Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun
Elephantopus scaber L. (tapak liman) dosis 350 mg/kg b.b., 700 mg/kg b.b.,
1400 mg/kg b.b. dan 2800 mg/kg b.b., terhadap ketebalan epitel vagina
Mus musculus L. (mencit) galur DDY yang diovariektomi. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan
Departemen Biologi FMIPA-UI. Tiga puluh ekor mencit betina galur DDY
yang telah diovariektomi dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol
negatif (KK-) (akuades), kelompok kontrol positif (KK+) (estradiol benzoat)
dan 4 kelompok perlakuan (KP) (ekstrak daun tapak liman) yaitu KP1, KP2,
KP3 dan KP4 dengan dosis masing-masing 350 ; 700; 1400 dan 2800 mg/kg
b.b. per hari. Perlakuan diberikan secara oral selama 8 hari berturut-turut.
Rerata ketebalan epitel vagina pada hari ke-9 untuk KK-, KK+, KP1, KP2,
KP3 dan KP4 masing-masing sebesar 5,82 ± 1,28; 8,89 ± 2,9; 8,24 ± 1,91;
8,23 ± 1,91; 9,34 ± 2,23 dan 13,04 ± 2,77 μm. Uji ANAVA menunjukkan
bahwa ekstrak daun tapak liman berpengaruh nyata terhadap ketebalan
epitel vagina mencit yang diovariektomi (α = 0,05). Uji LSD menunjukkan
bahwa ekstrak daun tapak liman dosis 2800 mg/kg b.b. (KP4) dapat
meningkatkan ketebalan epitel vagina mencit yang diovariektomi (α = 0,05)."
Universitas Indonesia, 2007
S31382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2007
618.15 ADV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Rahmatul F.
"Kandidosis vagina merupakan suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. Hingga saat ini data yang membahas pemeriksaan langsung dan pemeriksaan kultur pada kandidosis vagina masih sangat terbatas. Terdapat perbedaan prevalensi kandidosis vagina dengan pemeriksaan langsung sekret vagina dan pemeriksaan kultur sekret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan antara pemeriksaan langsung dengan pemeriksaan kultur kandidosis vagina berdasarkan data di Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI sehingga dapat dilakukan pemeriksaan yang efektif dan efisien bagi pasien.
Penelitian ini merupakan studi cross sectional menggunakan 140 data sekunder hasil pemeriksaan langsung dan kultur sebagai baku emas pada pemeriksaan Candida sp serta rekam medik pasien Departemen Parasitologi tahun 2010 - 2011. Pada pemeriksaan langsung menjukkan 52 (37,1 %) dari 140 sampel positif Candida, sedang pada pemeriksaan kultur 57 (40,7 %) dari 140 sampel positif Candida. Data dianalisis dengan uji chi square, p = 0,000 < 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pemeriksaan langsung dan kultur kandidosis vagina pada Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI pada tahun 2010 ? 2011. Uji diagnostik pemeriksaan langsung menunjukkan sensitivitas 75,44 % dan spesifitas 81,96 %.

Vaginal candidiasis is an infection of vagina which caused by Candida sp. Until today, the data of direct and culture examination in vaginal candidiasis are still very limited. There are differences among the prevalence of vaginal candidiasis with direct and culture examination. The aim of this study is to determine the differences between direct and culture examination of vaginal candidiasis based on Laboratorium of Mycology, Department of Parasitology FKUI data so that the effective and efficient examination can be chosen for the patient.
This study was a cross sectional study, involving 140 secondary data derived from culture test as gold standard for Candida sp. examination and patients? medical records in Department of Parasitology in 2010-2011. Direct examination results showed that 52 (37,1 %) from 140 samples are positive of vaginal candidiasis and 57 (40,7 %) from 140 samples are positive of vaginal candidiasis based on culture examination. Data were analyzed using chi-square test, p = 0,000 < 0,05.
