Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riandito Prakoso
"

Instalasi listrik adalah salah satu bentuk kehidupan di bangunan saat ini. Institusi perawatan kesehatan, seperti klinik dan rumah sakit, membutuhkan perawatan yang sangat baik dari instalasi karena klinik ini digunakan terutama untuk keperluan umum. Skripsi ini akan membahas tentang analisis instalasi listrik di Klinik Satelit UI Makara, sebuah klinik yang berlokasi di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia. Karena setiap bangunan harus diaudit dan dipantau untuk memenuhi peraturan standardisasi instalasi. Analisis dilakukan dengan dua metode, inspeksi visual dan pengukuran di Klinik Satelit UI Makara. Studi ini menunjukkan bahwa klinik harus diaudit untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan seperti korsleting atau kebakaran. Saran ini bagus untuk menjaga kualitas klinik dalam hal aspek kelistrikan. Selain mematuhi persyaratan umum PUIL, perencana desain harus mempertimbangkan tentang desain interior di setiap kamar. Itu bisa membuat instalasi listrik menjadi efisien dan bermanfaat.

 


Electrical installation is one of the life form in buildings nowadays. Healthcare institution, such as clinic and hospital, requires a great care of the installation because this clinic is used mainly for public uses. This undergraduate thesis will discuss about the electrical installation analysis at Klinik Satelit UI Makara, a clinic located in Universitas Indonesia, Depok, West Java, Indonesia. Because every building have to be audited and monitored to meet the regulation of installation standardization. The analysis was done by two methods, visual and measurement inspection in Klinik Satelit UI Makara. The study suggests that the clinic have to get audited to prevent any unwanted incident such as short circuit or fire. The suggestion is great to maintain the clinics quality in terms of electrical aspect. Aside from obeying the general requirements of PUIL, the design planner should consider about the interior design in each room. It could make the electrical installation is efficient and usable.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Naufal Satria, Author
"Inspeksi pipa adalah suatu metode yang sangat penting dalam semua industri energi. Pipa sendiri digunakan untuk mentransportasikan fluida di dalamnya dari suatu tempat ke tempat lainnya. Seiring berjalannya waktu, pipa harus diinspeksi dan dirawat karena fluida yang mengalir di dalamnya bersifat korosif. Inspeksi visual adalah metode yang mudah untuk diinspeksi. Namun, beberapa pipa yang sulit dijangkau sangat susah untuk di inspeksi. Mengembangkan cara yang mudah untuk menyelesaikan masalah ini adalah menggunakan dunia robotik. Di era yang sudah maju ini, dunia robotik sudah termasuk hal yang lazim untuk digunakan, tetapi masih ada beberapa limitasi dengan penggunaannya. Hal ini terjadi karena penggunaan robot memakan biaya yang mahal dari struktur robotnya sendiri. Untuk mengurangi beban biaya produksi dari robot sendiri, riset ini akan membahas kustomisasi produksi alat dengan menggunakan cara “3D Printing” dan mekanisme kontrol yang mudah digunakan dengan menambahkan fitur visual. Robot yang dinamakan In-Pipe Inspection Robot (IPIR) ini bisa menjadi permulaan dalam hal “smart technology” untuk inspeksi kondisi dalam pipa. Di segmen ini, inspeksi visual yang digunakan adalah menggunakan kamera. Untuk menjalankan kontrol dari alatnya sendiri yaitu menggungakan joystick sebagai input dan DC motor sebagai output. Dimensi pipa menggunakan diameter 6” dengan diameter dalam 154.08 mm. Metode riset ini pun akan dimulai dari studi literatur untuk tipe robot yang dipakai, lanjut dengan desain robot dan diakhiri dengan proses produksi dengan mengoptimasikan penggunakan 3D Printing.

