Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Febriani
"Perburuan satwa liar yang dilindungi di Indonesia merupakan bentuk wildlife crime dan berbagai upaya untuk penanganan telah dilakukan, namun perburuan satwa liar tetap marak terjadi. Salah satu bentuk upaya penanganan adalah pencegahan perburuan liar dengan mempermudah masyarakat membuat e-Pelaporan atas kasus perburuan liar. Terdapat pula bentuk edukasi terhadap masyarakat dengan menggunakan metode visualisasi guna membantu penegakan hukum atas perburuan liar. Penulisan ini akan menggunakan gambar dari website, instagram, twitter WWF-Indonesia dan juga gambar dari aplikasi e-Pelaporan. Kemudian kumpulan gambar yang sudah penulis kumpulkan akan dibahas dalam kerangka berpikir pencegahan kejahatan dan kriminologi visual. Hasil dari penulisan ini melihat bahwa gambar dapat berfungsi sebagai bentuk bukti dari dilakukannya pencegahan kejahatan dan gambar melalui website dan media sosial menjadi suatu bentuk edukasi mengenai perburuan liar.

The hunting of protected wildlife in Indonesia is a form of wildlife crime and various efforts for overcoming this issue have been carried out, but the huming of wild animals is still widespread. One form of approach in overcoming this problem is creating a prevention of illegal hunting by making it easier for people to make e-Pelaporan on cases of poaching. Another approach is through educating the community by using visualization methods to help enforce the law on poaching. This writing will use images from the website, Instagram, WWF-Indonesia's official twitter account and also images from the e-Reporting application. Then these images that the authors have collected will be discussed in the thinking framework of crime prevention and visual criminology. The results of this paper concludes that images can function as a form of evidence of crime prevention and images through websites and social media becomes a form of education regarding poaching."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qanita Chandrakinanti
"Kekerasan terhadap perempuan pekerja rumah tangga merupakan kekerasan yang terjadi di ranah publik. Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi di kehidupan nyata, tetapi juga terjadi di media sosial. Melalui media sosial, perempuan pekerja rumah tangga dijadikan sebagai sebuah komoditas yang dieksploitasi untuk meraih lebih banyak penonton. Adapun kekerasan yang terjadi terhadap perempuan pekerja rumah tangga di media sosial ditunjukkan melalui visualisasi dan dialog dalam Web Series Pembantu Masa Gitu. Web Series Pembantu Masa Gitu merupakan web series dalam format film pendek yang dibuat oleh Studio Z. Web Series Pembantu Masa Gitu menampilkan viktimisasi primer terhadap tokoh perempuan pekerja rumah tangga dan memberikan representasi yang tidak sesuai dengan kenyataan mengenai perempuan pekerja rumah tangga. Dengan menggunakan metode analisis konten atau isi kualitatif yang dikaitkan dengan kriminologi visual, hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh perempuan pekerja rumah tangga menerima pelecehan seksual di tempat kerja, objektifikasi seksual, dan stereotip gender. Teori feminis radikal kemudian digunakan untuk melihat patriarki sebagai penyebab utama dari penderitaan yang dialami oleh perempuan pekerja rumah tangga. Web Series Pembantu Masa Gitu dijadikan sebagai sebuah alat propaganda untuk Studio Z menyebarluaskan sistem patriarki melalui media sosial. Pada akhirnya, visualisasi kekerasan terhadap perempuan pekerja rumah tangga yang secara terangterangan ditampilkan di dalam Web Series Pembantu Masa Gitu menunjukkan bahwa Studio Z berusaha untuk menjustifikasi patriarki dan melanggengkan kekerasan terhadap perempuan pekerja rumah tangga.