It is concluded that there is an association between direct and culture examination of vaginal candidiasis in Laboratorium of Mycology, Department of Parasitology FKUI in 2010-2011. Diagnostic test of direct examination showed that its sensitivity is 75,44% and its specificity is 81,96%."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilkinson, Edward J.
"Designed for quick, easy reference in the office or clinic, Atlas of Vulvar Disease is a robust pictorial and textual guide to the diagnosis, treatment, and management of vulvar diseases. Written by Edward J. Wilkinson, MD, a professor of pathology and expert in gynecologic pathology, and I. Keith Stone, MD, a professor of obstetrics and gynecology, this atlas is a must-have resource for both clinicians and pathologists focused on women{u2019}s health. Organized by dermatologic findings, Atlas of Vulvar Disease presents a complete overview of diseases within each broader topic area. Each disorder includes a definition, general features, clinical presentation, microscopic features, differential diagnosis, clinical behavior and treatment, and progressive therapeutic options, to guide the diagnosis and treatment of various vulvar diseases."
Philadelphia: Wolters Kluwer Health, 2012
618.16 WIL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Redita Noviana Putri
"Latar belakang: Kandidiasis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang sebagian besar disebabkan oleh Candida albicans. Pengobatan antifungal yang ada meningkatkan kemungkinan relaps sehingga dibutuhkan terapi alternatif yang bekerja lebih efektif dan ekonomis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pertumbuhan Candida albicans dapat dihambat oleh propolis jenis reguler.
Metode: Terdapat 3 konsentrasi emulsi propolis jenis reguler yang dibuat triplo, yaitu konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Sampel propolis diambil dari Sulawesi. Jamur yang diteliti adalah Candida albicans ATCC. Aktivitas propolis terhadap jamur diamati secara in vitro dengan difusi cakram.
Hasil: Rata-rata diameter zona hambat propolis jenis reguler terhadap pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 1%, 3%, dan 5% berturut-turut adalah 3,33 mm, 7,33 mm, dan 5 mm. Kontrol positif dengan nistatin menghasilkan zona hambat sebesar 19 mm. Sedangkan kontrol negatif dengan alkohol menghasilkan zona hambat sebesar 8 mm.
Kesimpulan: Propolis jenis reguler konsentrasi 1%, 3%, dan 5% tidak dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro karena besar zona hambat pada ketiga konsentrasi propolis tidak ada yang memberikan hasil lebih besar dari zona hambat pada kontrol negatif.

Background: Vulvovaginal candidiasis is a vaginal infection that is mostly caused by Candida albicans. Antifungal treatments that need to be improved relapse require alternative therapies that work more effectively and economically. Candida albicans can be inhibited by regular types of propolis.
Methods: There were 3 concentrations of ordinary propolis emulsion made by triplo, namely concentrations of 1%, 3% and 5%. Propolis sample was taken from Sulawesi. The fungus that was published was Candida albicans ATCC. Propolis activity against fungi in tubes by disk diffusion.
Results: The average diameter of regular type propolis inhibition zone on the growth of Candida albicans at concentrations of 1%, 3%, and 5% compound contributed was 3.33 mm, 7.33 mm, and 5 mm. Positive control with nystatin produces a inhibition zone of 19 mm. Whereas negative control with alcohol produces an inhibition zone of 8 mm.