.Pipe inspection is an important event in all of the energy industries. Pipes are used to transport any kinds of fluids from one place to another. During the period times, a pipe must be inspected and maintained because of the fluids that carries inside of a pipe in the energy industries can easily cause damage to the inner wall such as corrosion, erosion, degradation, and many other factors. Visual inspection is the easy method to inspect. But, a pipe in which placed at an unreachable area is very hard to inspect. Developing an easy way to solve this is by using in the field of robotics. In this new era, robotics is very common to use as well but there are some limitations of by using it. This because of the high cost production of the robot structure itself. To reduce the production cost and solve the problem of visual pipe inspection, this paper will be discussing the customization production of the robot structure by using a 3D Printing and a simple control mechanism with adding the visual feature. A robot called In-Pipe Inspection Robot (IPIR) can be the start of having a smart technology for inspecting the condition of the inner wall pipe. In this part, the visual inspection is using a camera. For the driving control of the robot will be using a joystick act as an input and DC motor as the output. The pipe size diameter will be using a 6” pipe with an inner diameter of 154.08 mm. The method of by doing this research is start from determine and study the robot type then design the robot and print the design by optimizing the use of 3D Printing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Lestari
"Program ?see and treat? adalah program dengan metode IVA dan krioterapi untuk mengatasi lesi prakanker serviks di lokasi dengan keterbatasan sarana. Efektivitas dan keamanan krioterapi pada program ini belum dievaluasi dalam 5 tahun terakhir. Data dari rekam medis diambil dengan metode total sampling. Variabel yang dicatat adalah hasil IVA, tindakan krioterapi, usia pertama kawin, jumlah pernikahan, paritas, merokok, dan penggunaan kontrasepsi. Data dianalisis secara univariat. Dari 86 data yang dianalisis, persentase keberhasilan krioterapi dalam konversi hasil IVA mencapai 90,70%. Angka keluhan pasca krioterapi sebesar 1,3% yaitu perdarahan minimal. Krioterapi efektif dan aman pada program ?see and treat?.
?See and treat? was a program using VIA and cryotherapy to eliminate cervical precancerous lesion in a facility-limited location. Efficacy and safety of cryotherapy in this program had not been evaluated in the last 5 years. Data from medical record were taken with total sampling method. VIA result, cryotherapy procedure, first-marriage age, number of marriage, parity, smoking habit, and the use of contraception were assessed. Data were analyzed univariately. From 86 analyzed data, cryotherapy convert the VIA result in 90,70% patients. 1,3% patient complaint minimal bleeding. Cryotherapy was effective and safe in ?see and treat? program. "
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Hadisty Sukana
"Latar Belakang: Kanker serviks merupakan ancaman bagi kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia. Dengan metode skrining yang cost effective kanker serviks dapat dicegah, sehingga angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks dapat diturunkan. Maka diperlukan metode alternatif yang lebih sederhana dan mampu laksana sebagai metode penapisan yang dapat mencakup lapisan masyarakat dengan sumber daya terbatas. Dengan prosedur skrining IVA atau VIA (Visual Inspection with Acetic Acid), diperkirakan mengurangi risiko kanker serviks seumur hidup sebesar 25%. Kekurangan IVA adalah bahwa metode ini bersifat subjektif dan interpretasi dapat bervariasi dari operator ke operator. Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk melakukan dokumentasi IVA menggunakan kamera Smartphone yang disebut DoVIA (Documentation Visual Inspection with Acetic Acid). Bermodalkan dokumentasi IVA ini, dapat dilakukan konsultasi dan komunikasi dengan cara mengirimkan melalui aplikasi dan rangkaian kegiatan disebut TeleDoVIA (Telemedicine Documentation Visual Inspection with Acetic Acid).
Tujuan: Evaluasi pemanfaatan Portal TeleDoVIA oleh tenaga medis dalam kegiatan skrining kanker serviks dengan metode IVA.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dilaksanakan dalam periode Juli 2018-Januari 2019 dengan mengikut sertakan 82 orang Praktisi Medis yang mengirimkan 177 foto Dokumentasi IVA.
Hasil: Praktisi Medis yang terlibat 59 orang (72 %) adalah bidan, 23 orang (28 %) adalah Dokter Umum yang bertugas di Puskesmas (92.7 %) dan Klinik Swasta (7.3%). Praktisi Medis yang berkonsultasi pada portal TeleDoVIA telah mencakup wilayah provinsi paling barat (Aceh) hingga Provinsi di Timur Indonesia (Papua Barat). Ketajaman gambar foto serviks dikatakan tajam sebesar (89.27%), hanya sebesar (10.73%) foto yang dikatakan kurang tajam. Mayoritas praktisi medis menerima jawaban dari konsultan dalam waktu >6-24 jam sebesar (44.1%). Praktisi medis yang mengaku paham sebesar (100 %) dan mengaku puas (100 %). Alasan praktisi medis melakukan konsultasi dengan alasan Konfirmasi (47.6%), Ragu (29.3%) dan Diskusi kasus (23.2%). Ketepatan diagnosis antara praktisi medis terhadap diagnosis konsultan sebesar (88.1%).
