Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pluymaekers, Mark
Bussum: Coutinho, 2011
BLD 302.224 PLU o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mitt port, Miranda Bruce
Gyongido: Book21, 2010
R KOR 302.295 7 MIT g (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Romulus
Abstrak :
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas tidak dapat dilepaskan dari penerapan komunikasi yang efektif dan efisen. Oleh karena itu guru sebagai manajer pengambil keputusan dikelas harus mampu memilih dan menerapkan bentuk komunikasi yang tepat agar PBM di kelas berjalan baik dan berhasil guna maksimal. Umumnya guru dikelas menggunakan tiga stimulus dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yaitu Stimulus lisan,tertulis dan Campuran Lisan dan Tertulis. Ketiga bentuk stimulus diatas sama-sama memiliki keunggulan tersendiri.Oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian di SMUN 65 Jakarta, TP.1995/1995 untuk mengetahui bentuk stimulus manakah diantara ketiga stimulus tersebut yang lebih efektif dalam PBM . Peneliti menggunakan teori komunikasi Stimulus-Response (S-R) dan teori Perbedaan individu oleh Marvin DeFleur. Peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan efektifitas diantara ketiga stimulus tersebut,dengan menggunakan metode eksperimental, kuantitative-eksplanative. Ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa stimulus Campuran hasilnya tidak berbeda dengan stimulus Tertulis Stimuli Campuran dan Tertulis lebih unggul dari Stimulus Lisan tatap muka.Hal ini dapat diterangkan, karena campuran menggunakan dua pancaindera utama sekaligus sebagai indera penerima sehingga saling melengkapi (Edgar Dale).Sedangkan Stimuli tertulis memungkinkan seseorang untuk mengulangi kembali(redundancy)serta keterlibatannya lebih tinggi daripada Lisan (kecuali terjadi komunikasi dua arah).Disarankan agar guru memperhatikan kecenderungan kepekaan siswa dalam menerima pelajaran. Kalau menggunakan stimuli Lisan tatap muka perlu membangkitkan partisipasi siswa sehingga terjadi komunikasi dua arah.Dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) peran guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran siswa.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yashinta Sekarwangi
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk menganalisis bagaimana penerapan komunikasi politik dari kepemimpinan transformasional Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Surakarta yang masih menjabat hingga saat ini dan sebagai kader salah satu partai politik. Penelitian dengan paradigma post-positivis ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemimpin menerapkan komunikasi politik di dalam pola kepemimpinan transformasional pada organisasi pemerintah daerah sehingga menghasilkan perubahan pengembangan (developmental change) khususnya dalam upaya meningkatkan kepercayaan publik kepada organisasi. Mengingat sebelumnya komunikasi politik yang dilakukan oleh Gibran masih diragukan oleh banyak pihak. Penelitian ini menunjukkan komponen bentuk komunikasi politik, tujuan dalam berkomunikasi politik serta strategi dengan kepemimpinan transformasional. Model kepemimpinan transformasional dengan gaya kepemimpinan yang visionary dan democratic juga turut membawa perubahan bagi Gibran. ......The research aims to analyze the implementation of political communication by Gibran Rakabuming Raka as the current Mayor of Surakarta and as a member of a political party. This research, using a post-positivist paradigm, employs a qualitative approach with a case study design. The findings of the research indicate that the leader applies political communication within the framework of transformational leadership in the local government organization, resulting in developmental change, particularly in efforts to enhance public trust in the organization. Considering the previous doubts surrounding Gibran's political communication, this study reveals the elements of political communication, the goals of political communication, and the strategies used in transformational leadership. The transformational leadership model, characterized by visionary and democratic leadership styles, also brings about changes for Gibran.