Conclusion: Regular type of propolis concentration of 1%, 3%, and 5% cannot inhibit the growth of Candida albicans in vitro because large inhibitory zones based on the concentration of propolis concentration do not produce more than inhibitory zones on negative controls.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Naninda
"Gangguan reseptivitas endometrium berpotensi mengakibatkan infertilitas pada wanita. Oleh karena itu, dibutuhkan hewan model yang dapat menggambarkan patofisiologi untuk meningkatkan pemahaman terkait gangguan ini. Penelitian mengenai pembentukan hewan model infertilitas dengan gangguan reseptivitas endometrium masih sangat terbatas. Konfirmasi dan validasi dibutuhkan untuk mengevaluasi reliabilitas hewan model. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode penentuan konsepsi dan pengaruh pemberian hidroksiurea dan adrenalin serta mengonfirmasi terbentuknya hewan model gangguan reseptivitas endometrium yang mengalami penurunan fertilitas melalui analisis parameter jumlah implantasi. Sebanyak 18 ekor tikus Wistar betina dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (pembawa CMC Na 0,5%), model (hidroksiurea 450mg/kgBB dan adrenalin 0,3mg/kgBB), dan kontrol positif (hidroksiurea 450mg/kgBB, adrenalin 0,3mg/kgBB, dan progesteron 50mg/manusia). Perlakuan dilakukan selama 10 hari, kemudian tikus betina dipasangkan dengan tikus jantan dan dikorbankan pada hari ke-8 kehamilan. Dalam penelitian ini, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya konsepsi cukup lama. Metode pemeriksaan sumbat vagina dan pengamatan sitologi vagina digunakan untuk mendeteksi konsepsi serta dibandingkan ketepatannya. Jumlah implantasi diukur dengan menghitung tonjolan blastosit pada uterus. Jumlah implantasi dievaluasi secara statistik dan tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol normal, model, dan kontrol positif (ANOVA p > 0,05). Sumbat vagina hanya teramati pada 1 ekor tikus, sementara spermatozoa teramati pada seluruh apusan vagina tikus. Berdasarkan hasil penelitian ini, metode sitologi vagina lebih dapat diandalkan daripada sumbat vagina untuk mendeteksi terjadinya konsepsi dan induksi hidroksiurea dan adrenalin mungkin tidak memengaruhi jumlah implantasi.

Impaired endometrial receptivity can cause infertility in women. Therefore, animal models are needed to improve understanding of the pathophysiology of this disorder. Research about animal models of infertility with impaired endometrial receptivity is still minimal. Confirmation and validation are required for the reliability of the animal model findings. This study aims to analyze the method of conception determination and the effect of hydroxyurea and adrenaline and to ensure the formation of an animal model of impaired endometrial receptivity through implantation parameters. Total of 18 female Wistar rats were divided into 3 groups; normal control, model (hydroxyurea 450mg/kgBW and adrenaline 0.3mg/kgBW), and positive control (hydroxyurea 450mg/kgBW, adrenaline 0.3 mg/kgBW, and progesterone 50 mg/human). Treatment was given for ten days, then female rats were paired with male rats and sacrificed on the 8th day of gestation. In this study, the time required for conception to occur is quite long. Vaginal plug and vaginal cytology observations were used to detect conception and compared for accuracy. The number of implantations was measured by counting the blastocyst protrusion in the uterus. The number of implantations was evaluated statistically, and no significant difference was found between the normal control, model, and positive control group ( ANOVA p>0.05). Vaginal plugs were observed only in one rat, while spermatozoa were observed in all vaginal smears. In conclusion, vaginal cytology method is more reliable than vaginal plugs for detecting the occurrence of conception and induction of hydroxyurea-adrenaline may not affect the number of implantations."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70500
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Herni
"[ABSTRAK
Duh tubuh vagina adalah cairan yang keluar dari alat genital perempuan yang tidak berupa darah. World Health Organization (2007) merekomendasikan dalam menegakkan diagnosis duh tubuh vagina dengan menggunakan alur pemeriksaan dengan spekulum. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah merekomendasikan alur tersebut untuk seluruh puskesmas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas alur pemeriksaan duh tubuh vagina dengan spekulum oleh dokter puskesmas di Kota Pontianak yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Uji diagnostik sensitivitas dan spesifisitas dilakukan terhadap 52 subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas diagnosis vaginitis menggunakan spekulum sebesar 57,1% dan 52%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis servisitis sebesar 75% dan 57,7%. Hal tersebut menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah (≤85%), menunjukkan bahwa pemeriksaan menggunakan spekulum tidak cukup baik untuk digunakan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis duh tubuh vagina.

