Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laude, J.P.
New York : Prentice-Hall, 1993
621.369 2 LAU w (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha E. M. Purwaningsih
Abstrak :
ABSTRACT
The study establishes the thickness and distribution of the ?X? sandstone reservoir in the ASA Field that is located at the southern margin of West Natuna Basin, southwestern South China Sea. The field is located on top of the ?D? horst, which is bordered by the east-northeast (ENE) -west-southwest (WSW) trending basement ridge on the south. By application of discrete Fourier transform (DFT) on high-resolution 3D seismic data over a short window covering the geologic zone of interest, the amplitude spectra of an ?X? sandstone prone channel can help delineate temporal bed thickness variability and sandstone distribution. Spectral decomposition is just valid for analysis covered one wavelet seismic that will decrease the noise, so that all of frequency range until Nyquist frequency can be used for analysis. Noise appearance can be used to determine geological boundaries such as channels and sand bars, but it cannot be used for the thickness estimation. The maximum value of the first peak frequency will determine the thinnest layer observable within analysis window. The average tuning thickness ranges is from 30 to 40 feet. The thinnest detectable layer is about 12 feet that are found at the finite area, this is equal with 1/12λ, where λ is seismic wavelet wavelength. The tuning thickness of the sandstone reservoir detected by spectral decomposition analysis is thinner than conventional tuning calculation which is about 35 feet on ¼λ. The paleo-stream flow is interpreted to be from northwest to southeast across the study area based on spectral decomposition analysis. Faulting was not active during ?X? sandstone deposition as evidenced by lack of downthrown thickening and continuity of interpreted sand bars across faulted area. Based on this study, more advance study is recommended to be done to understand the optimum window length for spectral decomposition analysis especially using more than one seismic wavelet to determine sand distribution and its thickness. More advanced method of spectral decomposition analysis is necessary to detect, within one seismic wavelet, variation in bulk rock properties from which inferences regarding depositional environment and lithology can be made.
2007
T21354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bukhari
Abstrak :
Perkembangan teknologi informasi yang menggabungkan transmisi data, gambar, dan suara sudah sangat pesat. Teknologi ini membutuhkan bandwidth transmisi yang sangat besar. Solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sistem telekomunikasi fiber optik. Salah satu metoda transmisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan bandwidth adalah menggunakan sistem wavelength division multiplexing (WDM). Untuk tujuan tersebut berbagai disain komponen sudah dianalisa dengan berbagai metoda. Mach-Zehnder interferometer (MZI) merupakan kandidat yang paling mungkin untuk. merealisasikan maksud tersebut. Tulisan ini membahas tentang MZI yang dapat digunakan sebagai salah satu komponen pasif dalam sistem WDM. Metoda yang dipakai untuk analisa komponen tersebut adalah menggunakan coupled mode theory (CMT) untuk direksional kopler yang merupakan komponen dasar pembentuk MZI, dan analisa MZI menggunakan matrik propagasi. Parameter yang di gunakan dalam analisa ini adalah silika karena material ini digunakan untuk membuat fiber optik, sehingga kopling antara MZI dan fiber optik dapat diminimalkan. Untuk merealisasikan MZI pada rentang gelombang 1.5 gm -1.55 µm, beberapa buah MZI diparalelkan dan panjang gelombang yang dimaksud diluncurkan pada masukan (input) MZI. Dari basil analisa diperoleh kesimpulan bahwa MZI dapat digunakan sebagai komponen dasar WDM. Namun pemilihan pararnater yang tepat hares dilakukan untuk memperoleh rentang panjang gelombang pada system WDM yang diinginkan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Putri Shabira
Abstrak :