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Siti Nurhayati Anastasia Diliani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan (observasi), dengan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Kompetensi komunikasi guru taman kanak-kanak dalam memotivasi pengungkapan diri murid merupakan objek atau kasus yang diteliti dalam tulisan ini. Analisis data dilakukan pada makna yang terdapat dalam gaya bahasa dan gaya mengajar guru terhadap murid. Hasil penelitian menunjukkan, proses atau strategi komunikasi yang dilakukan para guru berbeda-beda, dan pada akhirnya menunjukkan adanya perbedaan prilaku pada murid terhadap guru. Hal ini disebabkan oleh kompetensi guru yang berlainan dalam hal penggunaan strategi komunikasi serta latar belakang sekolah serta murid yang ada. Dua ke empat guru yang diteliti, dapat disimpulkan sebagai berikut : Pada tingkat gaya bahasa (komumkasi verbal), guru pada umumnya menggunakan bahasa yang menampilkan adanya percakapan baik itu tujuannya untuk membuka pelajaran maupun dalam situasi babas. Gaya bahasa yang dipilih merupakan pilihan kata yang terasa akrab terdengar oleh anak-anak sehingga dengan gaya bahasa seperti ini guru dapat membuat murid memahami maksud dan tujuan yang disampaikan guru ketika memberi tugas. Guru lebih dominan menggunakan kalimat pertanyaan dan pemyataan. Pada tingkat gaya mengajar (komunikasi non verbal), guru menggunakan gestures, bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerak mats, sentuhan dan paralangua vokalisasi. Dengan penggunaan komunikasi non verbal yang berbeda, menjadikan prilaku pada masing-masing murid yang diajar berbeda. Dan hasil penelitian ini direkomendasikan untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang kompetensi komunikasi pengajar ditingkat/jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir atau tingkat Universitas, dilihat dari hasil prestasi belajar yang diperoleh para siswa.
Kindergarten teacher's communication competency - Teacher's communication strategy for motivating students self disclosure. Using qualitative descriptive case study method does this research. The object of this research is Kindergarten Teacher's Communication Competency for motivating students self disclosure. The teacher's language (vocabulary and structure) and teaching (non verbal communication) style for the student was the subject of analysis. The result of this research shows that in the process of communication strategy, each teachers using different styles, and showing a different student's behavior to their teacher. It was influenced by its school condition and differences of teacher's competency to apply the communication strategy. From all the language format and teaching style of four teachers, it can be concluded as follow: On the level language style, the teachers using a conversation language (informal) with question and statement sentences dominated. Words and sentences that teachers used familiar with the student so the children can perceive the meaning and the aim of what teachers said, well. On the level teaching style, teacher's gestures, facial expression, eye behavior, touch and paralanguage was a non-verbal communication that children used. With different capability on each teacher of non-verbal communication, it makes the behavior of the student also different. The result of this research, it is recommended to do the continuation of the research about teacher communication competency, by using different category or level of education, such as elementary school, Junior High School, Senior High School or University, based on student grade.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza
Abstrak :
ABSTRAK Pelajar sekolah menengah dengan rentang usia 6-19 tahun diperkirakan telah mengalami gangguan pendengaran akibat penggunaan PLDs. Penggunaan PLDs sendiri apabila didengarkan pada volume yang tinggi dan digunakan dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan pendengaran dan komunikasi verbal. Untuk menilai sensibiltas saraf pendengaran dapat dilakukan dengan pemeriksaan distorssion product otoacouatic emission (DPOAE) dan audiogram. Komunikasi verbal dinilai dengan pemeriksaan audiometri tutur. Gangguan sensibilitas saraf pendengaran dilihat dari hasil signal to noise ratio (DPOAE) dan audiometri nada murni ≥25 dB. Gangguan fungsi komunikasi verbal apabila speech recognition treshold (SRT) ≥30 dB. Penelitian potong lintang ini dilakukan di SMU Negeri di Jakarta pada bulan Oktober 2013, melibatkan 96 percontoh pengguna PLDs. Kemudian dilakukan pemeriksaan DPOAE, audiometri nada murni dan audiometri tutur. Sebanyak 27,2% mengalami gangguan sensibilitas saraf pendengaran. Didapatkan 6,3 % mengalami gangguan komunikasi verbal. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, jenis earphone, besarnya intensitas dan lama pemakaian terhadap terjadinya gangguan sensibilitas saraf pendengaran. Namun dengan melihat nilai Odds Ratio pada pemakaian earphone jenis earbud memiliki resiko 3,69 kali mengalami gangguan pendengaran dan apabila mendengarkan pada 8-14 jam setiap minggu nya memiliki resiko 3,08 kali mengalami gangguan sensibilitas saraf pendengaran. Kelemahan penelitian ini pada desain penelitian , validasi output dan kurang dieskplornya faktor-faktor lain yang turut berperan dalam memengaruhi terjadinya gangguan pendengaran. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mencari faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya gangguan sensibilitas saraf pendengaran dan hubungannya terhadap terjadinya gangguan pendengaran.