ABSTRACT
Vaginal discharge is the discharge from womens genitals which does not consist of blood. World Health Organization in 2007 provide recommendations for diagnosis vaginal discharge in health care one of them by using a speculum. The Ministry of Health of Indonesia has recommended speculum examination of vaginal discharge to all health centers in Indonesia. This research aim was to study the sensitivity and specificity of vaginal discharge examination using a speculum by doctors in primary health care in Pontianak confirmed by laboratory examination. Sensitivity and specificity of diagnostic testing were conducted on 52 research subjects. The result of the study showed the sensitivity and specificity for the diagnosis of vaginitis using a speculum were 57.1% and 52%, whereas the sensitivity and specificity for the diagnosis of cervicitis were 75% and 57.7%. Low sensitivity and specificity values (≤85%), indicating that the use of a speculum examination is not good enough to be used as a basis in the diagnosis of vaginal discharge., Vaginal discharge is the discharge from womens genitals which does not consist of blood. World Health Organization in 2007 provide recommendations for diagnosis vaginal discharge in health care one of them by using a speculum. The Ministry of Health of Indonesia has recommended speculum examination of vaginal discharge to all health centers in Indonesia. This research aim was to study the sensitivity and specificity of vaginal discharge examination using a speculum by doctors in primary health care in Pontianak confirmed by laboratory examination. Sensitivity and specificity of diagnostic testing were conducted on 52 research subjects. The result of the study showed the sensitivity and specificity for the diagnosis of vaginitis using a speculum were 57.1% and 52%, whereas the sensitivity and specificity for the diagnosis of cervicitis were 75% and 57.7%. Low sensitivity and specificity values (≤85%), indicating that the use of a speculum examination is not good enough to be used as a basis in the diagnosis of vaginal discharge.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Rika Maharani
"ABSTRAK
TUJUAN: Mengetahui perubahan skor kualitas hidup pasien POP pasca tatalaksana pembedahan vagina dengan menggunakan kuesioner PFDI-20 dan PFIQ-7 Di RSCMdan RSFLATAR BELAKANG: Prolaps organ panggul menjadi perhatian utama dalam masalah kesehatan wanita pada semua umur yang sering dihubungkan dengan penurunan kualitas hidup dan menyebabkan gangguan pada kandung kemih, saluran cerna dan disfungsi seksual. Terapinya ialah konservatif dan pembedahan dengan tujuan terapi menghilangkan keluhan untuk mengembalikan kualitas hidup pasiennya sehingga pasien dapat melakukan aktifitas. Tujuan penelitian ini untuk melihat perubahan skor kualitas hidup pasien POP pasca tatalaksana pembedahan vagina dengan menggunakan kuesioner PFDI-20 dan PFIQ-7 Di RSCMdan RSF.DESAIN DAN METODE: Desain studi kohort prospektif, dilakukan di RSCM dan RSF periode Juli 2015 hingga Oktober 2016. Subjek dilakukan follow-up penilaian kualitas hidup sebelum dan sesudah terapi bulan ketiga dengan menggunakan kuesioner PFDI-20 dan PFIQ-7 versi Indonesia. Data disajikan secara analisis deskriptif.HASIL: Pada penelitian ini didapatkan 25 sampel penelitian dan tidak ada yang di drop out. Hasil penelitian menunjukkan pasien yang diterapi dengan pembedahan vagina juga terdapat pengurangan skoring kualitas hidup yang bermakna dengan nilai

ABSTRACT
