Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rara Maasnika Adham
Abstrak :
Preeklamsia merupakan penyebab tersering kematian ibu dan janin di dunia, terutama pada negara berkembang. Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia menjadi penyebab 1,5-25% kematian pada masa kehamilan dan 50% penyebab kematian janin. Penelitian di RSUP Palembang, menunjukkan 70% pesalinan dini akibat preeklamsia terjadi pada usia kehamilan 32-36 minggu. Kadar vitamin D serum ibu dikaitkan dengan penyebab terjadinya preeklamsia, namun belum ada penelitian yang mengukur kadar vitamin D pada plasenta. Kadar vitamin D pada preeklamsia juga berkaitan dengan keadaan resistensi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara kadar vitamin D dan glukosa pada plasenta yang mengalami yang mengalami preeklamsia pada usia kehamilan 32-36 minggu. Desain penelitian ini adalah potong lintang. Sampel merupakan jaringan plasenta tersimpan di Laboratorium Biokimia FKUI. Jaringan plasenta diambil dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Data vitamin D dan glukosa dianalisis korelasinya dengan Pearson. Kadar vitamin D pada plasenta preeklamsia adalah 0,0069 ± 0,00232 ng/mg protein dan kadar glukosa pada plasenta preeklamsia adalah 0,0000025 ± 0,000002 ng/mg protein. Dari hasil ini dilakukan uji korelasi Pearson dengan hasil r = -0,688 dan p = 0,065. Korelasi antara konsentrasi vitamin D dan glukosa cenderung negatif kuat pada plasenta yang mengalami preeklamsia pada usia kehamilan 32-36 minggu.
Preeclampsia is the most common cause of maternal and fetal death in the world, especially in developing countries. In Indonesia, severe preeclampsia and eclampsia cause 1.5-25% of deaths during pregnancy and 50% of fetal death. Research at the Palembang General Hospital showed that 70% of early delivery due to preeclampsia occurred at 32-36 weeks' gestation. Studies have measured assosiation between maternal serum vitamin D and preeclapmsia but not vitamin D levels in the placenta. Vitamin D levels in preeclampsia are associated with insulin resistance. This study aimed to find a correlation between vitamin D and glucose levels in the placenta who experienced preeclampsia at 32-36 weeks gestation. The design of this study is cross sectional. Samples are placental tissue stored in the FKUI Biochemistry Laboratory. Placental tissue was taken from Cipto Mangunkusumo Hospital. Data on vitamin D and glucose were analyzed for correlation with Pearson. Vitamin D and glucose levels in preeclampsia placenta are 0.0069 ± 0.00232 ng/mg protein and 0.0000025 ± 0.000002 ng/mg protein. Pearson correlation test was carried out with the results r=-0.668 and p=0.065. The correlation between vitamin D and glucose concentrations tends to be strongly negative in the placenta who has preeclampsia at 32-36 weeks gestation.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Istiani
Abstrak :
Skor Apgar digunakan untuk menilai secara cepat kondisi bayi yang baru lahir. Skor Apgar yang rendah berhubungan dengan prognosis yang buruk pada bayi. Salah satu faktor yang dianggap sebagai faktor risiko prognosis buruk pada bayi adalah usia kehamilan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia kehamilan dengan skor Apgar buruk bayi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Data adalah data sekunder dari rekam medis seluruh pasien melahirkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi preterm (usia kehamilan <37 minggu) memiliki skor Apgar menit 1 buruk sebesar 25% dan skor Apgar menit 5 buruk sebesar 9,5%. Analisis uji Chi-Squre menunjukkan adanya perbedaan proporsi skor Apgar buruk antara usia kehamilan preterm dan aterm secara bermakna (p<0.01). Rasio prevalensi usia kehamilan preterm terhadap aterm pada menit pertama dan kelima adalah 4.2 dan 9.6. Disimpulkan bahwa skor Apgar berhubungan dengan usia kehamilan. Usia kehamilan preterm berisiko lebih tinggi terhadap skor Apgar buruk bayi baru lahir dibandingkan usia kehamilan aterm. ...... Apgar score is used as a quick tool to assess newborn condition. Low Apgar score has relation with poor prognosis in newborn. Gestational age is considered as one of the risk factor for poor prognosis in newborn. This study aimed to determine the relation between gestational age and low Apgar score. The study design was cross-sectional using secondary data taken from medical records of all labor patients at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in 2011. This study found that 25% of preterm newborn (<37 weeks gestational age) had low 1-minute Apgar score and 9,5% had low 5-minute Apgar score. Based on Chi-Square test, there was a significant difference in proportion of low Apgar score between preterm and aterm gestational age. The prevalence ratio for 1-minute and 5-minute Apgar score consecutively are 4,2 and 9,6. In summary, there was relation between gestational age and Apgar score at RSCM in 2011. Preterm newborn had higher risk of having low Apgar score compare to the aterm newborn.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Ahmad Khalid