ABSTRACT High school students with the age range of 6-19 years old are assumed to suffer from hearing impairment from using PLDs. The usage of PLDs with high volume in long term will cause hearing and verbal communication impairments. Distorssion product otoacoustic emission (DPOAE) examination and pure tone audiometry can be used to evaluate the hearing organ function. Verbal communication function can be evaluated with speech audiometry examination. Hearing impairment is seen from the result of DPOAE signal to noise ratio and hearing threshold ≥25 dB. Communication impairment is seen from speech recognition test (SRT) ≥30 dB. This cross sectional study was conducted in the 70 General High School in October 2013, involving 96 samples using PLDs All samples had DPOAE, pure tone and speech audiometry examinations. (27,2%) had hearing impairments, in which (6,3%) had verbal communication impairments. There were no significant correlation between sex, earphone types, intensity and usage duration with the decrease of sensibility hearing impairment. Although by assessing Odds Ratio value, the usage of earbud type earphone increases the risk of hearing impairment by 3,69 times and duration of 8-14 hours every week has 3,08 higher risk of hearing impairment. The weaknesses of this study are the study design, validation output of PLDs and other factors contributing in causing hearing impairment were not explored. Further study is required to seek the factors contributing in causing hearing impairment from noise and its correlation with the occurrence of hearing impairment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazhira Idzni
Abstrak :
Keterbatasan fungsi indera pendengaran penyandang tunarungu menyebabkan munculnya budaya-budaya yang hanya dapat dirasakan oleh mereka. Dalam melangsungkan budayanya yang unik ini mereka membutuhkan ruang yang accessible layaknya penyandang difabel yang lain. Oleh karena itu, prinsip deaf space dihadirkan agar kebutuhan penyandang tunarungu dapat dipertimbangkan dalam perancangan ruang bangunan/urban. Prinsip deaf space dirumuskan oleh komunitas tunarungu di Gallaudet University, Amerika Serikat. Prinsip deaf space ini dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi yang berlaku pada komunitas tunarungu yang merancangnya, padahal komunitas tunarungu dapat mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Salah satu bentuk perkembangan yang dialami komunitas ini adalah penggunaan alat bantu dengar dan perkembangan komunikasi verbal oleh pemanfaatan alat bantu dengar. Perkembangan yang dialami oleh komunitas ini dapat mempengaruhi kebutuhan ruangnya, sehingga prinsip deaf space ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Pengetahuan tentang penyesuaian prinsip deaf space ini membuktikan bahwa pendekatan desain yang dibutuhkan oleh kedua tipe komunitas tunarungu tersebut sangat berbeda. Apabila pendekatan desain yang dibutuhkan oleh komunitas tunarungu yang berkomunikasi visual lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas visual oleh bukaan, komunitas tunarungu yang berkomunikasi verbal lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas akustik ruang.
Their sense of hearing limitation causes the forming of cultures that can only be felt by their own community. In carrying out this unique culture they need an accessible space like the other difable. Therefore, deaf space is presented so deaf rsquo s needs can be considered in the building urban design. Deaf space principle was formulated by Deaf community at Gallaudet University, USA. This principle is made based on experiences and conditions that apply to their own community, meanwhile Deaf community can evolve over time. One of the change that happened in Deaf community is the use of hearing aids and the development of verbal communication by it. The development experienced by this community can affect their needs of space, so the deaf space principles is also need to be adapted with these developments. Knowledge on the adaptation of deaf space principle proves that design approach required by the two types of Deaf communities is very different. If the design approach required by the visual communicating community is more focused on optimizing the visual quality by the openings, the verbal communicating community is more focused on optimizing the acoustic quality of space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library