Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 3 Document(s) match with the query
cover
Oimolala Putrawan
"Pada akhir kuartal ketiga tahun 2020, Indonesia mencapai elektrifikasi nasional sebesar 98.9%. Daerah terpencil menjadi alasan belum tercapainya 100% elektrifikasi nasional ini. Hal tersebut terjadi dikarenakan faktor demografi, seperti populasi yang sedikit dan pendapatan yang kecil, serta batasan geografis dan ekonomi untuk membangun pembangkit listrik konvensional. Untuk mengatasi masalah ini, pembangkit listrik hidro tenanga vorteks bisa menjadi solusi alternatif dalam pembangkitan listrik bahkan di daerah terpencil karena biaya operasi dan perawatan yang rendah serata mudah untuk dibangun dibandingkan pembangkit listrik terbarukan lainnya. Pembangkit listrik tenaga vorteks ini dapat menghasilkan listrik mencapai 5 kW dengan tinggi jatuh dan debit yang rendah. Untuk meningkatkan performa turbin, dilakukan studi terhadap ukuran sudu dan kedalaman untuk melihat pengaruhnya pada efisiensi turbin. studi dilakukan secara numerik menggunakan Ansys Fluent dengan tinggi jatuh 1.03 m dan debit 0.16 m3/s. Terdapat sembilan konfigurasi pada studi ini dengan variasi rotor berukuran 200 mm, 350 mm, 500 mm dan kedalaman turbin sebesar 270 mm, 340 mm, 410 mm. Hasil menunjukkan bahwa ukuran rotor terbesar dan kedalaman terendah memberikan performa tertinggi pada studi ini.

In the end of third quartal of 2020, 98.9% Indonesia’s national electrification ratio has been reached. The obstruction of 100% electrification is occuring in remotes areas. It is caused by demographical factors, including small population and incomes, accompanied by geographic and economic restriction on installing conventional power plant. To overcome this problem, gravitational water vortex turbine power plant can be an alternative to generate electricity even in most remotes area since it offers low cost in operating and maintenance as well as easy to manufacture compared to other type renewable energy power plant. It can generate electricity up to 5 kW capacity with low head and flow rate. In order to optimize the turbine performance, a study arranged to evaluate the effect of blade size and depth onto efficiency of the turbine. The study conducted numerically using Ansys Fluent within assumption of 1.03 m head and 0.16 m3/s flow rate. There are nine configuration in this study with varying rotor size of 200 mm, 350 mm, 500 mm and turbine depth of 270 mm, 340 mm, 410 mm. Result of study leads to conclusion that largest size and upper top posisition give highest performance of the turbine."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`adz Syawali
"Menteri ESDM Indonesia menyatakan bahwa 2% dari total seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 5.2 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses listrik. Padahal Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar, salah satunya adalah energi air. Potensi energi air di Indonesia sebesar 46 GW yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kapasitas besar, medium, dan kecil. Tipe kapasitas kecil terbagi menjadi mini, mikro, dan piko dan sangat cocok untuk dipasang di wilayah terpencil Indonesia dikarenakan ruang yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Proses konversi energi air menjadi energi listrik dilakukan dengan menggunakan turbin air. Salah satu contoh turbin air adalah turbin vorteks. Turbin vorteks merupakan jenis turbin piko hidro baru dengan memanfaatkan basin/saluran untuk membentuk fenomena vorteks secara natural. Energi vorteks dari air dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dengan memutar turbin vorteks. Studi ini berfokus pada penjelasan secara detail mengenai pengaruh diameter orifice dan letak pemasangan sudu tipe lurus terhadap unjuk kerja turbin vorteks secara numerik. Studi numerik dilakukan dengan memberikan 5 variasi rasio diameter orifice terhadap basin (0.14, 0.15, 0.16, 0.17, dan 0.18) dan 3 variasi rasio kedalaman pemasangan sudu turbin (0.1Ht, 0.2Ht, dan 0.3Ht) dengan variasi putaran turbin sebesar 150, 200, 250, 300, dan 400 rpm. Ditemukan bahwa efisiensi optimal dan juga maksimum sebesar 56% didapat ketika rasio diameter orifice terhadap basin sebesar 0.14 dengan putaran turbin sebesar 300 rpm. Selain itu, untuk letak kedalaman pemasangan sudu, rasio 0.1Ht dan putaran turbin sebesar 300 rpm memberikan nilai efisiensi maksimum sebesar 58%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvi Arya Ramadhan
"Hasil pertemuan COP 26 (Conference of the Parties 26th) Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa berkomitmen untuk menekan laju percepatan perubahan iklim akibat emisi karbon dengan menggantikan energi berbahan baku fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT). Indonesia menargetkan pada tahun 2060 phase out batu-bara diganti EBT pada tahun 2056. Sebagai negara tropis yang dialiri banyak sungai dan terdapat banyak danau, Indonesia memiliki potensi energi air sebesar 75.000 MW. Dibeberapa daerah terpencil keperluan daya listrik yang digunakan skala piko (< 5kW). Turbin vortek dipilih karena cocok untuk aliran sungai dengan tinggi jatuh air rendah, biaya pemeliharaan dan konstruksi murah, serta ramah untuk ekosistem dalam air. Studi ini bertujuan mengetahui perbandingan kinerja vortek terhadap perbedaan bentuk sudu skala piko. Studi ini dilakukan dengan variasi bentuk sudu lurus, miring, dan melengkung. Berdasarkan seluruh hasil studi turbin vortek dapat disimpulkan bahwa bentuk sudu terbaik yang diperoleh secara analitik, numerikal dan eksperimenal adalah sudu miring dengan effisiensi hidrolik sebesar 68% untuk analitikal, 36%, untuk numerical, dan 29% untuk eksperimenal. Perbedaan efisiensi antara perhitungan analitikal, numerikal dan eksperimenal terjadi karena adanya beberapa kerugian-kerugian yang tidak dapat dihitung dalam perhitungan metode eksperimenal.

The results of the COP 26 (Conference of the Parties 26th) meeting of the United Nations Framework Convention are committed to reducing the rate of acceleration of climate change due to carbon emissions by replacing energy made from fossil fuels into new and renewable energy (EBT). Indonesia targets that in 2060 the coal phase out will be replaced by renewable energy in 2056. As a tropical country with many rivers and many lakes, Indonesia has a water energy potential of 75,000 MW. In some remote areas, the need for electrical power is pico scale (< 5kW). The vortex turbine was chosen because it is suitable for river flow with low water fall, relatively low maintenance and construction costs, and friendly to the aquatic ecosystem. This study aims to compare the performance of the vortex to the differences in the shape of the pico scale blade. This study was carried out with variations in the shape of the straight, tilted, and curved blades. Based on all the results of the vortex turbine study, it can be concluded that the best blade shape obtained analytically, numerically and experimentally is an inclined blade with a hydraulic efficiency of 68% for analytical, 36%, for numerical, and 29% for experimental. The difference in efficiency between analytical, numerical and experimental calculations occurs because of some losses that cannot be calculated in the calculation of the experimental method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library