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Preeklampsia adalah kelainan kehamilan yang ditandai dengan hipertensi yang diikuti oleh proteinuria, disfungsi organ, atau hambatan pertumbuhan janin pada wanita yang sebelumnya normotensif. Berdasarkan timbulnya gejala, preeklamsia dapat diklasifikasikan menjadi awal (<32 minggu), menengah (32-36 minggu), dan terlambat (> 36 minggu). Kekurangan vitamin D ibu dan kondisi resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan risiko preeklampsia. Vitamin D memiliki kemampuan untuk meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin, sehingga kondisi resistensi insulin dapat diperbaiki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara vitamin D dan kadar glukosa pada jaringan preeklampsia selama kehamilan 36 minggu. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaringan plasenta preeklampsia selama kehamilan 36 minggu. Sebanyak 7 sampel diperoleh dari RSUPN Cipto Mangunkusumo pada 2016-2017. Data kadar vitamin D dan glukosa pertama kali diuji normalitas dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson. Hasil: Berdasarkan uji normalitas, data kadar vitamin D dan glukosa normal (p> 0,05). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang kuat antara vitamin D dan glukosa meskipun data tidak signifikan secara statistik (r = 0,688, p = 0,087). Diskusi: Ada korelasi positif yang kuat antara vitamin D dan kadar glukosa pada jaringan plas preeklampsia selama kehamilan 36 minggu. Namun, studi lebih lanjut perlu dilakukan dengan 17 sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.
ABSTRACT
Introduction: Preeclampsia is a pregnancy disorder characterized by hypertension followed by proteinuria, organ dysfunction, or fetal growth restriction in previously normotensive women. Based on the onset of symptoms, preeclampsia can be classified into early (<32 weeks), intermediate (32-36 weeks), and late (> 36 weeks). Maternal vitamin D deficiency and insulin resistance conditions are associated with an increased risk of preeclampsia. Vitamin D has the ability to increase tissue sensitivity to insulin, so that the condition of insulin resistance can be improved. This study was conducted to determine the relationship between vitamin D and glucose levels in preeclampsia tissue during 36 weeks of pregnancy. Method: This study was a preliminary study with a cross-sectional design. The sample used in this study was placental tissue preeclampsia during 36 weeks gestation. A total of 7 samples were obtained from Cipto Mangunkusumo Hospital in 2016-2017. Data on vitamin D and glucose levels were first tested for normality using the Shapiro-Wilk normality test and continued with the Pearson correlation test. Results: Based on normality tests, data on vitamin D and glucose levels were normal (p> 0.05). The Pearson correlation test results show that there is a strong positive correlation between vitamin D and glucose even though the data are not statistically significant (r = 0.688, p = 0.087). Discussion: There is a strong positive correlation between vitamin D and glucose levels in preeclampsia plas tissue during 36 weeks' gestation. However, further studies need to be done with 17 samples to get more representative results.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Selvianita
Abstrak :
BBLR terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global. Laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi BBLR yaitu sebesar 35,3%. BBLR tidak hanya menjadi prediktor utama mortalitas dan morbiditas prenatal, tetapi BBLR juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayi yang dilahirkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kejadian BBLR di Indonesia. Desain penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 Tahun 2014. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menentukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BBLR. Responden penelitian sebanyak 5064 WUS yang mempunyai anak terakhir lahir hidup. