuk mengatasi defek yang lebar. Maka hipotesis kami, apakah teknik Gentur dapat memberikan hasil yang simetris ada pengukuran antropometri.
Metode : Analisis cross sectional dilakukan pada 14 pasien sumbing bibir satu sisi yang telah dilakukan operasi dengan menggunakan teknik Gentur. Pengukuran antropometri direk sebelum dan sesuadah prosedur dilakukan analisa dengan SPSS 17. Data kemudian diklasifikasikan menjadi cupud?s bow, tinggi vertical, tinggi horizontal, merah bibir dan hidung.
Hasil : Dari 14 pasien, ditemukan kebanyakan pasien dilakukan operasi pada umur 3 bulan (64,3%), kebanyakan bayi perempuan (64,3%), sumbing komplit (85,8%), dan pada sisi kiri (57,1%). Teknik ini dapat memberikan simetri bibir dan hidung yang signifikan (CI 95%, pvalue <0.005) pada cupud?s bow, tinggi vertical, tinggi horizontal, merah bibir dan hidung. Dengan melakukan teknik ini, penulis dapat membuat simetri pada bibir dan hidung yang baik (78,57%) bahkan pada defek yang lebar (64,3%) dan langit-langit yang jatuh (57,1%).

Background: Cheiloplasty is the earliest surgical procedure in cleft lip and palate patient. This procedure has impact on functional and aesthetical appearance1. The Gentur?s technique is method of cleft lip surgery that has been developed by him and has been used in Cipto Mangunkusumo Hospital/Faculty of Medicine University of Indonesia. It uses the rotation-advancement, small triangular, preventing notching with some other details to overcome the wide cleft. Thus gives us hypothesis, does the Gentur's technique give symmetrical result in anthropometric measurement.
Methods: cross sectional analytic study will be taken from medical record in 14 unilateral cleft lip patients undergo cheiloplasty procedure. Direct anthropometric data before and after procedure is analyzed using SPSS17. Datas were classified in cupid?s bow, vertical height, horizontal height, vermillion and nostril.
Result: From 14 patients, we found that most patient whose undergone surgery in 3 month (64.3%) are mostly female (64,3%), complete defect (85,8%) and in left side (57,1%). This technique is able to produce significant lip and nose symmetry (CI 95%, pvalue <0.005) in cupid?s bow, vertical height, horizontal height, thickness of vermillion and nose. By doing this technique, the author able to create good lip and nose symmetry (78.57%) even in wide defect (64.3%) and collapse palate (57.1%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membahas kebijakan unilateral Amerika Serikat (AS) di bawah George W. Bush dan kemungkinan implikasinya terhadap kerja sama politik dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Secara khusus tulisan ini menyoroti posisi dan peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam kerangka unilateralisme AS. Tesis artikel ini adalah bahwa kredibilitas dan efektivitas peran ARF akan sangat tergantung pada kemauan dan kebijakan-kebijakan politik para anggotanya. Kebijakan unilateral Bush dapat membuat ARF tidak beranjak dari tahapan CBM dan preventive diplomacy. Tetapi kebijakan AS tersebut juga dapat menjadi semacam stimulus agar ARF bergerak lebih cepat dalam menangani masalah-masalah keamanan regional, termasuk terorisme internasional. "
350 ANC 31:1 (2002)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Cahyati
"Hemiparese pada klien stroke dapat menyebabkan klien mengalami berbagai kecacatan. Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan yang dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan. Latihan ROM bisa dilakukan dengan pendekatan bilateral yang dapat memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan unilateral training. Penelitian bertujuan mengidentifikasi perbandingan latihan ROM unilateral dan bilateral terhadap kekuatan otot pasien hemiparese akibat stroke iskemik. Penelitian menggunakan desain Quasi experiment pre dan post test design. Jumlah sampel 30 responden yang terdiri dari kelompok intervensi I dan intervensi II. Evaluasi penelitian dilakukan pada hari pertama dan ketujuh. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot meningkat pada kedua kelompok intervensi dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok intervensi (p= 0,018, α= 0,05 ). Penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan latihan ini secara terprogram dalam menangani pasien stroke dengan hemiparese perlu dilakukan.