Violence against women domestic workers is violence that occurs in the public sphere. Violence against women does not only occur in real life, but also occurs on social media. Through social media, women domestic workers are used as a commodity to be exploited to reach a wider audience. The violence that occurs against women domestic workers on social media is shown through visualization and dialogue in the Web Series Pembantu Masa Gitu. The Web Series Pembantu Masa Gitu is a web series in short film format made by Studio Z. The Web Series Pembantu Masa Gitu presents the primary victimization of women domestic workers and provides a representation that is not in accordance with the reality of women domestic workers. By using the method of content analysis or qualitative content associated with visual criminology, the results of the analysis show that women domestic workers receive sexual harassment in the workplace, sexual objectification, and gender stereotypes. Radical feminist theory is then used to see patriarchy as the main cause of the suffering experienced by women domestic workers. Web Series Pembantu Masa Gitu is used as a propaganda tool for Studio Z to disseminate the patriarchal system through social media. In the end, the visualization of violence against women domestic workers that is openly displayed in the Web Series Pembantu Masa Gitu shows that Studio Z is trying to justify patriarchy and perpetuate violence against women domestic workers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Ayuningdyah
"Penulisan ini membahas mengenai penerapan dari E-Tilang dan E-TLE sebagai
bentuk perkembangan dari tilang. Adanya pemanfaatan teknologi bertujuan untuk mempermudah proses tilang itu sendiri serta meningkatkan pengawasan yang dilakukan oleh polisi dalam mencegah serta mengurangi pelanggaran lalu lintas. Selain itu, adanya E-Tilang dan E-TLE juga dinilai dapat mengurangi permasalahan yang terjadi pada proses tilang konvensional seperti pungutan liar dan pemberian uang suap yang menimbulkan adanya kerugian sosial. Berdasarkan hal tersebut, dalam penulisan ini menggunakan panopticism untuk menjelaskan bahwa pengawasan bisa dilakukan secara tidak langsung. Pengawasan secara tidak langsung ini menciptakan efek kepada subjek yang diawasi perasaan selalu diawasi sehingga menimbulkan suatu keteraturan. Dengan menggunakan konsep tersebut maka penerapan dari E-Tilang dan E-TLE menciptakan suatu efek dalam masyarakat bahwa mereka selalu diawasi saat berkendara di jalan raya, adanya efek
tersebut diharapkan masyarakat dapat berkendara sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Penulisan ini dikaji dengan pendekatan kriminologi visual untuk menginterpretasi perwujudan dalam gambar/video terkait penerapan E-Tilang dan E-TLE dan social harm.

This paper discusses the application of E-Tilang and E-TLE as a form of development of ticketing. The use of technology aims to simplify the ticketing process itself as well as improve supervision carried out by the police in preventing and reducing traffic violations. In addition, the existence of E-Tilang and E-TLE is also considered to reduce the problems that occur in the conventional ticketing process such as illegal fees and granting bribes that cause social losses. Based on this, in this paper using panopticism to explain that supervision can be done indirectly. This indirect supervision creates an effect on the subject that is monitored by the feeling of being watched so that it creates an
order. By using this concept, the application of E-Tilang and E-TLE creates an effect in society that they are always supervised when driving on the highway, the effect is expected that people can drive in accordance with established regulations. This writing was studied with a visual criminology approach to interpret the manifestations in images /
videos related to the application of E-Tilang and E-TLE and social harm.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Irma Suryani
"Tulisan ini berupaya menjelaskan film dokumenter The True Cost melalui pendekatan kriminologi visual. Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah film dokumenter The True Cost memposisikan fast fashion sebagai bentuk kejahatan lingkungan terhadap negara-negara yang tidak atau belum maju (Global South). The True Cost merupakan film dokumenter yang rilis pada tahun 2015 dengan Andrew Morgan sebagai sutradaranya. Film ini menampilkan mengenai kenyataan di balik murahnya fast fashion. Fast fashion sebagai bentuk kejahatan lingkungan dianalisis menggunakan teori Southern Green Criminology oleh Goyes. Teori ini melihat bahwa fast fashion sebagai bentuk kejahatan lingkungan diciptakan oleh Global North dengan mengorbankan Global South. Hasil analisis menunjukkan bahwa murahnya fast fashion ternyata dibayar mahal oleh kerusakan lingkungan di kawasan Global South. Film dokumenter ini memperlihatkan fast fashion sebagai kejahatan lingkungan yang merugikan manusia, hewan, dan ekosistem. Berbagai macam kejahatan lingkungan tersebut ditemukan dari proses produksi dan siklus akhir fast fashion, dimana keduanya terjadi di Global South.

