Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruspenda
Abstrak :
Electrical submersible pump (ESP) yang digunakan mengangkat minyak dari formasi, tidak bisa bekerja dengan baik karena sering mengalami gas lock sebagai akibat banyaknya gas associated yang terproduksi didalam well bore. Untuk mengatasinya, Gas associated ini dialirkan lewat casing dan di-venting ke atmosfir. Venting system ini  berpontesi menimbukan polusi udara. Karean itu, 5 MMSCFD associated  gas yang terproduksi di Anjungan Y ini, perlu dimanfaatan secara close system dengan mengalirkanya ke Anjungan Process melalui scrubber  55” OD x 8’0”S/S, gas pipeline 8” sepanjang 5700 ft serta dikompessi dengan kompesor sampai tekanan discharge 400 psig sehingga dapat dimafaatkan sebagai umpan gas plant atau fuel gas turbine. Nilai keekonomisan  proyek ini sangat layak dengan NPV positip 141,5 Juta US$, nilai IRR positip 408%, Payback time 3 bulan dan  Revenue sebesar 11,1 Juta US$/tahun. ......The electrical submersible pump that used to lift oil from the formation, can not work properly because it often experiences gas lock as a result of the amount of associated gas produced in the well bore. To overcome this, Associated gas has to be flowed through the casing and vented to the atmosphere. This venting system has the potential to cause air pollution. Therefore, 5 MMSCFD of associated gas produced at Platform Y, needs to be utilized in a close system by flowing it to the Process Platform through a scrubber 55 "OD x 8'0" S/S, 8" gas pipeline 5700 ft length and compressed by the compressor until 400 psig discharge pressure, so that it can be used as a feed gas plant or fuel gas turbine. The economic value of this project is very feasible since positive NPV 141.5 Million US $, positive IRR value of 408%, Payback time of 3 months and Revenue of 11.1 Million US $ / year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Ala Almaududi
Abstrak :
Dalam rangka menghasilkan produksi migas di lapangan lepas pantai Perusahaan “PO”, terdapat gas buang (flaring dan venting) yang berpotensi menjadi sumber emisi gas rumah kaca (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020) dan dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Diperlukan usaha perolehan dan penyediaan energi migas yang tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan serta tetap dapat menghasilkan keuntungan, selaras dengan prinsip Sustainability Energy (Russel, 2008; Klarin, 2018). Sebagai upaya penerapan prinsip Sustainability Energy di Perusahaan “PO”, dilakukan kajian terkait dampak gas buang dari kegiatan operasi produksi migas dengan menggunakan pendekatan metode Life Cycle Assesment/ LCA (Elcock, 2007). Mengacu pada metode LCA, dilakukan kajian dengan tahapan; menentukan tujuan (goal) dan ruang lingkup (scope) penelitian; melakukan life cycle inventory terhadap proses dan data yang dikumpulkan; menghitung impact assesment dari emisi Gas rumah kaca yang disebabkan gas venting dengan menggunakan metode IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Inventory Guideline 2006, dan dari gas flare dengan menggunakan metode Compendium API (American Petroleum Institute) 2009; dan tahapan selanjutnya melakukan intrepretasi, menentukan skenario perbaikan lingkungan serta kajian keekonomiannya. Kegiatan operasi produksi migas di perusahaan “PO” menghasilkan total gas buang sebesar 12.73 mmscfd (juta kaki kubik per hari) yang dapat menyebabkan emisi GRK sebesar 756 Gg (Giga gram) CO2 ekuivalen setiap tahun. Dengan skenario upaya perbaikan lingkungan (penerapan gas microturbine, gas lift, merubah gas venting menjadi gas flare), menghasilkan potensi pengurangan emisi GRK antara 240-368 Gg CO2 ekuivalen setiap tahun, namun penerapannya tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan apabila diperlakukan sebagai “business as usual” sehingga prinsip Sustainability Energy tidak dapat dipenuhi. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk mendorong tercapainya prinsip Sustainability Energy dalam usaha penyediaan energi migas, diantaranya melalui penerapan mekanisme pasar karbon atau pemberian insentif dari pemerintah. ......Some excess gas is flared and vented in offshore oil and gas production at PO Company; the gas flare and vent is a source of greenhouse gas (GHG) emissions potential that cause global warming and climate change (Ritchie & Roser, 2020; The World Resources Institutes, 2020). Therefore further efforts need to reduce the causes of environmental damage, including implementing the principle of Sustainable Energy, an attempt to obtain and provide energy that implies environmentally friendly and generates economic profit (Russel, 2008; Klarin, 2018). The Life Cycle Assessment (LCA) approach is feasible to apply the principle of sustainable energy in the oil and gas industry (Elcock, 2007). Refer to the LCA approach, there are steps for determining the impact of excess gases (flaring and venting) in PO company; defining the goals and scope; conducting life cycle inventory; calculating the impact assessment of greenhouse gas emissions (gas venting calculation refer to IPCC Inventory Guideline 2006, and for gas flare refer to API Compendium 2009); next phase is interpretation, define scenarios of environmental improvement and economic analysis. The total excess gas from oil and gas production operations at "PO" company is about 12.73 mmscfd (million cubic feet per day), generating GHG emissions potential of 756 Gg (Giga gram) CO2 equivalent every year. Due to environmental improvement scenarios (i.e., Microturbine, gas lift, or venting to flare), GHG emission reductions are between 240-368 Gg CO2 equivalent annually. Nevertheless, the implementation cannot generate profits for the company if it is treated as "business as usual." Hence further efforts are needed to encourage the fulfillment of Sustainability Energy in PO company, including implementing a carbon market mechanism or encouraging government incentives
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahahera Bastinov Putri Almagistra
Abstrak :
Gas alam adalah salah satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari sumur gas yang kemudian diproses dan ditransportasikan, salah satunya lewat pipa transmisi. Dalam transportasinya, gas alam sering terlepas ke atmosfer, baik disengaja dalam proses penurunan tekanan emisi venting atau tidak disengaja emisi fugitive, yang berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan tingkat emisi yang diharapkan dapat menjadi acuan dan rekomendasi strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca GRK. Dalam perhitungan tingkat emisi, dikenal dengan istilah faktor emisi, yaitu nilai faktor pengali untuk menghitung tingkat emisi. Nilai faktor emisi ini dihasilkan oleh agensi lingkungan, diantaranya INGAA dan IPCC. Untuk mengurangi ketidakpastian nilai faktor emisi, IPCC merekomendasikan untuk melakukan simulasi Monte Carlo, yang dilakukan oleh Lechtenbohmer, et al. 2007 di sistem pipa transmisi milik Rusia. Penelitian ini melakukan perhitungan tingkat emisi menggunakan nilai faktor emisi berdasarkan INGAA, IPCC, dan Lechtenbohmer, et al. 2007 , dengan variasi laju alir. Variasi laju alir berpengaruh pada perhitungan dengan INGAA Tier 2 dan 3 serta IPCC. Perhitungan dengan nilai faktor emisi berdasarkan Lechtenbohmer et al. 2007 memiliki nilai emisi yang paling tinggi. Metode terbaik yang dapat diaplikasikan adalah IPCC karena faktor emisi IPCC merupakan fungsi geografis dan teknologi.
Natural gas is one of the fossil fuel which is used in daily basis and can be extracted from gas wells then being produced and transported, one of which is using transmission pipeline. When being transported, natural gas is often emitted to the atmosphere, either for depressurization venting emission or leak through the pipeline fugitive emission . Therefore, emission level estimation must be performed as reference and strategy recommendation to reduce the greenhouse gas GHG emission that would damage the environment. Emission factor is a well known multiplier factor to calculate GHG emission from every emission source. Emission factor value is assessed by environment agency, such as INGAA and IPCC. To reduce the uncertainty of emission factor, IPCC suggests to conduct Monte Carlo simulation that had already been done by Lechtenbohmer, et al. 2007 in Russia rsquo s gas transmission system. This research estimates emission level using emission factor based on INGAA, IPCC, and Lechtenbohmer, et al. 2007 with flowrate variation. This flowrate variation has influence on Tier 2 and 3 INGAA also on IPCC methodologies. Emission factor based on Lechtenbohmer, et al. 2007 estimates the highest emission level. IPCC is the most suitable basis for emission factor because it has already considered geographic and technology of a country.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library