Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rozalina
Abstrak :
Penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang membahayakan dan menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia. Salah satu cara untuk pemberantasan penyakit hepatits B adalah pencegahan dengan imunisasi. Cakupan imunisasi hepatitis B di Puskesmas Sukamara tahun 2011 adalah 59%, dibawah target yang ditetapkan (80%). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di wilayah kerja Puskesmas Sukamara. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukamara tahun 2012 terhadap 120 ibu rumah tangga yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan. Desain penelitian menggunakan studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebaran pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi (0-7 hari) adalah sebesar 31,7%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi (0-7 hari) dengan pendidikan ibu, pekerjaan, kepercayaan, tempat persalinan, dukungan suami dan kunjungan neonatal. ......Hepatitis B is an one way that infection diseas dangerious and to become health problem entire word excellend. One way to fight against hepatitis B diseas is prevention using immunization. Immunization coverage of hepatitis B Puskesmas Sukamara in 2011 is 59%, below the target set (80%). The purpose of this study determine factors related to hepatitis B immunization in infants 0-7 days at Puskesmas Sukamara in 2012. This research was conducted in Puskesmas Sukamara in 2012 against 120 housewife of babies aged 0-11 months. The study desaign was cross sectional. The research result obtained that immunization for hepatitis B of 31,7%. The result of bivariate analysis showed a significant relationship between hepatitis B immunization in infant 0-7 days with the mother education, profession, belief, birth place, husband support, and the neonatal visits.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Laelatul Chasanah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan model matematika penyebaran Tuberculosis TB dengan mempertimbangkan vaksinasi untuk mensimulasikan dinamika TB dan mengevaluasi dampak pada TB aktif dari beberapa strategi vaksinasi. Populasi dibedakan menjadi tujuh yaitu populasi individu susceptible yang dapat divaksin , tidak dapat diberikan vaksin , tervaksin V , exposed lambat L , exposed cepat E , infectious I dan recovery R . Analisis model matematika dilakukan dengan menentukan titik keseimbangan dari model yang dibentuk, menentukan Basic Reproduction Number R0 dan menganalisa kestabilan dari titik keseimbangannya. Selanjutnya, interpretasi numerik diperoleh dari analisis sensitivitas parameter u1, u2 dan ? terhadap R0 dan simulasi model autonomous. Simulasi numerik dari model yang dibentuk menunjukkan bahwa untuk mencapai keadaan bebas penyakit tidak cukup hanya dengan memaksimalkan salah satu dari parameter u1, u2 atau ? . Selain itu, vaksin lebih efektif diberikan kepada individu yang berumur di bawah 30 tahun dibandingkan dengan individu yang baru lahir.
ABSTRACT
This study presents a mathematical model of Tuberculosis TB transmission considering vaccination to simulate the TB dynamic and evaluate the impact on active TB of several vaccination strategies. The population was divided into seven populations, i.e., susceptible individuals population that can be vaccinated , can 39 t be vaccinated , vaccinated V , slow L and fast E exposed, infectious I and recovery R . The mathematical model analysis was done by determining the equilibrium point of the model, determining the Basic Reproduction Number Basic Reproduction Number R0 , and analyzing the stability of the equilibrium point. Then, some numeric interpretations were given by sensitivity analysis of parameters u1, u2 and to R0 and autonomous model simulations. Numerical simulations of the model show that to reach a disease free equilibrium point is not enough by maximizing one of the parameters u1, u2 or Moreover, the vaccine is also more effective given to individuals under 30 years than the newborn.