Comparison of Hemiparesis Patient?s Muscle Strength Improvement through Unilateral and Bilateral ROM Exercise. Hemiparesis on stroke client?s can cause such of disability. ROM exercise is effective to prevent disability. ROM exercises can be provided with bilateral approach which gives better effect than unilateral training. This study aimed to identify the comparison between unilateral and bilateral ROM exercise on hemiparesis patient's muscle. This study used Quasi Experiment pre and post test research designs. Number of sample was 30 respondents who were divided into intervention group I and group II. Evaluation research was undertaken in the first day and seventh day. Sampling technique used was a consecutive sampling. Study results showed an there were significant differences between the two intervention groups (p= 0018, α= 0,05). This result revealed that bilateral ROM exercises will increase muscle strength compare to unilateral ROM exercises. This study recommended the need for further research and the use of these exercises programmed in dealing with stroke patients with hemiparesis."
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Jurusan Keperawatan ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2013
610 JKI 16:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adham
"Abstrak
Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is the most frequent head and neck malignancy in Indonesia. Misdiagnosis of NPC is common because of unspecific symptoms as unilateral ear complaint. This case reminds doctors of the early symptoms of NPC and of other factors which lead to misdiagnosis and addresses also patients and their families. Reported is a 44 years old man with unilateral ear disorder that had been treated by otorhinolaryngologists, an ophthalmologist, a neurologist, and dentist first, but diagnosed with nasopharyngeal carcinoma stage IVA (T4N1M0) one year later. NPC has unspecific early symptoms such as unilateral ear disorder. Primarily doctors, but also patients and their families should be aware of unilateral ear complaint."
Jakarta: Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2014
610 UI- MJI 23:1 (2014) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Flaviana Meydi Herditha
"Unilateral Arbitration Clause atau Klausul Arbitrase Unilateral (KAU) memposisikan satu pihak untuk mendapatkan hak yang lebih baik untuk mengakses penyelesaian sengketa, termasuk arbitrase. Sedangkan pihak lainnya direstriksi kepada pilihan tertentu saja. Karakteristik yang mengedepankan kesepihakan ini seringkali menuai isu, baik mengenai kebasahannya atau juga penerapannya yang melanggar kaidah super memaksa atau ketertiban umum. Demi mengetahui bagaimana peradilan menyikapi permasalahan ini, maka perlu diteliti dari putusan-putusan pengadilan yang telah menimbang terkait KAU. Putusan-putusan yang dipilih adalah dalam perkara Uber v. Heller di Kanada, lalu perkara RTK v. Sony Ericsson di Russia serta perkara Wilson Taylor Asia Pacific Pte Ltd v. Dyna-Jet Pte Ltd di Singapura. Pada kesimpulannya terdapat perbedaan dari setiap pertimbangan hakim mengenai ketidakseimbangan dalam klausul ini. Tinjauan dari hukum perdata internasional pun diperlukan sebagaimana dalam KAU kerap mengandung unsur asing. Ditambah juga salah satu lembaga tertua dari hukum perdata internasional, yaitu ketertiban umum, yang memiliki peran besar dalam menimbang mengenai KAU.

Unilateral Arbitration Clause (UAC) positions one party to obtain better dispute resolution rights, including arbitration. Meanwhile, the other party is restricted to only a particular choice(s) of a forum. The characteristic of a one-sided clause opens up a legal discussion on many court’s jurisdictions. Be it questioning the validity of the clause or worrying that the application of such a clause violates a nation’s mandatory rules or public policy. To see how the judiciary is addressing this issue, it is necessary to examine the court decision that has considered UAC. The decisions on Uber v. Heller in Canada, RTK v. Sony Ericsson in Russia, and Wilson Taylor Asia Pacific Pte Ltd v. Dyna-Jet Pte Ltd in Singapore may best represent this review. In conclusion, there are differences in each judge’s consideration regarding the imbalance in such a clause. A review of private international law is also necessary as UAC often contains foreign elements. Moreover, one of the oldest institutions under private international law-public policy-played a significant role in weighing the existence of UAC."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
K.M.A. Halim Habibi
"LATAR BELAKANG Pembedahan merupakan pengobatan utama tumor spinal pada umumnya. Pembedahan minimal invasif menjadi trend karena menghasilkan cidera jaringan minimal dengan tujuan operasi tetap tercapai. Laminektomi unilateral merupakan salah satu teknik yang memenuhi pilar dasar operasi minimal invasif. Penulis mengevaluasi efektivitas dan efisiensi teknik laminektomi unilateral removal tumor serta perbandingan terhadap teknik konvensional.