Teknologi mengalami banyak perkembangan dalam 10 tahun terakhir ini salah satunya adalah dalam bidang telekomunikasi. Kebutuhan ini mendorong lahirnya 5G yang diharapkan dapat mendukung Massive Machine Type Communication (mMTC), Enhanced Mobile Broadband (eMBB), dan Ultra-Reliable and Low Latency Communication (uRLLC). Dalam mendukung aplikasi ini dibutuhkan kecepatan pengiriman data yang tinggi terutama pada jaringan fronthaul untuk mendukung akses radio ke pengguna. Gelombang milimeter (mmWave) dapat mengakomodasi radio dengan kecepatan tinggi dan latensi yang rendah sehingga dapat digunakan untuk aplikasi fronthaul 5G di daerah padat penduduk. Penelitian ini merancang sistem Wavelength Division Multiplexing (WDM) Radio over Fiber (RoF) berbasis gelombang milimeter dan melakukan optimasi sistem dengan fiber bragg grating (FBG). Hasil penelitian menunjukkan rancangan sistem WDM-Radio over Fiber telah memenuhi standar untuk skema downstream pada jarak 20 km dengan peak bit rate 20 Gbps, sedangkan skema upstream dengan peak bit rate 10 Gbps. Rancangan sistem WDM Radio over Fiber berbasis gelombang milimeter tersebut berhasil dicapai karena adanya pengaruh dari penambahan Fiber Bragg Grating (FBG) dan Semiconductor Optical Amplifier (SOA). SNR rangkaian final mengalami penurunan sebesar 5,55% untuk downstream dan 4,4% untuk upstream akibat penambahan komponen seperti penguat sinyal dan kompensator pada rangkaian. ......Technology has undergone many developments in the past 10 years, one of which is in the field of telecommunications. This need has driven the emergence of 5G, which is expected to support Massive Machine Type Communication (mMTC), Enhanced Mobile Broadband (eMBB), and Ultra-Reliable and Low Latency Communication (uRLLC). Supporting these applications requires high-speed data delivery, especially in fronthaul networks to support radio access to users. Millimeter waves (mmWave) are capable of providing high-speed radio transmission with low latency, making them suitable for 5G fronthaul applications in densely populated areas. This research designs a Wavelength Division Multiplexing (WDM) Radio over Fiber (RoF) system based on millimeter waves and optimizes the system with fiber Bragg grating (FBG). The research results show that the WDM-Radio over Fiber system design has met the standards for downstream schemes at a distance of 20 km with a peak bit rate of 20 Gbps, while the upstream scheme with a peak bit rate of 10 Gbps. The WDM Radio over Fiber system design based on millimeter waves was successfully achieved due to the influence of the addition of Fiber Bragg Grating (FBG) and Semiconductor Optical Amplifier (SOA). The SNR of the final circuit decreased by 5.55% for downstream and 4.4% for upstream due to the addition of components such as signal amplifiers and compensators in the design.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam tahun belakangan ini hasil J>penyelidikan menunjukkan kemajuan yang pesat sekali tentang peranti photonics yang canggih dnn teknik yang membolehkan pemrosesan sinyal secara langsung dalam hentuk optik. Bidang investigasi ini meliputi Wavelength-Division Multiplexing (WDM), hubungan secara optik (optical switching), coherent detection, tunable laser diodes, penguat secara optik (optical amplifiers), dan filter panjang gelombang (wavelength filters).

Dalam sistem komunikasi modem~ pelayanan informasi pita sempit/lebar dan data kecepatan tinggi serta pelayanan informasi video diharapkan terintegrasi dalam satu jaringan telekomunikasi. Sistem transmisi secara optik dan sistem hubungan (switching) secara optik diharapkan untuk memajukan pengembangan sistem komunikasi terpadu ini.

Dalam makalah ini akan dikaji sistem komunikasi serat optik yang terintegrasi dalam jaringan multihop (multihop networking) dengan menggunakan teknik pemrosesan secara optik. Kajian dititik beratkan pada analisis laju informasi maksimum (BTma1u) dan kapasitas jaringan serat optik (C).

Hasil analisis menunjukkan bahwa laju informasi dan kapasitas jaringan untuk jaringan dengan menggunakan sumber Injection Laser Diodes (ILD) mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sumber Light Emitting Diodes (LED). Laju informasi maksimum ILD = 2121,212 Mbps dan LED = 254,545 Mbps. Kapasitas jaringan ILD = 1060,606 Mbps dan LED = 127,272 Mbps. Laju informasi dan kecepatan bit yang diperoleh sudah memenuhi kecepatan bit standard untuk multimedia pada tahun 1989 hingga saat ini (tahun 2000).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Our research present a source of correlated photon pairs in Abrikosov-Balseiro-Russell (ABR) formalism that relies on spontaneous scattering in Sr-30, microstructure. Quantum correlations are shown between photon pairs that are generated through four-photon scattering where the pump photons are degenerate at a wavelength of ?49 mm with 2.1 x 10 currie/mm fast thermal neutron floating; and the signal also idler photons are nondegenerated at wavelength of 737 nm and 76 l nm, respectively. In non- Abellian system for ABR formalism, the quantum approaching will be shown Cerenkov's effect existing then the Canadian Deuterium Uranium (CANDU) nuclear reactor using by Sr;O; matrix to be barter for 2.1 x 10'3 currie/mm fast thermal neutron floating before the anti- neutrino particle shown up. Careful adjustment of the pump wavelength and polarization in Dirac's condition are shown to be critical to observing quantum correlations.
