Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Susilowati
"Pendahuluan: Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang diakibatkan adanya mikroorganisme yang mencederai sistem perkemihan termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. ISK dapat terjadi pada perawat dan menjadi penyumbang terbesar kasus tenaga kesehatan yang mengalami ISK. Kebiasaan menahan BAK (BAK), kurang minum air putih, hygiene, penggunaan celana dalam bukan berbahan katun, dan bekerja long shift perawat dapat menyebabkan munculnya gejala ISK pada perawat. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISK pada perawat. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 271 perawat yang berdinas di ruang rawat inap dan rawat jalan, diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner data sosiodemografi, dan kuesioner faktor-faktor yang memengaruhi gejala ISK. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik biner. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pada 95% CI tidak ada hubungan usia (p=0,171), jenis kelamin (p=0,056), kebiasaan menahan BAK (p=0,077), kurang minum air putih (p=0,869), hygiene (p=0,780), penggunaan celana dalam bukan berbahan katun (p=0,224), bekerja long shift (p=0,178) dengan gejala ISK. Sedangkan variabel pendidikan ada hubungan dengan gejala ISK (0,018). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh adalah pendidikan memiliki nilai signifikasi (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gejala ISK. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan perawat dalam pencegahan terkait ISK.

Introduction: Urinary Tract Infection (UTI) is an infection caused by microorganisms injuring the urinary system including the kidneys, ureters, bladder and urethra. UTIs can occur in nurses and are the largest contributor to health workers experiencing UTIs. The habit of holding in urination (BAK), not drinking enough water, hygiene, using non-cotton underwear, and working nursing shifts can cause UTI symptoms in nurses. Objective: To analyze the factors associated with symptoms of UTI in nurses. Method: The research design is quantitative research with cross sectional study. The sampling technique is simple random sampling, involved 271 nurses who have been working in inpatient and outpatient wards. Data collection is carried out by filling out a sociodemographic data questionnaire and a questionnaire of factors that influence UTI symptoms. Statistical analysis was conducted using chi square and binary logistic regression test. Result: The results of the study showed that at 95% CI there was no association of age (p=0.171), gender (p=0.056), habit of holding urin (p=0.077), lack of drinking water (p=0.869), hygiene (p=0.780) , use of non-cotton underwear (p=0.224), working long shifts (p=0.178) with symptoms of UTI. Meanwhile, education appears to be associated with UTI symptoms (0.018). The results of the multivariate analysis show that the most influential factor is education, the interaction was significant (p=0.008). Conclusion: There is a relationship between education and UTI symptoms. It is hoped that this research can provide knowledge and improve nurses' abilities in preventing UTI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Saptanigsih
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua?
duanya. Pasien diabetes berisiko mengalami infeksi yang umumnya terlokalisir di
saluran kemih. Penelitian bertujuan mengidentifikasi determinan infeksi saluran
kemih pasien diabetes melitus perempuan di RSB Bandung. Desain penelitian
cross sectional dengan consecutive sampling didapatkan 60 sampel. Instrumen
menggunakan kuesioner, timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan
hasil urinalisis. Hasil penelitian menunjukkan usia dan upaya pengendalian
diabetes melitus berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Usia merupakan
determinan utama terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien DM perempuan
(nilai p 0.009, OR 16.3) setelah dikontrol riwayat infeksi saluran kemih. Perawat
perlu melakukan pengkajian mendalam dan edukasi terkait faktor risiko dan upaya
pencegahan infeksi saluran kemih agar komplikasi dapat diminimalkan.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is an endocrine disease characterized by hyperglycemia that
result from defect in insulin secretion, or its action or both. Diabetes patient is at
risk to have infection that is commonly localized in urinary tract. This research is
aimed to identify determinant of urinary tract infection of women diabetes patient
in RSB Bandung. This research design is cross sectional with consecutive
sampling and have 60 samples. Instruments used in this research are questionaire,
weight scale, height scale, and urinalysis check result. The result of the research
shows that age and diabetes control effort related to urinary tract infection. Age is
the main determinant to urinary tract infection in women diabetes patient (p value
0.009, OR 16.3) after being controled by urinary tract infection history. Nurses
need to held deeper assesment and education related to risk factors and an effort to
prevent urinary tract infection in order to minimize the complication."
