Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heddy Shri Ahimsa Putra
""Dalam beberapa tahun terakhir, istilah multikulturalisme terasa semakin populer di Indonesia. Diskusi dan seminar tentang multikulturalisme muncul di beberapa kota besar di Jawa diantara kalangan yang berbeda-beda. Walau demikian, hal itu ternyata tidak selalu dibarengi dengan pemahaman yang jelas tentang apa multikulturalisme itu sendiri. Multikulturalisme ternyata masih sering disamakan dengan pluralisme. Untunglah, kini telah terbit dua jilid buku berjudul Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultural. Meskipun fokus dua buku itu pada masalah etika, namun karena pendekatan yang digunakan adalah multikultural, maka uraian teoretis tentang konsep multikultural lantas menjadi sebuah keharusan, dan buku ini telah menampilkannya dengan baik. Buku yang merupakan kumpulan tulisan berbagai ahli ini dibuka dengan sebuah tulisan filosofis mengenai persoalan-persoalan di seputar etika, terutama perbenturan atau tarik-menarik antara etika sosial dan etika individual, sebagaimana tercermin dalam wacana tentang etika di Barat. Perdebatan mengenai hal ini bertambah hangat ketika dunia Barat mulai mengenal dunia yang lain, dunia 'the Other' (entah itu yang bernama Islam, Timur, negara ketiga, Negara berkembang, atau yang lain), dan menyadari bahwa Barat harus hidup berdampingan dengan 'Yang Lain' tersebut. Kenyataan ini akhirnya memaksa Barat untuk berusaha mengenal 'Yang Lain' di luar dirinya. Bukankah mengenal yang lain juga bagian dari proses mengenal diri sendiri?""
2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yasintus T. Runesi
"Ketika semua orang percaya bahwa partikularitas-partikularitas sosial memunculkan pluralitas pandangan di dalam masyarakat kontemporer, Badiou mengintrodusir gagasannya tentang universalitas subjek singular dengan tujuan mengatasi apa yang disebut sebagai global villagetanpa solidaritas. Artikel ini adalah suatu uraian atas pandangan Badiou, yang termasuk dalam barisanpemikir yang menggerakkan ‚kapal kecil pemikiran‛ kepada subjek dan subjektivitas manusia. Dalam bagian pertama, saya akan menguraikan pandangan Badiou tentang problem homogenisasi, dilanjutkan dengan pandangannya mengenai kekristenan sebagai sebuah peristiwa, yang akan menghantar kita pada pandangannya mengenai singularitas universal yang diakarkan pada pewartaan St. Paulus. Pada bagian akhir, saya akan mengajukan suatu catatan kritis atas pandangannya dalam perbandingan dengan beberapa filsuf yang berbicara pula mengenai St. Paulus. Tulisan ini akan ditutup dengan satu simpulan mengenai signifikansi pemikiran Badiou, dalam konteks pluralisme masyarakat semasa ini, terutama di Indonesia"
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2016
SODE 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A.A.Sg. Dwinta Kuntaladara
"Jika kawasan pada umumnya memilih untuk hanya mendukung universalitas HAM, maka tidak demikian bagi ASEAN. Ia mendukung prinsip universal melalui instrumen-instrumen HAM internasional. Dengan bersamaan, ia membuat AHRD yang turut mengatur bahwa HAM harus ditegakkan dengan mempertimbangkan partikularitas regional maupun nasional. Penelitian ini menganalisis bagaimana diskursus kontestasi HAM menjelaskan pembuatan AHRD tersebut. Penelitian ini berupaya mendapatkan penjelasan yang mendalam dan tuntas melalui pendekatan kualitatif dan interpretatif. Penelitian ini juga menggunakan logika dari Queer Theory yang memungkinkan untuk mengalisis kasus tersebut. Ternyata ditemukan bahwa ketika AHRD dianalisis dengan menggunakan teori tersebut, AHRD dapat dipahami sebagai dokumen yang menawarkan jawaban bagi kebutuhan realita sosial ASEAN.

Regions in general choose to only support universality in human rights. However, ASEAN supports universality through various international instruments. At the same time, the region also supports particularity through its AHRD by considering both regional and national particularities. This research aims to see how the contestation between both principles explain this case. In doing so, this research uses qualitative and interpretative approaces to achieve deep and thorough explanations. It also uses the logics of Queer Theory in realising such goal. When AHRD is analysed using that logic, it is found, that the document offers answers to ASEAN’s social reality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ihda Tartila
"Anak merupakan salah satu populasi yang terdampak dalam aspek kesehatan akibat infeksi coronavirus disease-19 (COVID-19). Meskipun angka kejadian COVID-19 pada populasi anak lebih kecil dibandingkan dengan populasi usia yang lebih tua, upaya pencegahan infeksi COVID-19 pada anak tetap perlu diperhatikan dan diusahakan. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh untuk dapat meminimalisir risiko infeksi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya orangtua meningkatkan daya tahan tubuh anak selama pandemi COVID-19 berdasarkan kebudayaan daerah Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Penelitian menggunakan kuesioner berisi 13 item pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan teori Culture Care Diversity and Universality oleh Leininger. Penelitian dilaksanakan dengan metode pendekatan survei secara daring yang melibatkan 106 orangtua dengan menggunakan teknik pengambilan sampel jenis non-proportional quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan upaya (culture care universality) melalui pendekatan faktor kekerabatan (69,8%), sosial (49,1%), kebijakan dan peraturan yang berlaku (78,3 %), pengetahuan (85,8%), dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (65,1 %), serta terdapat variasi budaya (culture care diversity) melalui pendekatan teknologi, agama dan falsafah hidup, gaya hidup, pemanfaatan sarana atau fasilitas kesehatan, serta jenis TOGA yang digunakan dalam praktik peningkatan daya tahan tubuh anak selama pandemi berdasarkan kebudayaan berbagai daerah.