Jurnal Teknologi; Vol. 19 (3) September 2005 : 250-259, 2005
JUTE-19-3-Sep2005-250
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syafiq Maulana Al Faruq
Abstrak :
Kebutuhan pada jaringan komunikasi dengan kecepatan dan kapasitas yang tinggi terus meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi 5G yang diterapkan pada Radio over Fiber yang disertai Wavelength Division Multiplexing dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transmisi Radio over Fiber yang melingkupi data rate, panjang kabel fiber optik, dan frekuensi radio. Dengan mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut, dilakukan perancangan skema fronthaul berbasis fiber optik yang mendukung aplikasi 5G. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan data rate menghasilkan peningkatan kemungkinan terjadinya inter-symbol interference (ISI) dan peningkatan frekuensi radio meningkatkan kapasitas sebelum akhirnya mengalami saturasi pada frekuensi 40 Ghz, sedangkan panjang kabel fiber optik tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Perancangan skema fronthaul dilakukan dengan frekuensi radio 26 GHz yang disertai penggunaan WDM, optical amplifier, dan dispersion compensating fiber (DCF). Simulasi pada skema upstream dan downstream yang dilakukan menunjukkan bahwa rancangan telah memenuhi target spesifikasi yang ditetapkan ITU dengan Q factor lebih besar dari 6 dan BER lebih kecil dari 10-9 pada setiap kanal. Penelitian dapat dikembangkan dengan menggunakan frekuensi radio yang tinggi dengan data rate yang lebih besar dan jangkauan kabel fiber optik yang lebih jauh. ......The demand for high-speed and high-capacity communication networks continues to increase along with the advancement of information and communication technology. 5G technology applied to Radio over Fiber accompanied by Wavelength Division Multiplexing (WDM) can meet these needs. A study was conducted to identify the factors affecting Radio over Fiber transmission, which include data rate, fiber optic cable length, and radio frequency. By understanding the impact of these factors, a fiber optic-based fronthaul scheme supporting 5G applications was designed. The study results show that increasing the data rate leads to a higher likelihood of inter-symbol interference (ISI), and increasing the radio frequency enhances capacity until it saturates at 40 GHz, while the fiber optic cable length does not have a significant impact. The fronthaul scheme was designed using a 26 GHz radio frequency, accompanied by WDM, optical amplifiers, and dispersion compensating fiber (DCF). Simulations of the upstream and downstream schemes demonstrated that the design meets the ITU's target specifications with a Q factor greater than 6 and a BER less than 10^-9 for each channel. The research can be further developed by utilizing higher radio frequencies with higher data rates and longer fiber optic cable reach.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Agus Salim
Abstrak :
Persaingan antar penyedia jasa layanan di dunia telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan telekomunikasi harus meningkatkan kinerja pelayanannya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi agar biaya operasional perusahaan dapat ditekan. Oleh sebab itu, PT. Bakrie Telecom, Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan. Salah satunya adalah merencanakan pembangunan jaringan serat optik yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Bandung. Pada skripsi ini, akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (dense wavelength division multiplexing) yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Bandung. Parameter yang digunakan pada perencanaan ini meliputi redaman sambungan (splice), redaman konektor, redaman serat optik dan jumlah penguat optik. Perhitungan power link budget dan rise time budget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan, sudah memenuhi criteria dan layak untuk diimplementasikan di lapangan. Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini layak untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan 2 buah penguat, power link budget dapat menjangkau jarak tempuh transmisi sejauh 243 km, sedangkan jarak tempuh link Bogor ? Bandung sejauh 200.9 km dan nilai rise time budget total semua sublink setelah di tambahkan satu DCM P/80 sebesar 61.3638 ps, sedangkan nilai rise time budget sistem sebesar 280 ps.
Nowadays, competition of telecommunication operator business is very tight, so every operator must to increase their service and able to using technology to decrease operational cost company. So, PT. Bakrie Telecom, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of it policy are build plan optical fiber network for link Bogor ? Bandung. This paper describes planning of DWDM network fiber optic link Bogor ? Bandung. For this planning, we use parameters that consist of splice loss, connector loss, fiber loss and amount of optical amplifier. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning sre appropriate and suitable to implementation it. The result of calculation showed that this planning is appropriate and suitable to implementation. It proved by using 2 optical amplifier, power link budget can reach 243 kilometers of transmission distance, whereas the distance of Bogor ? Bandung is 200.9 kilometers and total value sublink rise time budget after added one piece of DCM P/80 are 61.3638 ps, whereas value of rise time budget system is 280 ps.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52305
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Maya Armys Roma
Abstrak :
Beragamnya layanan informasi semakin menuntut kehandalan jaringan yang memadai, dan persaingan antar pemberi layanan telekomunikasi yang semakin ketat berakibat pada meningkatnya tuntutan sistem transmisi yang memiliki kapasitas bandwidth besar dan kualitas yang tinggi. Oleh sebab it, PT INDOSAT,Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan beberapa kebijakan. Salah satunya dengan merencanakan pembangunan serat optik DWDM untuk jalur Semarang - Solo - Jogyakarta. Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexer) yang menghubungkan kota Semarang - Solo - Jogyakarta. Parameter yang digunakan pada perencanaan ini meliputi redaman sambungan splice, redaman konektor dan redaman serat optik. Perhitungan power link budget dan rise time bidget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan sudah memenuhi kriteria dan layak dimplementasikan dilapangan. Hasil perhitungan BER menunjukkan kualitas sistem transmisi. Hasil pengukuran OTDR menunjukkan apakah redaman yang terjadi disepanjang jalur perencanaan memenuhi redaman di perencanaan. Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini tidak menggunakan penguat karena jarak jangkau maksimum tanpa penguat 174.7 km, dimana jarak perencanaan terjauh 115 km. Nilai rise time jalur perencanaan lebih kecil dari nilai rise time sistem setelah ditambahkan DCM un tuk setiap jalurnya.