2012
T 30404
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kunin, Calvin M.
Philadelphia: Lea & Febiger , 1974
616.6 KUN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Refluks vesiko-ureter (RVU) adalah suatu keadaan berbaliknya urin dari kandung kemih kembali ke ureter dan secara potensial ke parenkim ginjal. RVU timbul dalam lima stadia menurut The International Reflux Study, masih terdapat perbedaan paham mengenai penanganan RVU berat (stadium IV dan V). Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai laju filtrasi glomerulis (LFG) dengan pemeriksaan radionuklir DTPA pada anak dengan RVU pada berbagai stadia. Selama periods satu tahun (Agust.93-Agust.94) diteliti 21 anak dengan berbagai stadia RVU. Terdapat 14 anak laki-laki dan 7 perempuan dengan umur berkisar antara 2 jam sampai 15 tahun dan lama menderita RVU berkisar antara 5 hari sampai 8 tahun.
Beberapa kesimpulan sementara dapat disebut disini ialah :
1. Penderita ISK simtomatis atau asimtomatis pada kasus RVU ditemukan 52.4%.
2. Kreatinin serum dan klirens kreatinin merupakan parameter yang baik untuk menilai fungsi ginjal yang abnormal pada RVU.
3. Terdapat hubungan bermakna antara berat RVU pada tiap ginjal dengan menurunnya LFG.

Visicoureteral reflux (VUR) is a condition in which urine regurgitates from the bladder back into the ureter and potentially to the renal parenchyma. VUR occurs in five degrees of severity according to the International Reflux Study. There remain some controversy concerning the management of severe VUR (stage IV and V). The purpose of this study is to evaluate the glomerular filtration rate (GFR) using the radionuclide DTPA examination in children with VUR of different stages. During a one year period (Aug.93 - Aug.94) 21 children with varying degrees of VUR were studied. Fourteen boys and 7 girls were encountered. The ages range from 2 hours till 15 years and the duration of the VUR were from 5 days up till 8 years.
Some preliminary conclusions could be taken from this study:
1. Patients with symptomatic or asymptomatic UTI reveal the presence of VUR in 52.4% of cases.
2. Serum creatinine and creatinine clearance are good parameters to evaluate the abnormal renal function in VUR,
3. There was a significant correlation between the degree of the VUR of each kidney and the degree of GFR reduction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Indra Sanjaya
"Sepsis adalah gejala klinis akibat infeksi disertai respon sistemik yang dapat berupa hipotermia, hipertermia, takikardia, hiperventilasi atau letargi. Sepsis neonatorum adalah sepsis yang teijadi pads neonates, dan pada biakan darah didapatkan basil positif. Pada sepsis neonatorum sering disertai infeksi saluran kemih (ISK). ISK ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan memperberat sepsis. Untuk menegakkan diagnosis ISK sebagai standar adalah hitting koloni kuman pada biakan urin. Pewarnaan Gram urin merupakan pemeriksaan yang cepat, dapat rnengetahui morfologi dan jumlah kuman dalam hari pertama, serta dapat mendeteksi adanya ISK. Dengan melihat basil pewarnaan Gram urin maka pemberian terapi antibiotika secara empiris dapat lebih terarah. Tujuan penelitian ini ialah mendapatkam metode yang cepat dan mudah untuk mendeteksi ISK pada sepsis neonatorum. Penelitian ini juga bertujuan mendapatkan data proporsi ISK, pola kuman penyebab ISK dan antibiogramnya pada sepsis neonatorum.
