Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwipuji Rahayu
"Bijih nikel laterit merupakan salah satu sumber mineral terbesar yang terdapat di Indonesia. Bijih ini memiliki potensial yang sangat besar untuk dilakukan proses pengolahan dan pemurnian, namun membutuhkan energi yang tinggi dalam pemisahan mineral ataupun mineral ikutan, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan tahap pra-reduksi yaitu proses reduksi karbotermik. Proses reduksi karbotermik banyak digunakan untuk bijih nikel tipe saprolit, dimana proses tersebut membutuhkan reduktor untuk mereduksi bijih nikel laterit menjadi logam nikel murni.
Reduktor yang umum digunakan adalah batu bara dan kokas. Namun, pada penelitian ini dilakukan pengembangan proses reduksi karbotermik bijih nikel laterit tipe saprolit menggunakan reduktor biomassa, yaitu cangkang kelapa sawit. Dalam penelitian, digunakan bijih nikel laterit dari Halmahera Timur dan cangkang kelapa sawit dari limbah perkebunan kelapa sawit di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Bijih nikel laterit direduksi ukurannya hingga menjadi partikel serbuk 270.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap hasil reduksi karbotermik bijih nikel laterit, dengan temperatur dan rasio massa dibuat konstan. Variasi waktu reduksi yang diuji dalam penelitian ini adalah 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Seluruh sampel diuji pada temperatur 800oC dan rasio massa 1:4 bijih nikel laterit:cangkang kelapa sawit yang dimasukkan ke suatu krusibel dan reduksi karbotermik dilakukan di dalam melting furnace.
Hasil XRD menyatakan bahwa peak yang terbentuk sudah dapat mereduksi hematite atau magnetite menjadi wustite pada waktu reduksi 1 jam. Hasil XRF menunjukkan bahwa pada waktu reduksi selama 1 jam merupakan waktu optimum karena kandungan unsur Nikel dan Nikel Oksida NiO didapatkan paling tinggi diantara variasi waktu lainnya.

Lateritic nickel ore is one of the biggest mineral source in Indonesia. There is large potential to acquire high concentration of nickel by processing and refining the ore, but because there is high energy use for mineral separation or gangue minerals processing, the cost will be high. Therefore, to resolve that problems, the pre reduction stage called carbothermic reduction process is carried out. Carbothermic reduction process usually used for saprolite which needs a reductor for the reduction reaction of lateritic nickel ore to produce pure nickel.
Common reductor used are coal and cokes. In this study, development on carbothermic reduction of saprolite type of lateritic nickel ore using biomass reductor palm kernel shell is conducted. The lateritic nickel ore used are obtained from Halmahera Timur and the palm kernel shells are obtained from the waste of palm oil plantation at Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Size of the ore are reduced to powder particle with 270 size.
The purpose of this study is to find out the effect of reduction time variation on carbothermic reduction result of lateritic nickel ore with constant temperature and mass ratio value. Reduction time variation used in this study are 1, 2, 3, and 4 hours. All samples are tested at 800oC with mass ratio of 1 4 lateritic nickel ore palm kernel shell which are put into a crucible and then the carbothermic reduction process done in an melting furnace.
Peak formed on XRD results show that the process can reduce hematite or magnetit to wustite within one hour. XRF results show that reduction time of one hour is the optimum time because nickel and nickel oxide NiO content are highest compared to other time variation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranaya Ganendra Putra
"Baja adalah salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia. Baja digunakan dalam berbagai aplikasi seperti, otomotif, gadget elektronik, bahan struktural, dll. Dengan demikian, dibutuhkan bijih besi dalam jumlah yang besar untuk diolah demi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Bijih besi kadar tinggi menjadi langka karena produk mereka menghasilkan produk besi bermutu tinggi. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah dengan memanfaatkan bijih besi kadar rendah. (Fe total <60% massa). Dalam penelitian ini, bijih besi kadar rendah dari Lampung, Indonesia direduksi menggunakan batubara subbituminous dari Kalimantan, Indonesia. Dengan memanfaatkan reduksi langsung, pig iron nugget berhasil diproduksi. Terak pig iron nugget kemudian diperiksa lebih lanjut dengan XRD, XRF, SEM-EDAX. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdiri dari dua elemen, suhu dan waktu. Variabel yang disebutkan adalah: 1450 & 1400 ° C untuk variabel suhu dan 40 & 30 menit untuk waktu holding. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa terak yang telah dihasilkan cukup mirip dari segi morfologi dan mikro, tetapi hanya sample1.400°C / 30 menit yang memiliki perbedaan. Sample tersebut memiliki pori-pori di dalamnya dan memiliki jumlah tertinggi karbon dan Fe (wt%) di dalamnya. Fase dalam terak juga sebagian besar amorphous kecuali sample 1450°C / 30 menit yang menyatakan bahwa slag memiliki fase SiO2 dan memiliki carbon didalamnya.

Steel is one of the most important aspects in the human lives. Steel is used in many applications such as, automotive, electronic gadgets, structural materials, etc. Thus, needing large amounts of iron ores to be processed for that demands. High-grade iron ores has become scarce due to its high-grade iron products. One of the solution for this problem is by utilizing low-grade iron ores (total Fe < 60 mass%). In this research, a low grade iron ore from Lampung, Indonesia was reduced using a subbituminous coal from Kalimantan, Indonesia. By utilizing direct reduction, pig iron nugget was successfully produced. The pig iron nuggets slag was then further examined using XRD, XRF, and SEM-EDAX. In this research, the controlled variables which are used consists of two elements, temperature and time. The variables mentioned are: 1450 & 1400°C for the temperature variable and 40 & 30 minutes for the holding time variable. From this research, it was found that the slags which has been produced are quite similar in morphology and microstructure, besides the 1400°C/30 minutes which has pores in it and has the highest amount of carbon and Fe wt% in it. The phases in the resulted slags are also mostly amorphous except the 1450°C/30 minutes which states that the slag has a SiO2 phase and also has carbon reside in it.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library