Multiple information service that need nowadays, demand the reliability of network more than enough, and competition of operator business is very tight, as the result, the demand of the transmission system to increase capacity, to enlarge bandwidth, and good quality is increasing. So, PT. Bakrie Telecom, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of it policy are build plan optical fiber network for link Semarang ' Solo ' Jogyakarta. This paper describes planning of DWDM network fiber optic link Semarang ' Solo - Jogyakarta. For this planning, we use parameters that consist of splice loss, connector loss, fiber loss and amount of optical amplifier. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning are appropriate and suitable to implementation it. Calculation BER udes to determine quality of transmission system. The result of Measurement OTDR determine whether the attenuation on link appropriate to attenuation of calculation. The result of calculation showed that this planning is not using amplifier because of power link budget can reach 174.7 kilometers of transmission distance without amplifier, whereas the longest distance of link planning is 115 kilometers.The value of rise time budget after added DCM for each link smaller than rise time budget system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51410
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yorashaki Martha Leza
Abstrak :
Beragamnya layanan informasi semakin menuntut kehandalan jaringan yang memadai, dan persaingan antar penyedia jasa layanan di dunia telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan harus meningkatkan kinerja pelayanannya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi agar biaya operasional perusahaan dapat ditekan. Oleh sebab itu, PT.Telkom Indonesia,Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan beberapa kebijakan, salah satunya adalah merencanakan pembangunan jaringan serat optik DWDM yang menghubungkan Jakarta dengan Banten. Pada skripsi ini, akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) link Jakarta?Banten, dengan melihat dari kecenderungan pertumbuhan kebutuhan bandwidth terhadap jumlah pelanggan pada layanan Metro-E, diprediksikan kebutuhan bandwidth pada triwulan III tahun 2011 adalah 26,08 Gbps hingga triwulan IV tahun 2014 adalah 69,59 Gbps. Dengan kapasitas bandwidth 70Gbps dan kehandalan margin sistem sebesar 3 dB yang mampu mengkompensasi penambahan redaman pada optik. Perhitungan power link budget dan rise time budget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan sudah memenuhi kriteria untuk diimplementasikan di lapangan. Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini telah memenuhi kriteria untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan 1 buah penguat, power link budget dapat menjangkau jarak tempuh transmisi sejauh 192 km, sedangkan jarak tempuh link Jakarta-Banten sejauh 153,66 km. Nilai rise time jalur perencanaan yang melebihi nilai rise time sistem akan terkompensasi setelah ditambahkan DCM pada jalur tersebut, dimana nilai rise time budget sistem sebesar 70 ps.
Diversity of information services are increasingly demanding an adequate network reliability, and competition among providers of telecommunications services currently was increasingly stringent. So that, every operator must to increase their service and able to using technology to decrease operational cost company. Therefore, PT.Telkom Indonesia, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of the policy are building plan of DWDM optical fiber network for link Jakarta - Banten. This thesis describes planning of DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) network fiber optic link Jakarta?Banten. From the trend growth of bandwidth requirements and the number of subscribers predicted that bandwidth requirements in the third quarter of 2011 is 26,08 Gbps and in the fourth quarter of 2014 is 69,59 Gbps. With the capacity of bandwidth is 70Gbps and reability of margin system is 3 dB that capable to compensate the attenuation in optical. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning are appropriate to implemented. The result of calculation showed that this planning is appropriate to implemented. It proved by using 1 optical amplifier, power link budget can reach 192 kilometers of transmission distance, whereas the distance of Jakarta?Banten is 153,66 kilometers. Value of rise time budget planning which higher than rise time budget system will be compensated after adding DCM on that sublink, whereas value of rise time budget system is 70 ps.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1857
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>