Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Susilowati
"Pendahuluan: Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang diakibatkan adanya mikroorganisme yang mencederai sistem perkemihan termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. ISK dapat terjadi pada perawat dan menjadi penyumbang terbesar kasus tenaga kesehatan yang mengalami ISK. Kebiasaan menahan BAK (BAK), kurang minum air putih, hygiene, penggunaan celana dalam bukan berbahan katun, dan bekerja long shift perawat dapat menyebabkan munculnya gejala ISK pada perawat. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISK pada perawat. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 271 perawat yang berdinas di ruang rawat inap dan rawat jalan, diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner data sosiodemografi, dan kuesioner faktor-faktor yang memengaruhi gejala ISK. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik biner. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pada 95% CI tidak ada hubungan usia (p=0,171), jenis kelamin (p=0,056), kebiasaan menahan BAK (p=0,077), kurang minum air putih (p=0,869), hygiene (p=0,780), penggunaan celana dalam bukan berbahan katun (p=0,224), bekerja long shift (p=0,178) dengan gejala ISK. Sedangkan variabel pendidikan ada hubungan dengan gejala ISK (0,018). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh adalah pendidikan memiliki nilai signifikasi (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gejala ISK. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan perawat dalam pencegahan terkait ISK.

Introduction: Urinary Tract Infection (UTI) is an infection caused by microorganisms injuring the urinary system including the kidneys, ureters, bladder and urethra. UTIs can occur in nurses and are the largest contributor to health workers experiencing UTIs. The habit of holding in urination (BAK), not drinking enough water, hygiene, using non-cotton underwear, and working nursing shifts can cause UTI symptoms in nurses. Objective: To analyze the factors associated with symptoms of UTI in nurses. Method: The research design is quantitative research with cross sectional study. The sampling technique is simple random sampling, involved 271 nurses who have been working in inpatient and outpatient wards. Data collection is carried out by filling out a sociodemographic data questionnaire and a questionnaire of factors that influence UTI symptoms. Statistical analysis was conducted using chi square and binary logistic regression test. Result: The results of the study showed that at 95% CI there was no association of age (p=0.171), gender (p=0.056), habit of holding urin (p=0.077), lack of drinking water (p=0.869), hygiene (p=0.780) , use of non-cotton underwear (p=0.224), working long shifts (p=0.178) with symptoms of UTI. Meanwhile, education appears to be associated with UTI symptoms (0.018). The results of the multivariate analysis show that the most influential factor is education, the interaction was significant (p=0.008). Conclusion: There is a relationship between education and UTI symptoms. It is hoped that this research can provide knowledge and improve nurses' abilities in preventing UTI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Saptanigsih
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua?
duanya. Pasien diabetes berisiko mengalami infeksi yang umumnya terlokalisir di
saluran kemih. Penelitian bertujuan mengidentifikasi determinan infeksi saluran
kemih pasien diabetes melitus perempuan di RSB Bandung. Desain penelitian
cross sectional dengan consecutive sampling didapatkan 60 sampel. Instrumen
menggunakan kuesioner, timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan
hasil urinalisis. Hasil penelitian menunjukkan usia dan upaya pengendalian
diabetes melitus berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Usia merupakan
determinan utama terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien DM perempuan
(nilai p 0.009, OR 16.3) setelah dikontrol riwayat infeksi saluran kemih. Perawat
perlu melakukan pengkajian mendalam dan edukasi terkait faktor risiko dan upaya
pencegahan infeksi saluran kemih agar komplikasi dapat diminimalkan.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is an endocrine disease characterized by hyperglycemia that
result from defect in insulin secretion, or its action or both. Diabetes patient is at
risk to have infection that is commonly localized in urinary tract. This research is
aimed to identify determinant of urinary tract infection of women diabetes patient
in RSB Bandung. This research design is cross sectional with consecutive
sampling and have 60 samples. Instruments used in this research are questionaire,
weight scale, height scale, and urinalysis check result. The result of the research
shows that age and diabetes control effort related to urinary tract infection. Age is
the main determinant to urinary tract infection in women diabetes patient (p value
0.009, OR 16.3) after being controled by urinary tract infection history. Nurses
need to held deeper assesment and education related to risk factors and an effort to
prevent urinary tract infection in order to minimize the complication."