OBJECTIVE To determine changes in the quality of life in POP patients after underwent vaginal surgery using PFDI 20 and PFIQ 7 questionnaires at RSCM And RSF.BACKGROUND Pelvic organ prolapse is a major concern in women 39 s health issues at all ages and often associated with reduced quality of life and can cause bladder, gastrointestinal and sexual dysfunction. The treatments are conservative and surgical therapy aiming to eliminate complaints to improve the quality of life of the patient. Therefore, the patients can perform their daily activities. The aim of this study is to evaluate changes in the quality of life scores in POP patients after vaginal surgery using PFDI 20 and PFIQ 7 questionnaires at RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo And RSF.DESIGN AND METHODS prospective cohort study, carried out in RSCM and RSF period July 2015 to October 2016. Subject to do follow up assessment of the quality of life before and after the third month of therapy using questionnaires PFDI 20 and PFIQ 7 version of Indonesia. Data presented descriptive analysis.RESULTS In this study, 25 samples were obtained and none dropped out. The results showed significant score reduction in the quality of life in patients treated with vaginal surgery with p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhiza Nurchandra Dewi
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% rimpang Curcuma domestica Val. (kunyit) dosis 230 mg/kg bb, 310 mg/kg bb, dan 390 mg/kg bb, terhadap ketebalan epitel vagina Mus musculus L. (mencit) betina galur DDY yang diovariektomi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi FMIPA-UI. Dua puluh lima ekor M. musculus betina galur DDY yang telah diovariektomi
dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (KK1) (akuades), kelompok kontrol positif (KK2) (etinil estradiol), dan 3 kelompok perlakuan (KP) (ekstrak rimpang C. domestica) yaitu KP1, KP2, dan KP3 dengan dosis masing-masing 230, 310, dan 390 mg/kg bb per hari. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral selama 8 hari berturut-turut. Rerata ketebalan epitel vagina pada hari ke-9 untuk KP1, KP2, KP3, KK1, dan KK2 masing-masing sebesar (5,91 ± 0,65) μm, (11,33 ± 1,42) μm, (19,60 ± 1,50) μm, (5,06 ± 0,72)μm, dan (18,75 ± 1,90) μm. Uji anava menunjukkan bahwa ekstrak rimpang C. domestica dengan dosis tersebut berpengaruh terhadap ketebalan epitel vagina M. musculus yang diovariektomi (α = 0,05). Namun, dosis 230 mg/kg bb belum dapat meningkatkan ketebalan epitel vagina secara nyata."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Suhendar
"Kondom yang telah digunakan dalam suatu tindak kejahatan seksual berupa persetubuhan dapat memberikan barang bukti pada kasus kejahatan seksual. Kondom tersebut dapat mengandung bukti biologis yang berasal dari pelaku dan korban yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelaku dan mengkaitkannya dengan korban yang mengindikasikan kemungkinan telah terjadi persetubuhan. Pada bagian luar kondom dapat menempel epitel vagina, sekret vagina, darah korban atau rambut pubis yang dapat berasal dari pelaku atau korban, sedangkan di bagian dalam kondom dapat ditemukan cairan mani dan epitel penis yang berasal dari pelaku. Sebagai bahan biologis, barang bukti tersebut tidak akan terhindarkan dapat mengalami degradasi seiring dengan perubahan waktu dan kondisi lingkungan dimana kondom itu berada. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh waktu dan lingkungan terhadap bukti biologis berupa epitel vagina dan cairan mani pada kondom pasca senggama. Pemeriksaan terhadap cairan mani menggunakan pemeriksaan fosfatase asam, Florence, Berberio dan dilakukan pemeriksaan terhadap sel sperma yang berada di bagian dalam kondom. Pemeriksaan terhadap barang bukti dari bagian luar kondom untuk pembuktian adanya epitel vagina dilakukan Hasil penelitian pemeriksaan cara lugol dan pemeriksaan Barr body. menunjukkan bahwa sampai hari ke sepuluh pemeriksaan ini, cairan mani dan epitel vagina masih dapat ditemukan serta tidak terdapat perbedaan antara hasil temuan kondom yang dilakukan di tempat terbuka, tempat tertutup dan di dalam air."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>