2018
T50963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiraga Dimas Tama
Abstrak :
Dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di wilayah hukum Polres Blora, secara faktual telah tercapai sesuai target dan timeline yang telah dirumuskan oleh satgas vaksinasi Kabupaten Blora. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan dan menganalisis secara objektif kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di wilayah hukum Polres Blora; 2) Mendeskripsikan dan menganalisis hambatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Wilayah Hukum Polres Blora; 3) Mendeskripsikan dan menganalisis peran Polri untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di wilayah hukum Polres Blora. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena pendekatan ini dapat menggambarkan secara komprehensif peran polri dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peran Polri untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan vaksinasi Covid- 19 di wilayah hukum Polres Blora diantaranya; Pertama, memfasilitasi masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses perencanaan pelaksanaan vaksinasi di berbagai level, dengan memberikan ruang sebesar-besarnya bagi masyarakat dalam memberikan masukan dan gagasan terkait pelaksanaan vaksinasi. Kedua, pada tahap pelaksanaan vaksinasi perwakilan masyarakat dilibatkan ikut serta menjadi panitia vaksinasi di lokasi yang telah disepakati berdasarkan hasil musyawarah. Masyarakat juga secara sukarela ikut membantu mensosialisasikan informasi pelaksanaan vaksinasi bahkan hingga memberikan bantuan konsumsi secara sukarela saat pelaksanaan vaksinasi yang diinisiasi oleh Polri. Ketiga, Polri melakukan terobosan program inovatif dengan “menyambangi” door to door masyarakat dan mengupayakan kemudahan akses vaksin melalui mobil gerai vaksin. ......The research discusses about the roles of Blora Police Resort in handling the pandemic of Covid-19 in Blora Regency. More specifically, the research aims to (1) describe and analyse objectively the condition of Covid-19 pandemic that occurs in the jurisdiction of Blora Police Resort; (2) describe the role of Indonesian National Police in increasing the public participation to make the Covid-19 vaccination successful in the jurisdiction of Blora Police Resort; and (3) describe and analyse the obstacles in the implementation of Covid-19 vaccination in the jurisdiction of Blora Police Resort. The research employs the qualitative approach. The researcher chooses the qualitative approach because it can comprehensively describe the police strategy in increasing the community participation in Covid-19 vaccination programs. The results of the research reveal that the roles of the National Police to encourage the community participation in the implementation of the Covid-19 vaccination programs in the jurisdiction of Blora Police Resort are: first, facilitating the community to be directly involved in the planning process for the implementation of vaccination at various levels by providing as much space as possible for the community to provide inputs and ideas regarding the implementation of vaccination; second, involving community representatives as part of the vaccination succession committees at certain locations, especially in voluntarily helping disseminate information on the implementation of vaccinations as well as providing consumption assistance during the implementation of vaccinations initiated by the police; and third, creating innovative programs by visiting the communities door to door and seeking easy access to vaccines through vaccine booth cars.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: USAID, 2003
614.4 UNI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anshari Saifuddin
Abstrak :
Latar Belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi khususnya pada tenaga kesehatan di Indonesia, Studi mengenai manfaat dari vaksin booster mRNA-1273 yang diawali vaksinasi primer Coronavac masih minim sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan insiden COVID-19 pasca vaksinasi booster mRNA-1273 yang diberikan vaksinasi primer Coronavac sebelumnya serta profil antibodi pada tenaga kesehatan di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan gabungan desain kohort retrospektif dan potong lintang pada 300 tenaga kesehatan yang dipilih secara acak dari data penerima vaksin booster mRNA-1273 di salah satu RS tersier (RSCM). Subjek yang terpilih kemudian dilakukan wawancara mendalam mengenai riwayat vaksinasi COVID-19, riwayat terinfeksi COVID-19, komorbiditas dan dilakukan pengambilan sampel darah untuk menilai kadar antibodi IgG sRBD. Dari hasil wawancara kemudian dinilai faktor-faktor yang berhubungan terhadap kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster mRNA-1273 serta profil antibodi subjek. Hasil: 56 orang (18,6%) mengalami COVID-19 setelah divaksinasi booster dalam 5 bulan. Incidence rate per person per month sebesar 3,2%. Median antibodi IgG sRBD dalam 8 bulan 6627 AU/ml (min-max, 729-20374 AU/ml) dan tidak berhubungan dengan variabel usia, jenis kelamin, komorbiditas, KIPI pasca booster ataupun riwayat infeksi pasca booster. Usia, jenis kelamin, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, obesitas dan KIPI pasca booster tidak berhubungan terhadap insiden COVID-19 pasca booster. Riwayat COVID-19 sebelum vaksinasi booster berhubungan signifikan terhadap penurunan kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster dengan RR 0,20 (95 % CI: 0,09-0,45). Simpulan: Insiden COVID-19 mencapai 18,6% dalam 5 bulan pasca vaksinasi booster dengan riwayat COVID-19 sebelum vaksinasi booster berperan dalam menurunkan risiko kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster. ......Background: COVID-19 pandemic has caused high mortality and morbidity especially among healthcare workers in Indonesia. Studies on the benefits of the mRNA-1273 booster vaccine preceded with Coronavac primary vaccine are still minimal so further studies are needed. Purpose: Knowing the factors associated with the incidence rate of SARS-CoV-2 infection after mRNA-1273 booster vaccination starting with the Coronavac primary vaccination and the antibody profile of healthcare workers in Indonesia. Method: This study used combined design of retrospective cohort and cross sectional study. Three hundreds healthcare workers at one of tertiary hospital in Indonesia that obtain mRNA-1273 booster vaccine minimal after 5 months were randomly selected. Subjects were then interviewed regarding their history of COVID-19 vaccination, history of SARS-CoV-2 infection, comorbidities and blood samples were taken to assess IgG sRBD antibody levels. Factors related to antibody profile and incidence of SARS-CoV-2 infection after the mRNA-1273 booster vaccination were then analyzed. Results: 56 subjects (18.6%) experienced SARS-CoV-2 infection after mRNA-1273 booster vaccination. Median antibody IgG sRBD in 8 months was 6627 AU/ml (min-max, 729-20374 AU/ml) and not related to age, gender, comorbidities, AEFI after booster and infection after booster. Age, gender, diabetes type 2, hypertension, obesity, AEFI after booster were not related to COVID-19 incidence after booster. History of SARS-CoV-2 infection before booster vaccination was significantly associated with reduced risk of SARS-CoV-2 infection after booster vaccination with RR 0,20 (95 % CI: 0,09-0,45). Conclusion: Cumulative incidence of SARS-CoV-2 infection in 5 months was 18,6% with history of COVID-19 before booster correlated with reduced risk of COVID-19 after booster.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
Abstrak :
ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.

Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular

rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.

Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.

Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Fikri
Abstrak :
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilandasi oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 yang bertujuan untuk mencapai kekebalan kelompok di masyarakat sehingga mampu tetap produktif secara sosial maupun ekonomi. Sehingga diperlukan minimal 70% penduduk tervaksinasi lengkap, yang mana ditargetkan oleh pemerintah sudah tercapai di akhir tahun 2021. Hingga Februari 2022, kota Jakarta Timur baru berhasil memvaksinasi dosis lengkap pada 59.93% penduduk. Penelitian berjenis kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kota Administrasi Jakarta Timur dengan menggunakan teori Edward III dan Van Meter dan Van Horn. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi kepada pelaksana kebijakan dan masyarakat telah dilakukan dengan baik, SDM mulai terbatas, fasilitas memadai namun belakangan ini vaksin mendekati expired date, koordinasi antarbagian dan antarinstansi terjalin baik, SOP masih menggunakan juknis lama, disposisi pelaksana kebijakan baik serta lingkungan sosial dan politik berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Faktor yang menjadi hambatan ialah minat masyarakat mulai menurun, khususnya dosis lanjutan karena tidak adanya regulasi ketat terkait hal tersebut, selain itu terdapat ketidaksinkronan antara Pcare dengan Pedulilindungi dan/atau dukcapil. Sehingga dapat disimpulkan implementasi kebijakan ini masih perlu ditingkatkan melalui kerja sama dengan lintas sektor untuk percepatan pelaksanaan vaksinasi, membentuk regulasi terkait pelaksanaan vaksinasi lanjutan dan edukasi kepada masyarakat. ......COVID-19 vaccination based on the regulation of the minister of health number 10 of 2021 concerning the covid-19 vaccination to achieve group immunity in the community so they can remain socially and economically productive. The government targeted that a minimum of 70% of the population must be complete vaccinated by the end of 2021. Until February 2022, the city of East Jakarta has only managed to vaccinate 59.93% of the citizens with a completed dose. This research aims to analyze the implementation of the COVID-19 vaccination policy in the East Jakarta Administrative City using the theory of Edward III, Van Meter, and Van Horn. The results show that communication with policy implementers and the community has been carried out well, human resources are starting to be limited, the facilities are adequate even though the vaccines are approaching the expiration date, and the coordination between departments and agencies is well-established, and SOPs are still using the old technical guidelines, the disposition of policy implementers is good and the social and political environment influence on policy implementation. The inhibiting factor is that public interest has begun to decline, especially follow-up vaccination because the absence of strict regulations regarding this matter, besides there is a dissonance between Pcare with Pedulilindungi and Dukcapil. So the conclusion is implementation of this policy still needs to be improved through collaboration with cross-sectors to accelerate COVID-19 vaccinations, form regulations related to the implementation of advanced vaccinations, and educate the public.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najma Fakhira Nuril Haq
Abstrak :
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dan ditetapkan sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 oleh WHO. Pemerintah Republik Indonesia mulai melaksanakan program vaksinasi booster untuk meningkatkan durabilitas sistem imun, khususnya pada tenaga kesehatan untuk memicu reaksi imunogenitas pada tubuh melalui produksi antibodi netralisasi (NAb). Namun, NAb memiliki durabilitas tertentu dan mungkin akan mengalami penurunan yang turut dipengaruhi oleh adanya SARS-CoV-2 varian baru yang muncul seperti varian Delta dan Omicron. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi antibodi netralisasi yang dihasilkan oleh tenaga kesehatan di Jakarta sebelum dan setelah 12 bulan vaksinasi booster COVID-19, mengevaluasi antibodi netralisasi setelah 12 bulan vaksinasi booster COVID-19 terhadap 4 varian SARS-CoV-2 berupa varian wild type, Delta, Omicron (B.1.1.529), dan Omicron (BA.2), dan mengevaluasi antibodi netralisasi pada partisipan yang mengalami breakthrough infection dengan partisipan yang tidak mengalami breakthrough setelah 12 bulan vaksinasi booster COVID-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Surrogate Virus Neutralization Test (sVNT) yang sesuai untuk digunakan dalam mendeteksi antibodi netralisasi karena memiliki hasil yang baik dengan waktu deteksi singkat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat kenaikan antibodi netralisasi yang signifikan pada saat 12 bulan pascavaksinasi booster dibandingkan dengan saat pravaksinasi booster. Selain itu, terdapat perbedaan kadar antibodi netralisasi antara keempat varian dengan penurunan antibodi netralisasi yang cukup signifikan sekitar 10—20% pada varian Omicron (B.1.1.529 dan BA.2). Tidak terdapat perbedaan antibodi netralisasi yang signifikan pada partisipan yang mengalami breakthrough infection dengan partisipan yang tidak mengalami breakthrough infection, namun, seluruh partisipan breakthrough infection memiliki tingkat keparahan COVID-19 kategori ringan. Kesimpulan penelitian ini adalah vaksinasi booster pertama pada partisipan menunjukkan durabilitas imun pada bulan ke-12 pascavaksinasi booster pertama yang masih tergolong baik dan kemungkinan berpengaruh terhadap rendahnya tingkat keparahan gejala COVID-19 pada partisipan yang mengalami breakthrough infection. Varian baru SARS-CoV-2 seperti Omicron (B.1.1.529 dan BA.2) menyebabkan penurunan respons kekebalan tubuh sehingga perlu dilaksanakan vaksinasi booster lanjutan. ......COVID-19 is an infectious disease caused by SARS-CoV-2 and was declared as global pandemic on 11 March 2020 by WHO. The Government of the Republic of Indonesia has started implementing a booster vaccination program to increase the durability of the immune system, especially for healthcare workers to trigger an immunogenic reaction in the body through the production of neutralizing antibodies (NAb). However, NAb has a certain durability and may experience a decrease which is also influenced by the emergence of new SARS-CoV-2 variants such as the Delta and Omicron variants. The purpose of this study was to evaluate the neutralization antibodies produced by healthcare workers in Jakarta before and after 12 months of the COVID-19 booster vaccination, to evaluate the neutralization antibodies after 12 months of the COVID-19 booster vaccination against 4 variants of SARS-CoV-2 in the form of wild type variants, Delta, Omicron (B.1.1.529), and Omicron (BA.2), and evaluated neutralizing antibodies in participants who experienced a breakthrough infection with participants who did not experience a breakthrough after 12 months of the COVID-19 booster vaccination. The method used in this study is the Surrogate Virus Neutralization Test (sVNT) which is suitable for detecting neutralizing antibodies because it has good results with a short detection time. The results of the study were that there was a significant increase in neutralizing antibodies 12 months after the booster vaccination compared to the prevaccination booster. In addition, there were differences in neutralizing antibody levels between the four variants with a significant decrease in neutralizing antibodies of around 10—20% in the Omicron variants (B.1.1.529 and BA.2). There was no significant difference in neutralizing antibodies in participants who experienced a breakthrough infection and participants who did not experience a breakthrough infection. However, all breakthrough infection participants had a mild level of COVID-19 severity. The conclusion of this study is that the first booster vaccination in participants shows immune durability at the 12th month after the first booster vaccination which is still relatively good and may have an effect on the lower severity of COVID-19 symptoms in participants who experience a breakthrough infection. New variants of SARS-CoV-2 such as Omicron (B.1.1.529 and BA.2) cause a decrease in the body's immune response so that further booster vaccinations are necessary.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcel B. M. Teunissen
Abstrak :
This volume of current topics in microbiology and immunology covers diverse topics related to intradermal immunization. The chapters highlight the effectiveness of intradermal immunization in experimental animal models or in clinical practice, all supporting the view that intradermal immunization is at least as good as other immunization routes. Keeping in mind that current vaccines are not specially designed for intradermal immunization, but show comparable efficiency even at reduced dosages, this underlines the great potential for the skin as a vaccination site.
Berlin: [;Springer-Verlag, Springer-Verlag], 2012
e20417814
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>