Subjek penelitian adalah 100 bayi secara klinis menderita sepsis neonatorum yang dirawat di bangsal Perinatologi dan NICU Bagian IKA RSCM. Bahan berupa darah vena dan urin kateterisasi, diperiksa di Bagian Patologi Klinik RSCM. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pewamaan Gram urin langsung dan urin sitospin, biakan min, dan biakan darah. Dinilai tingkat sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan Gram urin terhadap biakan urin.
Pada penelitian ini didapatkan proporsi ISK pada sepsis neonatorum sebesar 8%. Pola kuman penyebab ISK terbanyak pada sepsis neonatorum adalah Pseudomonas sp dan Staphylococcus epidermidis. Tes sensitivitas antibiotika Pseudomonas sp resisten terhadap antibiotika yang diujikan. Staphylococcus epidermidis sensitif terhadap antibiotik Ampicillinsulbactam, Vancomycin, Meropenem, Imipenem, dan Oxacillin. Pada penelitian ini didapatkan tingkat sensitivitas pewarnaan Gram urin langsung 75% dan spesifisitas 100%, sedangkan pewarnaan Gram urin sitospin didapatkan sensitivitas 100% dan spesifisitas 98,9%. Pada kurva receiver operator curve (ROC) didapatkan sensitivitas dan spesitifitas terbaik pewamaan Gram urin sitospin untuk diagnosis ISK bila cut off point > 3 kuman per lapangan pandang imersi (pembesarkan 1000x). Pewarnaan Gram urin sitospin merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk mendiagnosis ISK pada sepsis neonatorum secara rutin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Ayu Paramastri
"ABSTRAK
Latar belakang : Infeksi saluran kemih ISK berulang adalah ISK yang timbul kembali pasca pengobatan, dengan kejadian 40-50 dari ISK pertama. Kekerapan berulangnya ISK meningkatkan komplikasi gagal ginjal kronik. Salah satu faktor penyebab adalah kolonisasi bakteri patogen feses dari saluran cerna di daerah periuretra. Bakteri saluran cerna terdiri dari 3 kelompok, bakteri patogen, komensal dan bakteri menguntungkan. Penelitian membuktikan disbiosis antara bakteri patogen dan menguntungkan berkaitan dengan kejadian penyakit sistemik, namun belum ada penelitian tentang pengaruh hal tersebut pada ISK berulang.Tujuan : Mengetahui kondisi disbiosis yaitu perbedaan proporsi Escherichia coli dan Bifidobacterium sp. saluran cerna pada anak ISK berulang.Metode : Penelitian uji potong lintang pada anak ISK berulang usia 6 bulan sampai dengan
ABSTRACT
Background Recurrent urinary tract infection UTIr is repeated UTI post antibiotic treatment, with recurrency is 40 50 from the first infection. Recurrency of UTI increases possibility of chronic renal failure as complication. One of the causal factors is colonization of faecal pathogens from gastrointestinal tract in periurethra. Gastrointestinal tract bacteria is divided into 3 groups pathogens, comensal, and beneficial bacteria. Studies proved that imbalance of condition or dysbiosis between pathogens and beneficial bacteria lead to systemic diseases, but there were no studies in UTIr.Objective To know about dysbiosis condition based on proportion differences between gastrointestinal Escherichia coli and Bifidobacterium sp. in UTIr.Methods A cross sectional studies with children with UTIr, aged 6 months old until 18 years old, in Pediatric Departement Cipto Mangunkusumo Hospital as a subject. Healty child which had been matched by sex and age was choosen as a control group. Faecal samples from both groups underwent DNA extractions, using real time PCR