2012
T 30404
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simatupang, Octaviyana Nadia Nitasari
"Latar belakang: Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko utama terjadinya disfungsi dasar panggul. Manifestasi utama pada kelainan tersebut adalah gejala saluran kemih bagian bawah dan inkontinensia urin. Studi mengenai prevalensi dan faktor risiko kondisi-kondisi tersebut sangat penting untuk diagnosis dini dan tata laksana yang komprehensif. Namun, hingga saat ini belum terdapat studi mengenai prevalensi dan faktor-faktor risiko tersebut secara komprehensif pada ibu hamil di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui prevalensi inkontinensia urin dan gejala saluran kemih bagian bawah serta faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional). Subjek dari penelitian ini adalah ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan rutin di Puskesmas Kecamatan Jakarta pada April 2021-Maret 2022. Pasien dengan riwayat inkontinensia, kehamilan ganda, diabetes tidak terkontrol, gangguan neurologis, atau riwayat operasi sebelumnya dieksklusi dari penelitian. Faktor risiko yang dinilai adalah usia ibu, usia kehamilan, paritas, indeks massa tubuh, dan riwayat obstetrik sebelumnya.
Hasil: Didapatkan sebanyak 236 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian. Didapatkan inkontinensia urin tekanan 8,5%, inkontinensia urin desakan 14%, dan inkontinensia urin campuran 1,6%. Didapatkan keluhan berkemih berupa frekuensi (59,3%), nokturia (87,3%), urgensi (33,1%), hesitansi (8,9%), dan straining (0,8%). Hanya terdapat 5,1% subjek yang tidak memiliki keluhan berkemih sama sekali. Faktor risiko yang berpengaruh dengan keluhan berkemih dan inkontinensia urin adalah usia ibu dan trimester kehamilan.
Kesimpulan: Didapatkan prevalensi inkontinensia urin dan gejala saluran kemih bagian bawah yang tinggi pada ibu hamil di Indonesia. Faktor risiko terjadinya gangguan saluran kemih dan inkontinensia urin pada ibu hamil adalah usia ibu dan trimester kehamilan.

Background: Pregnancy and childbirth are the main risk factors for pelvic floor dysfunction. The main manifestations of this disorder are lower urinary tract symptoms and urinary incontinence. Studies on the prevalence and risk factors of these conditions are essential for early diagnosis and comprehensive management. However, until now there has been no comprehensive study of the prevalence and risk factors for pregnant women in Indonesia.
Objective: To determine the prevalence of urinary incontinence and lower urinary tract symptoms and the factors that influencing.
Methods: This research was an observational analytic study with cross sectional method. The subjects of this study were pregnant women who came for routine check-ups at the Jakarta Publics Health Center in April 2021-March 2022. Patients with a history of incontinence, multiple pregnancy, uncontrolled diabetes, neurological disorders, or a history of previous surgery were excluded from the study. The risk factors assessed were maternal age, gestational age, parity, body mass index, and previous obstetric history.
Results: There were 236 subjects who were included in the study. We found stress urinary incontinence 8.5%, urgency urinary incontinence 14%, and mixed urinary incontinence 1.6%. There were urinary complaints in the form of frequency (59.3%), nocturia (87.3%), urgency (33.1%), hesitancy (8.9%), and straining (0.8%). There were only 5.1% of subjects who did not have urinary complaints at all. The risk factors that influence lower urinary tract symptoms and urinary incontinence are maternal age and trimester of pregnancy.
Conclusions: We found a high prevalence of urinary incontinence and lower urinary tract symptoms in pregnant women in Indonesia. Risk factors for urinary tract disorders and urinary incontinence in pregnant women are maternal age and trimester of pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kunin, Calvin M.
Philadelphia: Lea & Febiger , 1974
616.6 KUN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Refluks vesiko-ureter (RVU) adalah suatu keadaan berbaliknya urin dari kandung kemih kembali ke ureter dan secara potensial ke parenkim ginjal. RVU timbul dalam lima stadia menurut The International Reflux Study, masih terdapat perbedaan paham mengenai penanganan RVU berat (stadium IV dan V). Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai laju filtrasi glomerulis (LFG) dengan pemeriksaan radionuklir DTPA pada anak dengan RVU pada berbagai stadia. Selama periods satu tahun (Agust.93-Agust.94) diteliti 21 anak dengan berbagai stadia RVU. Terdapat 14 anak laki-laki dan 7 perempuan dengan umur berkisar antara 2 jam sampai 15 tahun dan lama menderita RVU berkisar antara 5 hari sampai 8 tahun.
Beberapa kesimpulan sementara dapat disebut disini ialah :
1. Penderita ISK simtomatis atau asimtomatis pada kasus RVU ditemukan 52.4%.
2. Kreatinin serum dan klirens kreatinin merupakan parameter yang baik untuk menilai fungsi ginjal yang abnormal pada RVU.
3. Terdapat hubungan bermakna antara berat RVU pada tiap ginjal dengan menurunnya LFG.

Visicoureteral reflux (VUR) is a condition in which urine regurgitates from the bladder back into the ureter and potentially to the renal parenchyma. VUR occurs in five degrees of severity according to the International Reflux Study. There remain some controversy concerning the management of severe VUR (stage IV and V). The purpose of this study is to evaluate the glomerular filtration rate (GFR) using the radionuclide DTPA examination in children with VUR of different stages. During a one year period (Aug.93 - Aug.94) 21 children with varying degrees of VUR were studied. Fourteen boys and 7 girls were encountered. The ages range from 2 hours till 15 years and the duration of the VUR were from 5 days up till 8 years.