METODE Disain studi deskriptif analitik dengan data rekam medis periode Januari 2015 – Juni 2020. Skor fungsional (VAS, KPS, Recovery rate/Hirabayashi, Nurick) dihitung saat pra dan pascaoperasi 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Efisiensi teknik laminektomi unilateral dievaluasi melalui lama operasi, jumlah perdarahan, lama rawat. Efektivitas dievaluasi melalui resektabiltas intraoperasi dan MRI kontrol tulang belakang pasca operasi
HASIL Terdapat 26 pasien, rerata usia (44.17 ± 14.4) tahun, lelaki 12 (46.1%) dan perempuan 14 (53.8%). Skor fungsional pra operasi (Median VAS 4 (0-8), Nurick 4.5 (1-6), JOA servikal 5 (2-10), Torakal 3.5 (2-9), lumbal 19 (14-23) dan KPS 60 (40-80). Follow up 24 bulan pascaoperasi VAS (0) 94%, recovery rate excellent 81%, Nurick (< 3) 87% dan KPS (> 70%) 87%. Median perdarahan intraoperasi 175 (50-1200) ml, lama operasi 180 (120-540) menit dan lama rawat 6.5 (4-42) hari. Gross total resection 76.9%. Terdapat satu komplikasi pseudomeningocele pada follow up 3 bulan pascaoperasi yang menghilang tanpa intervensi pada follow up MRI kontrol 6 bulan pascaoperasi.
SIMPULAN Laminektomi unilateral memungkinkan gross total resection dengan recovery rate baik, trauma operasi dan komplikasi lebih kecil terhadap teknik konvensional.

BACKGROUND Pembedahan merupakan pengobatan utama tumor spinal pada umumnya. Pembedahan minimal invasif menjadi trend karena menghasilkan cidera jaringan minimal dengan tujuan operasi tetap tercapai. Laminektomi unilateral merupakan salah satu teknik yang memenuhi pilar dasar operasi minimal invasif. Penulis mengevaluasi efektivitas dan efisiensi teknik laminektomi unilateral removal tumor serta perbandingan terhadap teknik konvensional.
METHOD Design of study is analytic descriptive using medical records period January 2015 – June 2020. Functional Scores (VAS, KPS, Recovery rate/Hirabayashi, Nurick) achieved pre and postoperation 1,3,6,12,and 24 months. Efficiency is observed from operative time, intraoperative bleeding, length of stay. Effectivity is observed from resectability during intraoperative and MRI control post operation.
RESULT There are 26 patients, mean age ( 44.17 ± 14.4) years, male 12 (46.1%), female 14 (53.8%). Functional score pre operation (median VAS 4 (0-8), Nurick 4.5 (1-6), JOA cervical 5 (2-10), Thoracal 3.5 (2-9), lumbar 19 (14-23) and KPS 60 (40-80). At Follow up 24 months after operation there are 94% with no pain, 81% excellent recovery rate, 87% Nurick <3 and 87% KPS >70%. Median of estimated blood loss 175 (50-1200) ml, operative time 180 (120-540) min and length of stay 6.5 (4-42) days. Gross total resection are 20 (76.9)% cases. There are one complication pseudomeningocele which detected in MRI control after 3 month surgery, then resolved without surgery by the 6 months control.
CONCLUSION Gross total resection maybe achieved by unilateral laminectomy and produces less complication and trauma compare to conventional technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Suryade
"Kunjungan Ariel Sharon ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada 28 September 2000 menimbulkan gelombang kekerasan Israel-Palestina. Peristiwa tersebut mendorong munculnya gerakan perlawanan Intifadah II yang lebih dikenal dengan sebutan "Intifadah Al-Aqsa". Meskipun terjadi gelombang kekerasan dan memunculkan gerakan Intifadah Al Aqsa, Sharon justru mencapai puncak karirnya dengan menjadi perdana menteri setelah memenangkan pemilu 6 Pebruari 2001.