Kesimpulan: Dengan Telemedicine Dovia dapat memudahkan praktisi medis mengirimkan dokumentasi IVA sebagai bahan diskusi dan konsultasi jarak jauh yang efektif.

Background: Cervical cancer is a threat to women's health in Indonesia. With the screening method that is cost effective cervical cancer can be prevented, so that the cervical cancer morbidity and mortality can be reduced. Then an alternative method that is simpler and more feasible as a screening method that can cover a layer of people with limited resources is needed. The screening procedure with IVA or VIA (Visual Inspection with Acetic Acid) has been estimated to reduce the risk of lifetime cervical cancer by 25%. The disadvantage of IVA is that this method is subjective and interpretation can vary from operator to operator. Therefore, the idea arises to conduct documentation VIA using a Smartphone camera. This examination is called TeleDoVIA (Telemedicine of Documentation on Visual Inspection with Acetic Acid). With this VIA documentation, consultation and communication can be done by sending through applications and these activities called TeleDoVIA (Telemedicine Documentation Visual Inspection with Acetic Acid).
Objective: Evaluation review of the use of TeleDoVIA Portal by medical personel in the Screening of cervical cancer using the IVA method.
Method: This study is a descriptive study and was conducted in the period July 2018 - January 2019 by including 82 medical practitioners who sent 177 IVA Documentation photos.
Results: Medical practitioners that involved as much 59 people (72%) were midwives, 23 people (28%) were general practitioners who served in Public Health Center (92.7%) and private clinics (7.3%). The closest home town of medical practitioners is Central Jakarta (24.4%) and the furthest from Fakfak in West Papua (1.2%). The sharpness of cervical photographic images is said to be sharp at 89.27%, only by 10.73% photos that are not sharp enough. The majority of medical practitioners receive answers from consultants within >6-24 hour is 44.1%. the accuracy of diagnosis between medical practitioners and consultant diagnosis is 88.1%. Medical practitioners who claim to understand (75.6%) and claim to be satisfied (76.8%). Medical practitioners consulted the TeleDoVIA portal for reasons of confirmation (47.6%), doubtful (29.3%) and discussion of cases (23.2%).
Conclusion: With the presence of Telemedicine Dovia, it can make it easier for medical practitioners to send IVA documentation as a more effective discussion and consultation material even from remote area.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Ayu
"Pada tahun 2023 cakupan pemeriksaan IVA pada Wanita usia subur di Kelurahan Cilodong masih rendah hanya mencapai 2,2%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan pemeriksaan IVA dan faktor apa saja yang berhubungan dengan pemeriksaan IVA di Kelurahan Cilodong, Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada sampel sebanyak 130 WUS di Kelurahan Cilodong, Kota Depok, yang dipilih secara random dari 8 RW yang ada. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan hanya 6,2% WUS yang melakukan pemeriksaan IVA. Penelitian ini membuktikan pendidikan dan tingkat pengetahuan berhubungan dengan pemeriksaan IVA. Faktor yang paling dominan adalah tingkat pengetahuan (POR=38,96, 95% CI= 4,23 – 358,66), WUS dengan tingkat pengetahuan tinggi berpeluang hampir 39 kali untuk melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS tingkat pengetahuan rendah, setelah dikontrol oleh pendidikannya. Atas dasar tersebut maka instansi terkait perlu melakukan peningkatan pengetahuan dengan mengembangkan program edukasi kesehatan mengenai kanker leher rahim dan pemeriksaan IVA, baik untuk WUS maupun suami/keluarganya, sehingga cakupan pemeriksaan IVA meningkat