Some preliminary conclusions could be taken from this study:
1. Patients with symptomatic or asymptomatic UTI reveal the presence of VUR in 52.4% of cases.
2. Serum creatinine and creatinine clearance are good parameters to evaluate the abnormal renal function in VUR,
3. There was a significant correlation between the degree of the VUR of each kidney and the degree of GFR reduction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Nugraha Ramdhany
"Sistem urinari hewan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu sistem urinari bagian atas dan sistem urinari bagian bawah. Ginjal yang merupakan bagian dari sistem urinari memiliki 2 fungsi penting, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Dalam mendiagnosis penyakit yang diderita hewan pada sistem urinarinya terdapat beberapa kendala. Pada penelitian ini, dikembangkan model untuk mendiagnosis gangguan sistem urinari pada anjing dan kucing dengan menggunakan algoritma VFI 5 berdasarkan gejala klinis (terdapat 37 feature) dan pemeriksaan laboratorium (39 feature). Percobaan dilakukan baik pada feature gejala klinis dan juga pada feature pemeriksaan laboratorium. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa akurasi rata-rata sebesar 77,38% untuk percobaan dengan feature gejala klinis, dan 86,31% untuk percobaan dengan feature pemeriksaan laboratorium. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa dalam mendiagnosis penyakit dalam sistem urinari, pemeriksaan laboratorium masih sangat dibutuhkan dalam menentukan hasil diagnosis suatu penyakit."
[Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, IPB. Departemen Ilmu Komputer], 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahendra Wijaya .J
"Introduction:
Bladder stones, a common urological condition, can significantly impact a patient's quality of life, leading to symptoms such as obstructive lower urinary tract symptoms (LUTS) and hematuria. In recent years, the utilization of laser lithotripsy has emerged as a promising technique for the removal of bladder stones, offering potential advantages in terms of efficacy and safety.
Material & Methods:
Data obtained from the medical record was collected retrospectively since the use of laser lithotripsy in 2019. Patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were included. Data on patients’ age, sex, symptoms, maximum stone diameter, operation duration, complications, and length of in-hospital duration were gathered and analyzed using SPSS v.27. The primary endpoint was to assess the stone size being successfully removed and procedure duration.
Results:
We recruited 46 participants (40 men and 6 women) with a mean age of 55,5 years old. In 18 (39%) participants, obstructive LUTS was the main presenting symptom, followed by hematuria in 9 (19%) patients. In 10 (28%) of cases, work-up was done by plain abdominal x-ray, while the remaining 36 (72%) underwent CT-scan. The mean surgery duration was 57,2 ± 22,3 minutes. Out of subjects, 3 (6,5%) experienced hematuria as a side effect while 1 (2,1%) patient had a fever.
Conclusion:
Our data demonstrated a safe and effective result of laser lithotripsy used for bladder stones removal. More research is warranted to compare the current modality applied in Indonesia general hospitals along with cost analysis to provide the best treatment option for the patients.

Pendahuluan:
Batu kandung kemih, kondisi urologi yang umum, dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien, menyebabkan gejala seperti gejala obstruktif saluran kemih bawah (LUTS) dan hematuria. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan litotripsi laser telah muncul sebagai teknik yang menjanjikan untuk pengangkatan batu kandung kemih, menawarkan potensi keuntungan dalam hal efektivitas dan keamanan.
Metode:
Data yang diperoleh dari catatan medis dikumpulkan secara retrospektif sejak penggunaan litotripsi laser pada tahun 2019. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan. Data tentang usia, jenis kelamin, gejala, diameter batu maksimum, durasi operasi, komplikasi, dan lama rawat inap pasien dikumpulkan dan dianalisis menggunakan SPSS v.27. Titik akhir utama adalah menilai ukuran batu yang berhasil diangkat dan durasi prosedur.
Hasil :
Penelitian ini terdapat 46 subjek (40 pria dan 6 wanita) dengan usia rata-rata 55,5 tahun. Pada 18 subjek (39%), gejala utama yang muncul adalah obstruksi, diikuti oleh hematuria pada 9 pasien (19%). Pada 10 kasus (28%), pemeriksaan dilakukan dengan X-ray abdomen, sedangkan 36 lainnya (72%) menjalani CT-scan. Rata-rata durasi operasi adalah 57,2 ± 22,3 menit. Tiga orang (6,5%) mengalami hematuria sebagai efek samping sementara 1 pasien (2,1%) mengalami demam.