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden (OR= 1,56; 95% CI= 1,25-1,74); status ekonomi keluarga (OR= 1,43; 95% CI= 1,21-1,69); usia saat hamil (OR= 1,28; 95% CI= 1,08-1,51), paritas (OR= 1,41; 95% CI= 1,15-1,73), usia kehamilan (OR= 4,59; 95% CI= 3,72-5,65), antenatal care (OR= 1,28; 95% CI= 1,03-1,59), dan konsumsi TTD (OR= 1,23; 95% CI= 1,06-1,45) dengan kejadian BBLR. Faktor yang paling dominan terhadap kejadian BBLR adalah usia kehamilan (p-value= < 0,001; OR= 4,61), usia kehamilan preterm memiliki peluang 4,61 kali terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, status ekonomi keluarga, dan paritas. Kolaborasi multisektoral sangat diperlukan dalam meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan meningkatkan status gizi ibu selama kehamilan. ......Low Birth Weight (LBW) continues to be a significant public health problem globally. Indonesia Health Profile Report in 2019, the most common cause of neonatal death is LBW conditions, as much as 35.3%. LBW is not only a major predictor of prenatal mortality and morbidity, but LBW also increases the risk of non-communicable diseases such as diabetes and cardiovascular disease in later life. The condition of the mother before and during pregnancy greatly determines the condition of the baby is born. This study aims to determine the determinants of the incidence of LBW in Indonesia. The design of this study is cross sectional. This research is a quantitative study using secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 in 2014. Bivariate analysis using chi-square test. Multivariate analysis using multiple logistic regression to determine the factors that contribute to the incidence of LBW. Research subjects are 5064 eligible women who have the last child born alive. The results showed that there was a significant relationship between the respondent's education (OR= 1,56; 95% CI= 1,32-1,85); family economic status (OR= 1,43; 95% CI= 1,21-1,69); maternal age (OR= 1,28; 95% CI= 1,08-1,51), parity (OR= 1,41; 95% CI= 1,15-1,73), gestational age (OR= 4,59; 95% CI= 3,72-5,65), antenatal care (OR= 1,28; 95% CI= 1,03-1,59), iron during pregnancy (OR= 1,23; 95% CI= 1,06-1,45) with the incidence of LBW. The most dominant factor for the incidence of LBW is gestational age (p-value < 0,001; OR= 4,61), preterm gestational age has a 4.61 times chance of the incidence of LBW after being controlled by the variables of education, family economic status, and parity. Multisectoral collaboration is needed in increasing access to the use of antenatal care and improving the nutritional status of mothers during pregnancy.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Briliani
Abstrak :
Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) dan panjang lahir pendek di Indonesia masih cukup tinggi. BBLR dan panjang lahir pendek dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi serta dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif saat dewasa, oleh sebab itu pemahaman hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi menjadi sangat penting. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta, sehingga dapat diperkirakan tindakan preventif dalam rangka menurunkan angka morbiditas penyakit degeneratif dan angka mortalitas pada neonatus dan bayi di masa yang akan datang. Metode potong lintang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengukuran antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu saat melahirkan, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta berdasarkan data sekunder dari penelitian berjudul Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Haemoglobin Level of 8 to 22 Month-old Indonesian Children. Populasi terjangkau ibu dan bayi baru lahir dengan jumlah sampel sebesar 179. Pengolahan data meliputi analisis univariat Kolmogorov Smirnov dan bivariat dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson dengan menggunakan perangkat lunak Stastistical Program for Social Science (SPSS) 20. Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi sangat rendah antara berat lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,199; p=0,008), berat badan ibu sebelum hamil (r=0,165; p=0,028), dan indeks massa tubuh (IMT) ibu sebelum hamil (r=0,172; p=0,022). Selain itu, terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi rendah antara panjang lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,257; p=0,001). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia kehamilan, berat badan dan IMT ibu sebelum hamil dengan berat dan panjang lahir bayi. Sedangkan, tinggi badan dan usia ibu tidak memiliki hubungan bermakna dengan berat dan panjang lahir bayi. ......The prevalences of low birth weight (LBW) and short birth length in Indonesia are still quite high. LBW and short birth length can affect the growth and development of infants and increase the risks of degenerative diseases as adult, therefore an understanding of the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age with birth weight and length is very important. