Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasnil Mubarak
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Obstruksi pada persimpangan ureteropelvic dapat ditangani dengan pembedahan atau laparoskopi. Laparoskopi pieloplasti (LP) menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan pengalaman pertama dari laparoskopi pieloplasti sebagai penanganan pada UPJO. Bahan dan metode: Pengumpulan data retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Adam Malik, Medan dari tahun 2017 hingga 2019. Pasien didiagnosa dengan UPJO melalui renogram atau CT Scan dan gejala yang muncul ditawarkan untuk dilakukan LP sebagai pilihan terapi. Surat persetujuan didapatkan setelah adanya penjelasan terkait resiko, alternative dan ilmu baru dari Teknik laparoskopi. Status selama operasi, yakni lama operasi, kehilangan darah, serta segala luaran yang negative, dilakukan pencatatan. Hasil: didapatkan total 10 pasien yang dilakukan LP dengan usia rerata adalah 6.10 (+ 3.64) tahun; pria dan wanita didapatkan sebanyak delapan (80%) dan dua (20%). Rata-rata waktu operasi adalah 291,00(+22,828) menit, sedangkan jumlah kehilangan darah selama operasi adalah 56.00 (+18,97)ml, dan lama perawatan adalah 5,7(+0,95) hari. Rerata waktu yang dibutuhkan untuk melakuakn aktifitas kembali adalah 7,30(+0,95) hari. Tiak ditemuan komplikasi setelah operasi pada seluruh pasien. Kami melakukan evalausi dengan USG dan menemukan adanya hidronefrosis ringan pada enam pasien (60%) dan sedang pada empat pasien (40%). Kesimpulan: Dari pengalaman pertama melakukan LP, Teknik ini ditemukan berpotensi sebagai terapi pilihan untuk pieloplasti pada kasus UPJO. Kami menemukan hasil yang sebanding dengan penelitian lain dalam hal waktu operasi dan jumlah kehilangan darah selama operasi yang lebih baik. LP dapat digunakan sebagai opsi lini pertama pada penanganan UPJO. ......Introduction and objectives: Ureteropelvic junction obstruction (UPJO) can be treated with surgery or laparoscopy. Laparoscopic pyeloplasty (LP) has been shown to provide better results than surgery. This study aims to report our first experience of laparoscopy pyeloplasty as the management of UPJO. Materials and methods: Retrospective data collection were done in Adam Malik General Hospital, Medan from 2017 to 2019. Patients with UPJO diagnosed by renogram or CT scan and symptoms were offered LP as the treatment option. Informed consent was obtained after explanation about risks, alternatives, and novelty of the laparoscopic technique. Intraoperative status, including duration of operation, blood loss, and all negative outcome, was documented.

Results: A total of 10 patients underwent LP with the average of age was 6.10 (± 3.64) years old; male and female patients were eight (80%) and two (20%). The mean of operation time was 291.00 (±22.828) minutes, while intraoperative blood loss was 56.00 (±18.97) mL, and the length of stay was 5.70 (±0.95) days. The average time to perform daily activities was 7.30 (±0.95) days. No postoperative complication was found in all of our patients. We performed an USG evaluation and revealed mild hydronephrosis in six patients (60%) and moderate hydronephrosis in four patients (40%). Conclusion: From our first experience in performing LP, this technique was found to be a potential treatment option in pyeloplasty for UPJO. We found the comparable result to other studies in term of operative times and a better intraoperative blood loss. LP could be used as the first line option for management of UPJO.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel, Alwyn Geraldine
Abstrak :