This paper attempts to explain The True Cost documentary film through a visual criminology approach. The aim is to answer the question of how The True Cost documentary film positions fast fashion as a form of environmental crime against countries that are not or have not yet developed (the Global South). The True Cost is a documentary film released in 2015 with Andrew Morgan as the director. This film shows the reality behind the cheapness of fast fashion. Fast fashion as an environmental crime is analyzed using the Southern Green Criminology theory by Goyes. This theory sees that fast fashion as a form of environmental crime was created by the Global North at the expense of the Global South. The results show that the cheapness of fast fashion is paid for by environmental damage in the Global South. This documentary film shows fast fashion as an environmental crime that harms humans, animals, and ecosystems. Various kinds of environmental crimes are found in the production process and the final cycle of fast fashion, both of which occur in the Global South."
2023
TA5331
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherley Eka Saputri
"Proyek pembangunan PLTA Batang Toru memang memberikan kebermanfaatan bagi manusia. Namun, di sisi lain, keberadaan proyek PLTA Batang Toru ini memberikan kerugian terhadap lingkungan dan hewan non-manusia yang dalam penelitian ini akan berfokus pada kerugian yang dialami oleh Orangutan Tapanuli. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perwujudan environmental harm yang dialami Orangutan Tapanuli akibat keberadaan pembangunan proyek PLTA Batang Toru. Penelitian ini menggunakan pendekatan green visual criminology untuk menganalisis lima video youtube yang telah dipilih oleh peneliti dalam mencermati visual yang menunjukkan adanya bentuk environmental harm akibat dari keberadaan proyek PLTA Batang Toru. Hasilnya, terbukti bahwa memang keberadaan proyek PLTA Batang Toru dapat memberikan ancaman kepunahan terhadap spesies Orangutan Tapanuli. Hal ini diperlihatkan dari dibangunnya jembatan arboreal yang diklaim oleh PT. NSHE sebagai langkah mitigasi dari adanya proyek PLTA Batang Toru terhadap kelestarian Orangutan Tapanuli. Akan tetapi, jembatan arboreal itu memunculkan makna lain, bahwa terdapat area di kawasan Hutan Batang Toru yang terdampak akibat dari keberadaan proyek PLTA Batang Toru. Dampak tersebut berupa hilangnya pohon-pohon sebagai koridor jelajah Orangutan Tapanuli sehingga dapat menyebabkan konektivitas antar blok terputus dan berpotensi mampu mengisolasi Orangutan Tapanuli.

The Batang Toru hydropower development project does provide benefits for humans. However, the Batang Toru Hydropower Project causes losses to the environment and non-human animals; this study will focus on the losses experienced by the Tapanuli Orangutan. The purpose of this research is to understand the visualization of environmental harm experienced by Tapanuli Orangutans due to the existence of the Batang Toru Hydropower project. This research uses a green visual criminology approach to analyze five YouTube videos that researchers have selected to look at visuals that show a form of environmental harm due to the existence of the Batang Toru Hydropower Project. As a result, the Batang Toru Hydropower Project can threaten the extinction of the Tapanuli Orangutan species by the construction of an arboreal bridge, which PT NSHE claims as a mitigation measure from the Batang Toru Hydropower Project towards the preservation of the Tapanuli Orangutan. However, the arboreal bridge has another meaning, as there are areas in the Batang Toru Forest that are affected by the presence of the Batang Toru Hydropower Project. That impact is the loss of trees as a corridor for the Tapanuli Orangutan, which can cause connectivity between blocks to be cut off and potentially isolate the Tapanuli Orangutan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanti Ramadiani
"Interaksi antara manusia dengan teknologi informasi akan meninggalkan jejak berupa data rekam jejak digital yang dapat dimanfaatkan dalam penyelidikan atau investigasi kejahatan, karena data tersebut bisa jadi menyimpan bukti akan adanya hubungan antara korban dengan tersangka. Pemanfaatan teknologi berupa rekam jejak digital dalam penyelidikan kejahatan mendorong tumbuhnya industri kreatif dalam bentuk media visual bertema investigasi kejahatan, salah satunya film Searching. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa film menjadi representasi dan visualisasi dari kejahatan dan reaksi sosial terhadap kejahatan dalam bentuk investigasi kejahatan. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa kejahatan dan proses penyelidikannya mengalami perpindahan ruang dari dunia nyata ke dunia maya. Selain itu, film Searching juga menjadi bentuk kontra-visualitas dari pelanggaran yang dilakukan oleh aparat penegak hukum.