Children are one of the populations affected by health aspects due to infection with coronavirus disease-19 (COVID-19). Although the incidence of COVID-19 in the pediatric population is smaller than the older population, efforts to prevent COVID-19 infection in children still need to be considered and sought. One of the prevention efforts that can be done is to increase immunity to minimize the risk of infection in children. The research aims to identify the efforts of parents to increase their child's immunity during the COVID-19 pandemic based on the regional culture of West Sumatra, DKI Jakarta, West Java, East Kalimantan, and South Sulawesi. The study used a questionnaire containing 13 question items which were developed from the theory of Culture Care Diversity and Universality by Leininger. The research was conducted using an online survey approach involving 106 parents using a non-proportional quota sampling technique. The results showed that there were similarities in efforts (culture care universality) through the approach of kinship factors (69.8%), social (49.1%), applicable policies and regulations (78.3%), knowledge (85.8%), resistance and utilization of family medicinal plants (65.1% %), as well as the presence of culture through a variety of approaches to technology, religion and philosophy of life, lifestyle, utilization of health facilities or facilities, and type of TOGA used in the practice of increasing children’s immunity during pandemic based on regional culture."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyi Ayu Keisha Alya
"Hak Asasi Manusia Internasional atau kerap disebut dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) termasuk ke dalam dokumen International Bills of Rights, bersama dengan dua perjanjian lainnya yang turut mendukung visi kemanusiaan. Hak Asasi Manusia dapat memberikan kekuasaan pada negara-negara berdaulat yang menandatangani International Bills of Rights untuk menyebarkan dan mempromosikan HAM kepada masyarakatnya. Namun, tidak sedikit yang menganggap bahwa HAM kurang relevan untuk diterapkan pada wilayah, masyarakat, atau budaya-nya. Michel Foucault menyediakan sudut pandang filosofis untuk melihat pembentukkan pengetahuan, dimulai dari konsepsi kekuasaan produktif yang membentuk jejaring di dunia modern. Foucault memaparkan berbagai perubahan bentuk hukuman, bagaimana proses strukturisasi pengetahuan modern akan berakhir menjadi berbagai hal yang bersifat menormalisasi dalam masyarakat modern. Konsep relasi kekuasaan dan pengetahuan ini kemudian akan menganalisis bagaimana dunia modern membentuk suatu pemahaman bersama atau common knowledge, dalam konteks ini, bagaimana relasi tersebut menciptakan sebuah ideologi HAM Internasional yang menyatakan bahwa ia memayungi keseluruhan manusia di dunia. Sebuah ideologi yang bersifat menormalisasi ini perlu dikaji secara filosofis. Tulisan ini hendak menawarkan sebuah pandangan lain dalam memahami Hak Asasi Manusia Internasional, tidak hanya dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang semerta-merta diberikan. Dengan menggunakan perspektif power-knowledge Michel Foucault, akan dilihat bagaimana suatu common knowledge yakni Hak Asasi Manusia Internasional dan Ideologi HAM yang mengklaim dirinya sebagai sesuatu yang universal, kemudian dapat dipandang secara partikular.

International Human Rights or often referred as the Universal Declaration of Human Rights (UDHR) is included in the International Bills of Rights, along with two other agreements that support the humanitarian vision. Human Rights can give sovereign states who signed the International Bills of Rights the power to disseminate and promote human rights to their citizens. However, not only a few considered, that human rights are less relevant to be applied to their region, society, or culture. Michel Foucault provides a philosophical point of view to see the formation of knowledge, starting from the conception of productive power that forms networks in the modern world. Foucault describes various changes in the form of punishment, how the process of structuring modern knowledge will end up becoming various things that tend to be normalizing in modern society. The concept of the relation of power and knowledge will then analyze how the modern world forms a common understanding or common knowledge, in this context, how this relation creates an international human rights ideology which states that, it is the umbrella for all human beings in the world. This normalizing ideology needs to be studied philosophically. This paper would like to offer a different perspective in understanding International Human Rights, not only by considering it as something that is immediately given. Using Michel Foucault's power-knowledge perspective, it will be seen how common knowledge, namely International Human Rights and Human Rights Ideology, which claims to be universal, can then be viewed in a particular way."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library