In 2023, the coverage of visual inspection of acetic acid (VIA) examinations in women of childbearing age in Cilodong Village is still low, only reaching 2.2%. This study aims to analyze the coverage of VIA examinations and factors related to VIA examinations in Cilodong Village, Depok. This study used a cross-sectional design. Data were collected through interviews using questionnaires on a sample of 130 women of childbearing age in Cilodong Village, Depok City, who were randomly selected from 8 existing neighborhood associations. Data were analyzed using the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that only 6.2% of women of childbearing age underwent VIA examinations. This study proves that education and level of knowledge are related to VIA examinations. The most dominant factor is the level of knowledge (POR = 38.96, 95% CI = 4.23 - 358.66); women of childbearing age with a high level of knowledge are almost 39 times more likely to undergo VIA examinations compared to women of childbearing age with low levels of knowledge, after being controlled by their education. Based on these reasons, related agencies need to increase knowledge by developing health education programs regarding cervical cancer and IVA examinations, both for WUS and their husbands/families, so that the coverage of IVA examinations increases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Finekri A. Abidin
"Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negaranegara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 400.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia dan 80% Ilya ada di negara-negara berkembang dan minimal 200.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia sampai saat ini insiden kanker belum diketahui, tetapi diperkirakan kejadian kanker kira-kira 90-100 penderita baru per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun dan kanker ginekologik merupakan jumlah terbanyak, sedangkan dari kanker ginekologik tersebut adalah kanker serviks yang paling banyak dijumpai pada wanita. Di RSCM Bari tahun 1986 sampai 1990 ditemukan 1821 penderita kanker serviks dari 2360 kasus kanker ginekologik atau 77%.
Di bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM lebih dari 60% kasus kanker serviks sudah berada dalam stadium lanjut dengan angka ketahanan hidup sangat rendah. Diketahui bahwa pengobatan pada tahap pra kanker seperti displasia dan karsinoma in situ memberi kesembuhan 100%, sedangkan pada kanker serviks stadium I angka ketahanan hidup 5 tahunnya adalah 70-80 %, sedangkan stadium II dan 111 masing-rnasing adafah 50-60 % dan 30-40 %2 Dengan penapisan massal sitologi serviks dijumpai penurunan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks.
Di negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks baik jumlah rnaupun stadiumnya. Pencapaian tersebut berkat adanya program skrining dengan pap smir. Sknining di negara maju sudah dilakukan pada 50% wanita dewasa, sedangkan di negara berkembang hanya 5%. Padahal kematian penderita kanker serviks yang berusia 60 tahun ke alas disebabkan tidak pemahnya penderita melakukan skrining pada 3 tahun terakhir. Di Indonesia penerapan skrining dengan pap smir masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah negara, kurangnya sarana laboratorium dan tenaga ahli patologi anatomi dan ahli ginekologi, serta biaya transportasi yang cukup mahal.
Untuk itu dibutuhkan alternatif skrining yang lebih sederhana, marnpu laksana, murah dan cakupan Iuas serta dapat dilakukan tenaga kesehatan lain seperti bidan sehingga diharapkan temuan lesi prakanker serviks secara dini lebih banyak, hal tersebut ada pada pemeriksaan dengan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). IVA dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan yang sederhana. Sayangnya walaupun pemeriksaan ini sensitif tetapi spesifisitasnya rendah hanya 64,1% ,sehingga menyebabkan wanita tanpa adanya lesi prakanker akan mendapat terapi yang tak perlu. Upaya untuk mempertahankan keungguln yang ada pada WA ini dalam deteksi dini Iesi prakanker adalah melakukan penapisan dengan 2 tahap secara serial, dengan menggabungkan pemeriksaan WA dengan hasil positif dilanjutkan pemeriksaan Servikografi, sehingga didapatkan spesifitas yang tinggi. Dan penelitian di Afrika Selatan, didapat penapisan dua tahap tersebut lebih efektif dari pada hanya dilakukan satu tahap pemeriksaan. Penggabungan kedua pemeriksaan ini dapat mengurangi pengeluaran biaya secara keseluruhan dalam penapisan kanker servik di daerah-daerah terpencil.