Interaction between humankind and technology leaves traces in the form of digital footprint data which can be used in the process of crime investigation, for there is a possibility that said data holds an evidence of a connection between the victim and the suspect of a crime. The use of technology in the form of digital footprint in crime investigations stimulates the growth of creative industry in the form of crime investigation-themed visual media, one of them being the movie Searching. Several studies explained that movies became a representation and visualization of crime and social reaction to crime in the form of crime investigation. The result of this study shows that the movie Searching portrays that crime and its investigative process experience a space transition, from the real world to the cyberspace. Moreover, the movie Searching also became a countervisuality of the misconducts done by law enforcement officers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lutvia Aviva Naila Lantana
"Victim blaming atau tindakan menyalahkan korban sering terjadi dalam masyarakat ketika muncul kasus kekerasan seksual, salah satunya adalah ketika kekerasan seksual terjadi di lingkungan kampus. Film Penyalin Cahaya (2021) menjadi salah satu film yang menceritakan mengenai kekerasan seksual terutama di lingkungan kampus dan dunia digital, serta korban yang harus mengalami victim blaming karena mencoba untuk mengusut kekerasan seksual yang dialaminya. Penulis mengidentifikasi film menggunakan pendekatan kriminologi visual dan film tersebut memberikan representasi victim blaming serta menggambarkan perjuangan korban mendapatkan keadilan. Melalui viktimologi kritis, penulis mengidentifikasikan juga kalau Penyalin Cahaya memperlihatkan bagaimana kebijakan kampus tidak dapat melindungi korban kekerasan seksual dan adanya tumpang tindih kekuasaan yang dimiliki pelaku.

Victim blaming, or the act of blaming the victim, often occurs in society when cases of sexual violence arise, one of which is when sexual violence occurs on campus. The film Photocopier (2018) is one of the films that talk about sexual violence, especially in the campus environment and the digital world, as well as victims who must experience victim blaming for trying to investigate the sexual violence they experienced. The writer identifies the film using a visual criminology approach, and the film provides a representation of victim blaming and depicts the victim's struggle for justice. Through critical victimology, the author also identifies that the Photocopier shows how campus policies cannot protect victims of sexual violence and that there is an overlap of powers that the perpetrators have."
Depok: 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fidya Ade Rahmawati
"Kondisi darurat kekerasan seksual di Indonesia turut disebabkan karena lamanya pengesahan RUU TPKS yang utamanya disebabkan oleh pertarungan ideologi dan kuatnya narasi utama kekerasan seksual yang mengopresi penyintas. Perlawanan terhadap narasi utama kekerasan seksual dan upaya untuk menghadirkan ruang bagi penyintas salah satunya dilakukan dengan memanfaatkan media kreatif, seperti yang ditunjukan dalam video dokumenter berjudul Dengar dan Suarakan yang dipublikasikan oleh LBH APIK Jakarta. Tulisan ini menganalisis bagaimana kontra-narasi kekerasan seksual divisualisasikan dalam video dokumenter Dengar dan Suarakan sebagai salah satu upaya untuk melawan narasi penolakan RUU TPKS dan mengadvokasikan pengesahannya. Melalui pembedahan adegan, matrikulasi data, dan analisis dengan pendekatan kriminologi visual, kriminologi naratif, dan kriminologi feminis, tulisan ini menemukan pada media visual video dokumenter Dengar dan Suarakan dapat merepresentasikan suara penyintas dan menghadirkan kontra-narasi kekerasan seksual dalam rangka menegaskan urgensi dan mendukung pengesahan RUU TPKS.