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age at delivery, and gestational age with birth weight and length in Jakarta, so that preventive measures can be estimated in order to reduce the morbidity of degenerative diseases and mortality rates in neonates and infants in the future. The cross-sectional method was used to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age and length of birth in Jakarta based on secondary data from a study entitled Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Hemoglobin Level of 8 to 22-Month-old Indonesian Children. Covered population of mothers and newborns with samples of 179. Data processing included univariate analysis of Kolmogorov Smirnov and bivariate with Chi Square test and Pearson correlation test using the Statistical Program for Social Science (SPSS) 20 software. The main results of this study show that there are significant relationships with very low correlation between birth weight and gestational age (r=0,199; p=0,008), maternal body weight before pregnancy (r=0,165; p=0,028), and maternal body mass index (BMI) before pregnancy (r=0,172; p=0,022). In addition, there is also a significant relationship with a low correlation between birth length and gestational age (r=0,257; p=0,001). Based on the results of this study, it can be concluded that there are significant relationships between gestational age, maternal body weight and BMI before pregnancy with birth weight and length. Meanwhile, maternal height and age do not have a significant relationship with birth weight and length.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Utari
Abstrak :
ABSTRAK
Berat lahir dan panjang lahir bayi merupakan ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator status kesehatan bayi. Ketidaksesuaian berat lahir dan panjang lahir dengan standar yang telah ditetapkan menunjukkan rendahnya status kesehatan bayi. Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasi dengan menggunakan grafik persentil. Namun Indonesia belum memiliki grafik persentil berat lahir dan panjang lahir bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi hidup tunggal intrauterine sesuai usia kehamilan di Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang, tahun 2011-2015 dan membandingkan grafik persentil berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data sekunder sebanyak 1.021 data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni tahun 2015 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami kecacatan, serta melakukan pemeriksaan kandungan dan persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional (bidan) di Puskesmas Kramatwatu. Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Pada rentang persentil 5th hingga 95th, ibu dengan usia kehamilan 30 minggu memiliki berat lahir 900 hingga 2030 gram, dan panjang lahir 34 hingga 47 cm; ibu dengan usia kehamilan 37 minggu memiliki berat lahir 2085 hingga 3475 gram, dan panjang lahir 39 sampai 50 cm; ibu dengan usia kehamilan 42 minggu melahirkan bayi dengan berat 2535 hingga 4000 gram dan panjang lahir 44,6 hingga 53 cm. Persentil berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Malaysia bila dibandingkan hampir sama dengan di Kramatwatu, Indonesia pada persentil 50th dan 90th. Namun pada persentil 10th Indonesia berada dibawah Malaysia dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 30 hingga 43 minggu sebesar 1100 hingga 2700 gram.
ABSTRACT
Birth weight and birth length is a measure that can be used as an indicator of the health status of the baby. Incompatibility birth weight and birth length with a predetermined standard show low health status of the baby. Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile chart of birth and length for gestational age. However, Indonesia does not have a birth weight and birth length by gestational age percentile chart. The purpose of this study to determine the distribution of single birth weight and length infants by gestational age in Kramatwatu Public Health Center, Serang District in 2011-2015 and compared the birth weight and length percentile chart of single infants by gestational age with the population in another countries. This study used cross sectional design. As many as 1.021 secondary data collected in May until June 2015 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infant, single baby, and babies who do not have disabilities, as well as prenatal and delivery assisted by health professionals (midwives) in PHC Kramatwatu. This study found that the distribution of birth weight and birth length for gestational age in general have increased in each percentile. On the 5th to 95th percentile range, mothers with gestational age 30 weeks had birth weights 900 to 2030 grams, and birth length 34 to 47 cm; mothers with gestational age 37 weeks had birth weight 2085 to 3475 grams, and birth length 39 to 50 cm; mothers with gestational age 42 weeks had birth weight 2535 to 4000 grams and birth length 44.6 to 53 cm. Birth weight percentile by gestational age in Malaysia when compared to almost the same as in Kramatwatu, Indonesia on the 50th and 90th percentiles. But at the 10th percentile Indonesia slightly below Malaysia with birth weight by gestational age of 30 to 43 weeks of 1100 to 2700 grams.
2015
S60227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Hardjo
Abstrak :
Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal. ......Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library