Rumusan masalah: Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti melalui penelitian ini adalah : Belum diketahuinya sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan Servikografi pada wanita dengan WA positif sebagai usaha penapisan dua tahap dala.in deteksi dini lesi prakanker di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Inspeksi visual manual adalah salah satu cara perusahaan farmasi dalam pemastian mutu keamanan obat terutama untuk sediaan injeksi. Hal ini penting karena dalam sediaan injeksi tidak boleh ada partikulat yang terkandung didalamnya karena dapat menyebabkan efek samping pada pasien . Hal ini diatur juga dalam farmakope dan USP dari segi persyaratan lux dari cahaya ketika ingin melakukan inspeksi visual manual. Selain persyaratan teknis untuk melakukan visual manual juga terdapat persyaratan personalia, hal ini bertujuan untuk membatasi dan sebagai data integrity yaitu hanya personel yang terkualifikasi yang dapat melakukan inspeksi visual manual. Oleh karena itu diatur untuk membuat Catridge Test Kit sebagai media kualifikasi personalia dalam melakukan inspeksi visual manual dengan test Knapp sehingga dapat dipastikan inspeksi visual manual yang sudah dilaksanakan dinyatakan valid dalam pelolosan produk dan sudah dipastikan mutunya sehingga tidak ada ataupun tidak berpotensi untuk menimbulkan efek samping pada pasien.

Manual visual inspection is one way for pharmaceutical companies to ensure the quality of drug safety, especially for injection preparations. This is important because injectable preparations there should be no particulates contained in them because they can cause side effects in patients. This is also regulated in the pharmacopoeia and USP in terms of lux requirements for light when carrying out manual visual inspections. Apart from the technical requirements for carrying out manual visual inspections, there are also personnel requirements, this aims to limit data integrity, namely that only qualified personnel can carry out manual visual inspections. Therefore, it has been arranged to create a Cartridge Test Kit as a medium for qualifying personnel in carrying out manual visual inspections with the Knapp test so that it can be ensured that the manual visual inspection that has been carried out is declared valid in product release and the quality has been confirmed so that it does not exist or has no potential to cause side effects on patient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghadis Azalia Benedicta
"Latar Belakang
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang menempati posisi keempat sebagai kanker yang paling umum mempengaruhi wanita di seluruh dunia dan menjadi yang kedua paling prevalen di Indonesia. Penelitian ini menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi temuan positif dari inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) pada kalangan wanita di Cipinang Melayu untuk mengidentifikasi faktor risiko utama yang terkait dengan hasil IVA positif.
Metode
Studi kohort retrospektif observasional analitik ini menggunakan data sekunder dari program skrining yang dilakukan oleh Female Cancer Program (FCP) FKUI, bekerja sama dengan Female Cancer Foundation Universitas Leiden, pada tahun 2019 dan 2022. Sebanyak 3.231 mengikuti program skrining dan analisis multiple logistic regression dilakukan untuk menentukan hubungan berbagai faktor dengan hasil IVA positif.
Hasil
Di antara 3.138 wanita yang memiliki hasil IVA yang valid, 2,5% diantaranya diidentifikasi sebagai IVA. Analisis multivariat mengidentifikasi usia pada pernikahan pertama sebagai prediktor signifikan (P = 0,045), dengan wanita yang menikah setelah usia 20 tahun 2,57 kali lebih mungkin untuk mendapatkan hasil IVA positif (OR 2,57; 95% CI: 1,021–6,463). Skrining kanker serviks sebelumnya mendekati signifikansi (P = 0,068), menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat skrining memiliki peluang 2,46 kali untuk mendapatkan hasil IVA positif (OR 2,46; 95% CI: 0,936–6,483).
Kesimpulan
Studi ini menekankan peran faktor reproduksi, terutama usia pada pernikahan pertama, dalam mempengaruhi hasil IVA positif. Intervensi kesehatan masyarakat yang terarah sangat penting untuk meningkatkan pencegahan dan skrining kanker serviks di komunitas ini.

Introduction
Cervical cancer is the fourth most common cancer among women worldwide and the second most prevalent in Indonesia. This study investigates factors influencing positive findings of visual inspection with acetic acid (VIA) among female residents of Cipinang Melayu to identify key risk factors associated with VIA positivity.
Method
This analytical observational retrospective cohort study utilized secondary data from a screening program conducted by the Female Cancer Program (FCP) FKUI, in collaboration with the Female Cancer Foundation of Leiden University, between 2019 and 2022. A total of 3,231 women were screened, and multiple logistic regression analysis was performed to determine the associations of various factors with VIA positivity.
