Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Agus Saefulah
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari disparitas/perbedaan upah antara pekerja penyandang disabilitas dan non-penyandang disabilitas dengan menggunakan metode dekomposisi Blinder-Oaxaca. Dari data Sakernas Agustus 2016, dekomposisi upah menghasilkan temuan pekerja laki-laki penyandang disabilitas menerima upah yang lebih besar dibandingkan non-penyandang disabilitas, sedangkan pada pekerja perempuan tidak terdapat perbedaan upah antar kelompok tersebut. Faktor tak-terjelaskan (unexplained) tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perbedaan upah pekerja laki-laki penyandang dan non-penyandang disabilitas. Faktor endowment berpengaruh signifikan terhadap perbedaan upah di mana karakteristik yang paling berpengaruh adalah karakteristik masa kerja dan pendidikan menengah.
This research aims to study wage disparity/differentials between workers with disabilities and their counterparts using the Blinder-Oaxaca Decomposition Method. The decomposition results on the national labor force survey (Sakernas, August 2016) data found that male workers with disabilities received a significantly greater offer wages than their counterparts, and for female workers there is no difference in offer wages between them. The unexplained factors insignificantly contribute to wage differentials of male workers with disabilities and their counterparts. The endowment factors significantly contribute to wage differentials with larger part due to differences in job tenure and secondary education characteristics between male workers."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47712
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Salwa Kholifah
"Faktanya, kebutuhan pasar pasti meningkat dari tahun ke tahun, begitu pula dengan peluang dan risiko yang menyertainya. Seperti perusahaan yang melakukan ekspansi global dan menjadi perusahaan multinasional untuk memperluas pasarnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin, mereka akan dihadapkan pada kompleksitas manajemen yang mungkin berbeda secara signifikan antara negara asal mereka dan negara tujuan akibat perbedaan budaya dan sistem regulasi. Salah satu kompleksitas manajemen dalam menangani sumber daya manusia secara global adalah mengenai kompensasi. India yang menyandang predikat sebagai negara dengan populasi ekspatriat terbesar di dunia juga menduduki peringkat keenam dengan populasi ekspatriat perempuan di antara beberapa negara Asia. Terkenal dengan biaya tenaga kerja yang rendah bagi penduduk lokalnya, sayangnya India juga terkenal dengan disparitas kesenjangan upah gender yang sangat besar yang terjadi karena budaya patriarkinya. Diperkirakan 67 persen perempuan lokal di India ditemukan mendapat upah lebih rendah dari pria dikarenakan adanya diskriminasi gender. Lingkungan kerja yang tidak nyaman tidak dapat disangkal akan terjadi antara perempuan ekspatriat dan perempuan lokal karena upah ekspatriat yang mungkin lebih tinggi daripada penduduk lokal sehingga menyebabkan kepuasan kerja yang rendah, kinerja yang buruk, dan berakhir dengan tingginya turnover rate. Dengan biaya tenaga kerja yang rendah di India dan seksisme di tempat kerja yang memperburuk disparitas upah antara perempuan ekspatriat dan penduduk lokal, lingkungan kerja yang beragam dan inklusif serta pencarian pendekatan kompensasi yang sesuai diperlukan bagi perusahaan multinasional di India dan begitu pula dukungan dari keterlibatan pemerintah India dalam mengatasi diskriminasi gender di tempat kerja.
In a point of fact, market needs inevitably increase throughout the years and so do the opportunities and the risks that follow. In the same way as companies going global and becoming a multinational enterprise to enhance their market size for they gain as much profit as possible, they are posed to the management complexities that might differ significantly between their home country and the host countries due to the difference of culture and system regulations. One of the management complexities in dealing with human resources globally is regarding compensation. India and its title as the world’s largest expatriate population also ranked in the sixth place with its female expatriate population among several Asian countries. Famous for its low labour costs for its locals, unfortunately, India is also famous for its huge disparity of the gender pay gap that occurs due to its well-known patriarchal culture. An estimation of 67 percent of local females in India found to get a lower wage compared to male due to gender discrimination. An uncomfortable work environment will undeniably occur between the female expatriates and locals as the expats wages might be higher than the locals for it leads to a low job satisfaction, poor performance, and subsequently results in high turnover rate. With India’s low labour cost and sexism in the workplace worsening the wage disparity between female expatriates and locals, a diverse and inclusive work environment along with seeking for an appropriate compensation approach are needed for MNEs in India and so do the support from India's government involvement in addressing gender discrimination in the workplace."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library