Ideological battles and the solid existing narrative of sexual violence that oppresses survivors, has prolonged the passing of the TPKS law, and concocted emergency conditions regarding sexual violence in Indonesia. LBH APIK is publishing a documentary video entitled "Dengar dan Suarakan" to resist the existing narrative and create space to support survivors in voicing their experiences, which include efforts to obtain justice. This paper analyzes the visualization of the counter-narrative of sexual violence in the documentary Dengar dan Suarakan to counter the narrative of rejecting the Sexual Violence Crime Bill (RUU TPKS) and advocate for its ratification. Through scene analysis, matriculation data, and analysis using visual criminology, narrative criminology, and feminist criminology approach and perspective, this article finds that the visualization of the documentary "Dengar dan Suarakan" can represent the voices of survivors and present a counter-narrative of sexual violence to emphasize the urgency and support the ratification of the RUU TPKS."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Gabriel Widiasta Ro
"Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) sebagai rancangan peraturan khusus untuk menangani kasus kekerasan seksual masih dalam tahap pembahasan. Terdapat dua reaksi utama terhadap pembahasannya, yaitu dukungan dan penolakan. Bentuk dukungan dan penolakan yang cukup menarik perhatian adalah aksi
damai dan aksi unjuk rasa. Fenomena ini kemudian diberitakan oleh media massa daring dengan dua cara, secara tekstual dan secara visual dalam bentuk foto. Tulisan ini berfokus pada konteks visual, mengulas bagaimana visualisasi aksi mendukung ataupun menolak RUU PKS melalui foto-foto yang dipublikasikan oleh media daring. Kerangka berpikir dan analisis tulisan ini dilandasi pemikiran Gusfiled terkait status politik dan pemikiran beberapa kriminolog di bidang kriminologi visual. Status politik berkaitan dengan aksi poltik, gerakan kolektif, persaingan, dan prestise. Sedangkan kriminologi visual berkaitan dengan media baru, visualitas, dan photovoice. Hasilnya, kedua landasan pemikiran pada tulisan ini tervisualisasikan pada foto-foto yang dipublikasikan media daring.

Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) as a draft of special regulation to deal with cases of sexual violence is still under discussion. There are two main reactions to the discussion, support and rejection. The forms of support and rejection that were quite interesting were the peaceful social movement and demonstrations. The phenomenons were reported by the online mass media in two ways, textually and visually in the form of photographs. This paper focuses on the visual context, reviewing how visualization of actions supports or rejects the RUU PKS through photographs published by online media. The thinking framework and analysis of this paper is based on Gusfiled`s status politics, i.e. political action, collective movement, competition and prestige. Also using visual criminology concepts, i.e. new media, visuality, and photovoice. As a result, the two bases for this paper were visualized in photographs which published by online media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Pratama
" ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang peran agensi warga dalam membentuk wacana tentang kejahatan di Instagram serta Visual Jalanan sebagai multi-agensi yang mengamplifikasi wacana tersebut pada medium Instagram, website, dan pameran. Akun Instagram Visual Jalanan menjadi kanal sekaligus jembatan bagi warga melalui aksi performatif untuk menyampaikan gagasan terkait kejahatan dalam bentuk visual. Pada proses konstitutif, Visual Jalanan berperan sebagai agensi untuk melakukan konstruksi ulang terhadap realitas baru terkait label yang melekat pada aksi vandalisme yang dilakukan oleh warga melalui berbagai medium. Kedua agen dalam proses konstitutif tersebut memiliki tendensi untuk menciptakan aktivisme visual melalui pengarsipan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dan metode studi kasus untuk memberikan gambaran proses konstitutif dalam konstruksi terkait realitas kejahatan.
ABSTRACT This thesis examines the role of citizens in shaping the discourse about crime on Instagram and Visual Jalanan as an multi agency which amplify the discourse on Instagram, websites, and exhibitions. The Instagram account ldquo Visual Jalanan rdquo becomes a channel as well as a bridge for citizens through a performance act to express the idea regarding the visual form of a crime. Concerning the constitutive process, Visual Jalanan acts as an agency to reconstruct new realities related to the label attached to the vandalism act which commit by citizens through various mediums. These two agents in the constitutive process tend to create a visual activism through archiving. This research uses an analytical approach and case study method to illustrate the constitutive process in construction concerning the crime reality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library