Results
Among the 3,138 women with accessible VIA results, 2.5% were diagnosed as VIA- positive. Multivariate analysis identified age at first marriage as a significant predictor (P = 0.045), with women marrying after age 20 being 2.57 times more likely to test positive (OR 2.57; 95% CI: 1.021–6.463). Previous cervical cancer screening approached significance (P = 0.068), suggesting that women with a screening history had 2.46 times the odds of positive results (OR 2.46; 95% CI: 0.936–6.483).
Conclusion
The study emphasizes the role of reproductive factors, particularly age at first marriage, in influencing VIA positivity. Targeted public health interventions are crucial for improving cervical cancer prevention and screening in this community.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Shafira
"Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker paling umum kedua di kalangan wanita Indonesia, dengan insiden tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena akses terbatas pada pencegahan dan pengobatan. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah alat skrining yang banyak digunakan untuk deteksi dini lesi prekanker serviks di daerah dengan sumber daya terbatas. Studi ini meneliti prevalensi hasil IVA. Abnormal dalam program skrinign yang dilakukan di Cipinang Melayu, Jakarta, dari tahun 2019 hingga 2022.
Metode
Penelitian deskriptif cross-sectional ini menggunakan data sekunder dari program skrining IVA oleh Female Cance Programme (FCP) FKUI. Data dari 3.231 partisipan Wanita dianalisis untuk hasil IVA abnormal, termasuk servisitis (ringan, sedang, berat), hasil IVA positif, dan dugaan kanker serviks. Tingkat prevalensi dikalkulasi untuk setiap hasil abnormal, termasuk kondisi ginekologi lainnya.
Hasil
Dari sampel yang valid, 2.5% (n = 77) dinyatakan positif IVA, 3.63% (n = 114) didiagnosis dengan servisitis, dan 0.06% (n = 2) dicurigai kanker serviks. Servisitis sedang adalah diagnosis yang paling umum (2%). Kondisi ginekologi lainnya termasuk polip dan kista, ditemukan pada 1.4% partisipan. Ada pengurangan partisipasi skrining yang signifikan pada tahun 2020 akibat pandemic COVID-19, namun terjadi peningkatan hasil IVA positif pada tahun 2022.
Kesimpulan
Prevalensi hasil IVA positif dan servisitis dalam studi ini lebih rendah disbandingkan dengan studi serupa yang dilakukan di Indonesia dan negara lain. Namun, penelitian ini menunjukkan pentingnya upaya skrining yang konsisten untuk mendeteksi lesi prekanker sejak dini. Studi longitudinal diperlukan untuk melacak perkembangan dan mengkonfirmasi temuan awal serta menilai perkembangan penyakit.

Introduction
Cervical cancer is the second most common cancer in Indonesian women, with a high incidence in low- and middle-income countries due to limited access to prevention and treatment. Visual Inspection with Acetic Acis (VIA) is a widely used screening tool for screening of precancerous cervical lesions in resource-limited settings. This study examined the prevalence of abnormal VIA results in a screening program conducted in Cipinang Melayu, Jakarta, from 2019 to 2022.
Method
This descriptive cross-sectional study utilized secondary data from the Female Cancer Programme (FCP) FKUI VIA screening program. Data from 3,231 female participants were analyzed for abnormal VIA findings, including cervicitis (mild, moderate, severe), positive VIA results, and suspected cervical cancer. Prevalence rates were calculated for each abnormal result including other gynaecological conditions.
Results
Out of each corresponding valid sample, 2.5% (n = 77) tested VIA-positive, 3.63% (n = 114) were diagnosed with cervicitis, and 0.06% (n = 2) were suspected of cervical cancer. Moderate cervicitis was the most common diagnosis (2%). Miscellaneous gynaecological conditions, including polyps and cysts, were identified in 1.4% of participants. There was a notable reduction in screening participation in 2020 due to the COVID-19 pandemic, but an increase in VIA-positive results in 2022.
Conclusion
The prevalence of VIA-positive results and cervicitis in this study is lower compared to similar studies conducted in Indonesia and other countries. However, the study highlights the importance of consistent screening efforts to detect precancerous lesions early. Longitudinal studies are required to track progression and to confirm initial findings and assess disease progression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library