[Ureteropelvic junction obstruction (UPJO) merupakan salah satu kelainan kongenital traktus urinarius dengan insidensi 5/100.000 per tahun. Tindakan bedah yang minimal invasif dapat memberikan waktu operasi yang lebih singkat, morbiditas minimal, penurunan kebutuhan analgesia pascaoperasi, waktu rawat yang lebih singkat, dan penyembuhan yang lebih cepat daripada operasi terbuka. Meskipun demikian, tatalaksana optimal ureteropelvic junction obstruction masih dalam perdebatan. Banyak studi yang membandingkan endopielotomi dan pieloplasti per laparoskopi. Angka kesuksesan endopielotomi dan pieloplasti dilaporkan bervariasi dalam berbagai studi. Tujuan Untuk mengidentifikasi tatalaksana optimal dari ureteropelvic junction obstruction. Metode Meta-analisis dari studi kohor yang dipublikasi sebelum Februari 2014 dilakukan dengan menggunakan data Medline. Kriteria inklusi adalah tatalaksana ureteropelvic junction obstruction dengan endopielolitotomi (antegrad dan atau retrograd) dan pieloplasti per laparoskopi (transperitoneal atau retroperitoneal). Kriteria eksklusi adalah perbaikan UPJO sekunder dan fungsi ginjal yang buruk. Kriteria sukses didefinisikan sebagai tidak adanya gejala klinis dan dikombinasikan dengan penurunan hidronefrosis secara signifikan yang ditunjukkan dengan diuretic IVU atau ultrasonografi dan tidak ada tanda obstruksi pada diuretic IVU atau renografi diuretik atau tes Whitaker. Random-effect model dengan metode DerSirmonian-Laird digunakan untuk menghitung risk ratio (RR) dan 95% interval kepercayaan (IK) gabungan. Heterogenitas dinilai dengan menggunakan statistik I2. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan Stata statistical software, versi 12.0 (StataCorp). Hasil Kami menganalisa 4 studi kohor. Angka kesuksesan dari 479 pasien (233 pieloplasti per laparoskopi, 246 endopielotomi), 21 bulan pascaoperasi, adalah 92.3% (215/233) setelah pieloplasti per laparoskopi, 63.8% (157/246) setelah endopielotomi. Berdasarkan angka keberhasilan tatalaksana UPJO, pieloplasti lebih baik daripada endopielotomi (risk ratio keseluruhan adalah 1.35 (95% CI 0.97 hingga 1.88); p<0.0001 dan I2=90.6 %). Kesimpulan Pieloplasti per laparoskopi memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi daripada endopielotomi. Metaanalisis ini dapat membantu ahli urologi sebelum memulai tindakan terapi UPJO., The ureteropelvic junction obstruction (UPJO) is one of the most common congenital abnormalities of the urinary tract with a reported incidence of 5/100,000 annually. Minimal invasive surgeries have emerged giving short operative time, minimal morbidity, decreased postoperative analgesic requirements, shorter hospitalization, and early recovery and convalescence compared to open surgery. Yet, the optimal management of ureteropelvic junction obstruction is still in debate. Many studies have been conducted comparing endopyelotomy and laparoscopic pyeloplasty. The success rates of endopyelotomy and pyeloplasty are reported in various success rate in many studies. Objective To identify the optimal management of ureteropelvic junction obstruction . Method A meta-analysis of cohort study published before February 2014 was performed using Medline databases. Management of ureteropelvic junction obstruction treatment using endopyelolitotomy (anterograde and or retrograde) and laparoscopic pyeloplasty (transperitoneal or retroperitoneal) were included. Publication using secondary UPJO repair, poor functioning kidney were excluded. Success was defined as absence of any clinical symptoms and combined with significant reduction of hydronephrosis showed with on diuretic IVU or ultrasonography result, and no sign of obstruction on diuretic IVU or diuretic renography or Whitaker test. A random-effects model with DerSirmonian-Laird method was used to calculate the pooled Risk Ratio (RRs) and 95% Confidence Interval (CI). We assessed the heterogeneity by calculating the I2 statistic. All analyses were performed with Stata statistical software, version 12.0 (StataCorp). Result We analized 4 cohort studies. The success rate from 479 patients (233 laparoscopic pyeloplasty, 246 endopyelotomy), 21 months postoperatively, was 92.3% (215/233) after laparoscopic pyeloplasty, 63.8% (157/246) after endopyelotomy. Based on success rate in ureteropelvic junction obstruction management, laparoscopic pyeloplasty is better than endopyelotomy (overall risk ratio was 1.35 (95% CI 0.97 to 1.88); p<0.0001 and I2=90.6 %). ]
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library