method, to look for Escherichia coli and Bifidobacterium sp. amount and proportions.Results There was a total of 25 subjects, 8 32 were classifed as simplex UTI and 17 68 were complex UTI, also 25 healthy children as control. The total amount of Escherichia coli in UTIr compared to control was 1.099.271 vs 453.181 p 0,240. The total amount of Bifidobacterium sp. in UTIr compared to control was 1.091.647 vs 359.336 p 0,148. Escherechia coli proportion in UTIr compared to control was 10,97 vs 4,74 p 0,014 that shown a significant different, while Bifidobacterium sp. 6,54 vs 9,33 p 0,594. In UTIr group, proportion differences beetwen Escherichia coli and Bifidobacterium sp. was 10,97 vs 6,54 p 0,819, while in control group 4,74 vs 9,33 p 0,021 which showed that Bifidobacterium sp. has a significant different. The total amount of Escherichia coli in simplex compared to complex UTIr was 996.004 vs 1.099.271 p 0,798, while amount of Bifidobacterium sp. 835.921 vs 1.196.991 p 0,711. Logarithm of Escherichia coli proportion in simplex and complex UTIr was 5,50 SB 1,45 vs 5,92 SB 0,71 p 0,333, while Bifidobacterium sp. 5,85 SB 0,75 vs 6,04 SB 5,50 p 0,562 showed no significant differences.Conclusions Escherchia coli proportion was higher in UTIr children and Bifidobacterium sp. proportion was higher in healthy children. The proportion of both bacteria was equal in simplex and complex UTIr."
[Jakarta, ]: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Komara
"Sebagian besar bakteri penyebab Infeksi saluran kemih (ISK) adalah bakteri gram negatif. Bakteri Gram negatif banyak yang telah resisten terhadap berbagai macam antibiotik, salah satunya terhadap antibiotik gentamisin dan kotrimoksazol. Kedua antibiotik ini termasuk antibiotik yang digunakan untuk mengatasi ISK akibat bakteri gram negatif. Menurunnya kepekaan obat ini menjadi salah satu kendala dalam penanggulangan ISK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menentukan pola kepekaan bakteri Gram negatif terhadap antibiotik gentamisin dan kotrimoksazol dari tahun 2001-2005. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan disain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder sebanyak 1522 sampel yang diteliti dengan kultur positif di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI dari Januari 2001 sampai Desember 2005 dan telah menjalani pemeriksaan resistensi berdasarkan National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS), terdiri dari: Escherichia coli 567 sampel, Enterobacter 153 sampel, Klebsiella pneumonia 407 sampel, Proteus mirabilis 137 sampel dan Pseudomonas aeruginosa 256 sampel. Hasil analisis menunjukan bahwa nilai rata-rata kepekaan Escherichia coli terhadap gentamisin 78,4% dan kotrimoksazol 34%; nilai rata-rata kepekaan Enterobacter terhadap gentamisin 71,7% dan kotrimoksazol 36,3%; nilai rata-rata kepekaan Klebsiella pneumonia terhadap gentamisin 70% dan kotrimoksazol 50,6%; nilai rata-rata kepekaan Proteus mirabilis terhadap gentamisin 94,7% dan kotrimoksazol 43%; nilai rata-rata kepekaan Pseudomonas aeruginosa terhadap gentamisin 44,8% dan kotrimoksazol 29%. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2001-2005 bakteri Gram negatif terhadap antibiotik kotrimoksazol cenderung telah resisten, sedangkan terhadap antibiotik gentamisin cenderung masih sensitif kecuali terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa yang telah resisten.