Kesimpulan:
Penggunaan litotripsi laser untuk menghilangkan batu kandung kemih aman dan efektif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan metode saat ini yang diterapkan di rumah sakit umum di Indonesia, serta analisis biaya untuk memberikan opsi pengobatan terbaik bagi pasien.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Pramaviri
"Gejala saluran kemih bawah LUTS pada laki laki seringkali dikaitkan dengan pembesaran prostat jinak BPH yang menyebabkan obstruksi infravesika yang sering diikuti oleh trabekulasi sehingga terjadi gangguan fungsi kandung kemih Reseksi prostat transuretra TURP adalah tindak baku emas yang bertujuan untuk menghilangkan obstruksi ini Namun gejala LUTS masih banyak dikeluhkan setelah dilakukan TURP Penelitian cross sectional ini dilakukan untuk mencari hubungan antara gejala LUTS pasca TURP dengan derajat trabekulasi dan volume kandung kemih di RSUP H Adam Malik Medan Selama tahun 2013 didapatkan 39 pasien BPH rata rata umur 68 36 7 638 tahun dengan retensi urin berulang yang dilakukan tindakan TURP Dari keseluruhan sampel kelompok yang terbanyak ditemukan adalah derajat trabekulasi sedang 35 9 dan volume kandung kemih 200 cc 46 2 Dua puluh dua sampel 56 4 mengeluhkan LUTS ringan dengan rerata IPSS total 6 28 3 986 Derajat trabekulasi dan volume mempunyai korelasi positif kuat 0 661 dan 0 723 p value.

Lower urinary tract symptoms LUTS in older male is often associated with benign prostate hyperplasia BPH and caused bladder outlet obstruction BOO with the consequential trabeculation that impair bladder contractility and viscoelasticity Transurethral resection of the prostate TURP is the gold standard for relieving BPH caused BOO Nevertheless many still complained of persisting symptoms even after undergoing TURP This cross sectional study was conducted to analyze the correlation between bladder volume and trabeculation in determining LUTS after TURP in BPH patient In 2013 bladder trabeculation and volume was measured during TURP from 39 BPH patients with recurrent urinary retention and were re evaluated 6 months after The most common findings were moderate trabeculation 35 9 bladder volume 200cc 46 2 and mild degree LUTS 56 4 after TURP with mean IPSS 6 28 3 986 Bladder trabeculation and volume are positively and strongly correlated with LUTS after TURP 0 661 and 0 723 respectively p value 0 01 Analytical linear regression found that these two variables are significant factors in determining LUTS after TURP with positive predictive value of 62 In conclusion bladder trabeculation and volume had strong significant correlation with LUTS after TURP although there are other possible determining factors that are not included in the study
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommie Prasetyo Utomo Wiharto
"Tujuan Mengetahui hubungan antara nilai glukosa darah puasa, disfungsi ereksi DE, dan lower urinary tract symptoms LUTS pada pasien dengan pembesaran prostate jinak.Metode Terdapat 42 pasien berusia lebih dari 50 tahun dengan pembesaran prostat jinak. LUTS dan DE dievaluasi dengan menggunakan International Prostate Symptom Score IPSS and International Index of Erectile Function-5 IIEF-5. Diabetes mellitus ditegakkan jika gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL. LUTS dikategorikan menjadi 3 grup; ringan, sedang, dan berat dimana DE dikategorikan menjadi 2; positif dan negative. Semua data dianalisa menggunakan SPSS ver. 22.Hasil Usia rata-rata pasien adalah 68,83 8,56 tahun dengan mayoritas menderita DE 83.33 dan LUTS 80.96. Diabetes mellitus ditemukan pada 26,19 pasien dengan rata-rata nilai gula darah puasa 108.3 21.1 mg/dL. Nilai IPSS didapati berhubungan signifikan dengan nilai gula darah puasa r = 0.879, p

Aims To discover the correlation between fasting glucose level, erectile dysfunction, and lower urinary tract symptoms LUTS in patients diagnosed with benign prostatic hyperplasia BPH .Methods There were 42 patients with BPH related LUTS aged over 50 years old enrolled in this study. LUTS and erectile dysfunction ED were evaluated using International Prostate Symptom Score IPSS and International Index of Erectile Function 5 IIEF 5 . Diabetes mellitus was established if fasting glucose level was above 126 mg dL. LUTS was classified into 3 groups mild, moderate, and severe LUTS while ED was classified into 2 groups ED positive and ED negative. Data were analyzed using SPSS ver. 22Results Patients rsquo mean age was 68.83 8.56 years old with most of them had ED 83.33 and also suffered from severe LUTS 80.96 . Diabetes mellitus was observed in 26.19 subjects with mean fasting glucose level was 108.3 21.1 mg dL. IPSS score were significantly correlated with fasting glucose level r 0.879, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>