Selama masa pemerintahannya, Sharon tidak melanjutkan proses perundingan damai dengan Palestina, sebagaimana yang pernah diupayakan perdana menteri sebelumnya, sejak Yitzhak Rabin hingga Ehud Barak. Kebijakan politik luar negerinya dalam menghadapi Palestina bersifat unilateral dan menggunakan kekerasan militer (use of force). Tetapi, dalam pemilu yang dipercepat pada 28 Januari 2003, Sharon kembali mengalahkan kandidat Partai Buruh dalam perebutan jabatan perdana menteri.
Kebijakan unilateral dan penggunaan kekerasan militer yang dilakukan PM Ariel Sharon didukung setidaknya oleh lima faktor, yaitu: pertama, ideologi Zionisme yang mematok target mendapatkan "Eretz Yisrael" dengan Yerusalem sebagai ibukota abadi dan tak terbagi. Kedua, adanya tekanan politik domestik dengan kecendrungan menguatnya kelompok kanan dan bangkitnya fundamentalisme Zionis Yahudi yang tidak menghendaki pemberian konsesi apapun bagi Palestina, termasuk tanah yang diduduki pada perang 1967. Ketiga, adalah efek kampanye "Global War against Terrorism". Kampanye yang dikumandangkan oleh Presiden AS, George W. Bush menjadi legitimasi dan pembenaran yang lebih kuat bagi Israel untuk melakukan tindakan unilateral dan "use of force". Keempat, merupakan faktor politik strategis Israel untuk meningkatkan bargaining politik, dan melemahkan posisi politik Palestina. Dan, faktor kelima adalah adanya hambatan psikologis antara Ariel Sharon dengan Yasser Arafat yang sejak lama terlibat dalam permusuhan politik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T11838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Pandji Rama Perwira
"Temporomandibular Joint (TMJ) sound is on of TMJ dysfunction symptom that often reported by patient. The most common causes are considered to be poor coordination in lateral pterygoid muscle function, displacement of articular disc and irregularities in articular surface (articular eminence and condyle). A rescent study has reported that unilateral chewing habit caused differential loading when mandibular was moved. This may lead disc discplacement or dislocation and joint sounds in closing and/or opening movement. the purpose of this study was to clarify the relationshiop between unilateral chewing habit with presence of TMJ sounds. The subjects were 114 female and 14 male who study in Faculty of Dentistry- University of Indonesia with age, varying from 18-22 years old. Result, 45 subject (35,2%) have clicking or popping sounds and 20 subject (15,6%) have crepitation sound. Pearson Chi-square test shown that P was 0.413 for clicking or popping sounds and 0.352 for crepitation sound, P>0.05. In conclusion, there is no significant relationship between unilateral chewing habit with presence of TMJ sounds.

Salah satu gejala gangguan sendi tempomandibula (STM) yang sering dirasakan oleh penderita adalah bunyi sendi. Penyebab bunyi tersebut diyakini akibat buruknya koordinasi otot pterigoideus lateralis, displacement diskus artikularis dan iregularitas permukaan artikulasi (eminensia artikularis dan kondilus). Berdasarkan penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kebiasaan mengunyah unilateral dapat menyebabkan ketidak seimbangan distribusi beban kunyah saat mandibula digerakkan, yang mengakibatkan terjadinya displacement atau dislokasi pada diskus dan bunyi saat membuka dan atau menutup mulut. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan mengunyah unilateral dengan terjadinya bunyi STM, yang dilakukan pada 128 subjek penelitian mahasiswa FKG UI umur 18-22 tahun yang terdiri dari 114 subjek perempuan dan 14 subjek laki-laki. Didapat hasil, sebanyak 45 orang (35,2%) memiliki bunyi click atau pop dan sebanyak 20 orang (15,6%) memiliki bunyi krepitasi (kresek-kresek). Pada analisa statistik menggunakan uji Pearson Chi-Square, menunjukkan nilai P adalah 0.413 untuk bunyi click atau pop dan 0.352 untuk bunyi krepitasi (kresek-kresek), P>0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengunyah unilateral dengan terjadinya bunyi STM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>