Most of the bacteria causing urinary tract infection (UTI) is negative gram bacteria. Some of these bacteria are resistant to several antibiotics, including gentamycin and cotrimoxazole. Both of these antibiotics are used for treating UTI caused by negative gram bacteria. Decreasing sensitivity of these drugs being the obstacle in the management of UTI in Indonesia. This research is aimed to investigate the sensitivity pattern of the gram negative bacteria to gentamycin and cotrimoxazole from 2001 to 2005. The disain of this study was cross-sectional descriptive. This study was conducted by analyzing secondary data with 1522 positive culture samples from Clinical Microbiology Laboratory Faculty of Medicine University of Indonesia since January 2001 to December 2005 and had been checked for their resistance based on the National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) including 256 samples of Eschericia coli, 153 samples of Enterobacter, 407 samples of Klebsiella pneumonia, 137 samples of Proteus mirabilis, and 258 samples of Pseudomonas aeruginosa. Results of the analysis showed that sensitivity of Escherichia coli to gentamicin and cotrimoxazol were 78.4% and 34% respectively; sensitivity of Enterobacter to gentamicin and cotrimoxazol were 71.7% and 36.3% respectively; sensitivity of Klebsiella pneumonia to gentamicin and cotrimoxazol were 70% and 50.6% respectively; sensitivity of Proteus mirabilis to gentamicin and cotrimoxazol were 94.7% and 43% respectively; sensitivity of Pseudomonas aeruginosa to gentamicin and cotrimoxazol were 44.8% and 29% respectively. Based on that analysis, it can be concluded that from 2001-2005, negative Gram bacteria tend to resistant to be cotrimoxazole, meanwhile to gentamycin, it’s still effective, except to resistant Pseudomonas aeruginosa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Nurdin
"Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang cukup sering terjadi di masyarakat. Dari berbagai penelitian di Indonesia dan di luar negeri, telah menunjukkan penurunan kepekaan bakteri penyebab ISK terhadap antibiotik golongan fluorokuinolon. Hal ini dikhawatirkan menjadi kendala dalam penanggulangan ISK di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeuroginosa Enterobacter aerogenes, dan Proteus mirabilis dari penderita infeksi saluran kemih terhadap siprofloksasin, gatifloksasin, ofloksasin, dan moksifloksasin.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data sekunder sebanyak 3268 isolat urin dengan kultur positif dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada Januari 2001 sampai Desember 2005 dan telah dilakukan uji resistensi sesuai dengan NCCLS.
Dari hasil analisis didapatkan angka kepekaan Escherichia coli terhadap siprofloksasin, ofloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin adalah 54.5%, 59.4%, 54.5%, dan 38.0%; kepekaan Klebsiella pneumoniae terhadap siprofloksasin, ofloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin adalah 46.0%, 54.2%, 48.1%, dan 34.9%; kepekaan Pseudomonas aeruginosa terhadap siprofloksasin, ofloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin adalah 43.9%, 43.9%, 44.9%, dan 38.1%; kepekaan Enterobacter aerogenes terhadap siprofloksasin, ofloksasin, dan gatifloksasin adalah 58.7%, 63.8%, dan 65.5%; kepekaan Proteus mirabilis terhadap siprofloksasin, ofloksasin, dan gatifloksasin adalah 80.5%, 83.9%, dan 70.0%.

Urinary tract infection (UTI) is a common infectious disease in the community practice. Studies in Indonesia and overseas showed the decrease of sensitivity of bacteria causing UTI to fluoroquinolone. This problem is potentially leading to difficulty in the treatment of UTI in Indonesia.
This study objective was to investigate the sensitivity pattern of Gram negative bacteria such as Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeuroginosa, Enterobacter aerogenes, and Proteus mirabilis taken from UTI patient to ciprofloxacin, gatifloxacin, ofloxacin, and moxifloxacin.
This study was conducted by analyzing secondary data of 3268 isolated urine with positive culture from Clinical Microbiology Laboratory of FMUI since January 2001 to December 2005. Resistance test had been performed in guidance of NCCLS.
Results of the analysis indicate that sensitivity patterns of Escherichia coli to ciprofloxacin, ofloxacin, gatifloxacin, moxifloxacin were 54.5%, 59.4%, 54.5%, and 38.0%, respectively; Klebsiella pneumoniae to ciprofloxacin, ofloxacin, gatifloxacin, and moxifloxacin were 46.0%, 54.2%, 48.1%, and 34.9%; Pseudomonas aeruginosa to ciprofloxacin, ofloxacin, gatifloxacin, and moxifloxacin were 43.9%, 43.9%, 44.9%, and 38.1%; Enterobacter aerogenes to ciprofloxacin, ofloxacin, and gatifloxacin were 58.7%, 63.8%, and 65.5%; Proteus mirabilis to ciprofloxacin, ofloxacin, and gatifloxacin were 80.5%, 83.9%, and 70.0%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Ardiyansyah
"Latar belakang: Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) merupakan masalah prostat yang umum terjadi pada laki-laki, Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat disebabkan oleh PPJ akibat dari obstruksi pada Bladder outlet, instrumentasi, bahkan akibat dari sistoskopi atau kateterisasi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola kuman dan kuman terbanyak yang menyebabkan ISK pada pasien PPJ di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito
Metode: Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito mulai Januari 2001 sampai Desember 2011. Pola kuman dan sensitivitas obat dicatat.
Hasil: Terdapat 92 pasien dengan usia 46-95 tahun yang didiagnosis dengan PPJ dan Prostatitis. Didapatkan 81,40% merupakan bakteri gram negatif, 9,3% bakteri gram positif, dan 9,3% jamur. Kemudian didapatkan Streptococcusfaecalis (11,62%) merupakan bakteri gram positif terbanyak yang ditemukan di dalam kultur urin. Obat yang dipakai untuk sensitivitas melipuit : Amikacin, Ampicillin, Ampicillin/Sulbactam, Cefepim, Cefpiron, Ceftazidime, Ceftriaxone, Cefotaxime, Cefuroxime, Chloramphenicol, Fosfomycin, Gentamycin, Nalidixic acid, Imipenem, Netilmicin, Nitrofurantoin, Norfloxacin, Tetracyclin, Tobramycin, Vancomycine, Ciprofloxacine, Trimethoprim-Sulfamethoxazole.
Kesimpulan: Bakteri paling banyak yang ditemukan pada pasien dengan BPH adalah Pseudomonas aerogenosa (25.58%) dan bakteri yang paling jarang ditemukan adalah Citrobacterfreundii (2.32%). Menurut penelitian ini, 82.05% pasien BPH dengan infeksi saluran kemih sensitif terhadap pengobatan dengan Imipenem, diikuti dengan Amikacin (74.35%).

Background: Benign prostatic hyperplasia (BPH) is the most common condition in men with prostate problems. Urinary tract infection can be caused by BPH due to Bladder outlet obstruction, instrumentation either from cystoscopy or catheterization.
Objective: The aim of this study is to describe microorganism pattern and the most common caused urinary tract infection in BPH patient hospitalized in Dr. Sardjito general hospital.
Method: Data were retrospectively collected from Dr. Sardjito general hospital medical record patients from January 2011 to December 2011. Microorganism pattern and drug sensitivity data were collected.
Results: There were 92 patients age 46-95 years old diagnosed histophatologically as BPH and prostatitis. The 81.40% microorganism pattern were Gram negative bacteria, 9.3% Gram positive bacteria and 9.3% yeast. On the other hand , Streptococcus faecalis (11,62%)is the main gram positif bacteria found in the urine culture. The drug used for sensitivity including; Amikacin, Ampicillin, Ampicillin/Sulbactam, Cefepim, Cefpiron, Ceftazidime, Ceftriaxone, Cefotaxime, Cefuroxime, Chloramphenicol, Fosfomycin, Gentamycin, Nalidixic acid, Imipenem, Netilmicin, Nitrofurantoin, Norfloxacin, Tetracyclin, Tobramycin, Vancomycine, Ciprofloxacine, Trimethoprim, and Sulfamethocazole.
Conclusion: The most frequent bacteria found in BPH patients is Pseudomonas Aerogenosa (25.58%) and the least frequentbacteria is Citrobacter freundii (2.32%). According to this study, 82.05% UTI patients sensitive to Imipenem medication, followed by Amikacin (74.35%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library