Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bukhari
"Perkembangan teknologi informasi yang menggabungkan transmisi data, gambar, dan suara sudah sangat pesat. Teknologi ini membutuhkan bandwidth transmisi yang sangat besar. Solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sistem telekomunikasi fiber optik. Salah satu metoda transmisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan bandwidth adalah menggunakan sistem wavelength division multiplexing (WDM). Untuk tujuan tersebut berbagai disain komponen sudah dianalisa dengan berbagai metoda. Mach-Zehnder interferometer (MZI) merupakan kandidat yang paling mungkin untuk. merealisasikan maksud tersebut.
Tulisan ini membahas tentang MZI yang dapat digunakan sebagai salah satu komponen pasif dalam sistem WDM. Metoda yang dipakai untuk analisa komponen tersebut adalah menggunakan coupled mode theory (CMT) untuk direksional kopler yang merupakan komponen dasar pembentuk MZI, dan analisa MZI menggunakan matrik propagasi. Parameter yang di gunakan dalam analisa ini adalah silika karena material ini digunakan untuk membuat fiber optik, sehingga kopling antara MZI dan fiber optik dapat diminimalkan. Untuk merealisasikan MZI pada rentang gelombang 1.5 gm -1.55 µm, beberapa buah MZI diparalelkan dan panjang gelombang yang dimaksud diluncurkan pada masukan (input) MZI.
Dari basil analisa diperoleh kesimpulan bahwa MZI dapat digunakan sebagai komponen dasar WDM. Namun pemilihan pararnater yang tepat hares dilakukan untuk memperoleh rentang panjang gelombang pada system WDM yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
"ABSTRAK
Dalam tahun belakangan ini hasil J>penyelidikan menunjukkan kemajuan yang pesat sekali tentang peranti photonics yang canggih dnn teknik yang membolehkan pemrosesan sinyal secara langsung dalam hentuk optik. Bidang investigasi ini meliputi Wavelength-Division Multiplexing (WDM), hubungan secara optik (optical switching), coherent detection, tunable laser diodes, penguat secara optik (optical amplifiers), dan filter panjang gelombang (wavelength filters).
Dalam sistem komunikasi modem~ pelayanan informasi pita sempit/lebar dan data kecepatan tinggi serta pelayanan informasi video diharapkan terintegrasi dalam satu jaringan telekomunikasi. Sistem transmisi secara optik dan sistem hubungan (switching) secara optik diharapkan untuk memajukan pengembangan sistem komunikasi terpadu ini.
Dalam makalah ini akan dikaji sistem komunikasi serat optik yang terintegrasi dalam jaringan multihop (multihop networking) dengan menggunakan teknik pemrosesan secara optik. Kajian dititik beratkan pada analisis laju informasi maksimum (BTma1u) dan kapasitas jaringan serat optik (C).
Hasil analisis menunjukkan bahwa laju informasi dan kapasitas jaringan untuk jaringan dengan menggunakan sumber Injection Laser Diodes (ILD) mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sumber Light Emitting Diodes (LED). Laju informasi maksimum ILD = 2121,212 Mbps dan LED = 254,545 Mbps. Kapasitas jaringan ILD = 1060,606 Mbps dan LED = 127,272 Mbps. Laju informasi dan kecepatan bit yang diperoleh sudah memenuhi kecepatan bit standard untuk multimedia pada tahun 1989 hingga saat ini (tahun 2000)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Putri Shabira
"Teknologi mengalami banyak perkembangan dalam 10 tahun terakhir ini salah satunya adalah dalam bidang telekomunikasi. Kebutuhan ini mendorong lahirnya 5G yang diharapkan dapat mendukung Massive Machine Type Communication (mMTC), Enhanced Mobile Broadband (eMBB), dan Ultra-Reliable and Low Latency Communication (uRLLC). Dalam mendukung aplikasi ini dibutuhkan kecepatan pengiriman data yang tinggi terutama pada jaringan fronthaul untuk mendukung akses radio ke pengguna. Gelombang milimeter (mmWave) dapat mengakomodasi radio dengan kecepatan tinggi dan latensi yang rendah sehingga dapat digunakan untuk aplikasi fronthaul 5G di daerah padat penduduk. Penelitian ini merancang sistem Wavelength Division Multiplexing (WDM) Radio over Fiber (RoF) berbasis gelombang milimeter dan melakukan optimasi sistem dengan fiber bragg grating (FBG). Hasil penelitian menunjukkan rancangan sistem WDM-Radio over Fiber telah memenuhi standar untuk skema downstream pada jarak 20 km dengan peak bit rate 20 Gbps, sedangkan skema upstream dengan peak bit rate 10 Gbps. Rancangan sistem WDM Radio over Fiber berbasis gelombang milimeter tersebut berhasil dicapai karena adanya pengaruh dari penambahan Fiber Bragg Grating (FBG) dan Semiconductor Optical Amplifier (SOA). SNR rangkaian final mengalami penurunan sebesar 5,55% untuk downstream dan 4,4% untuk upstream akibat penambahan komponen seperti penguat sinyal dan kompensator pada rangkaian.

Technology has undergone many developments in the past 10 years, one of which is in the field of telecommunications. This need has driven the emergence of 5G, which is expected to support Massive Machine Type Communication (mMTC), Enhanced Mobile Broadband (eMBB), and Ultra-Reliable and Low Latency Communication (uRLLC). Supporting these applications requires high-speed data delivery, especially in fronthaul networks to support radio access to users. Millimeter waves (mmWave) are capable of providing high-speed radio transmission with low latency, making them suitable for 5G fronthaul applications in densely populated areas. This research designs a Wavelength Division Multiplexing (WDM) Radio over Fiber (RoF) system based on millimeter waves and optimizes the system with fiber Bragg grating (FBG). The research results show that the WDM-Radio over Fiber system design has met the standards for downstream schemes at a distance of 20 km with a peak bit rate of 20 Gbps, while the upstream scheme with a peak bit rate of 10 Gbps. The WDM Radio over Fiber system design based on millimeter waves was successfully achieved due to the influence of the addition of Fiber Bragg Grating (FBG) and Semiconductor Optical Amplifier (SOA). The SNR of the final circuit decreased by 5.55% for downstream and 4.4% for upstream due to the addition of components such as signal amplifiers and compensators in the design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Agus Salim
"Persaingan antar penyedia jasa layanan di dunia telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan telekomunikasi harus meningkatkan kinerja pelayanannya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi agar biaya operasional perusahaan dapat ditekan. Oleh sebab itu, PT. Bakrie Telecom, Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan. Salah satunya adalah merencanakan pembangunan jaringan serat optik yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Bandung.
Pada skripsi ini, akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (dense wavelength division multiplexing) yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Bandung. Parameter yang digunakan pada perencanaan ini meliputi redaman sambungan (splice), redaman konektor, redaman serat optik dan jumlah penguat optik. Perhitungan power link budget dan rise time budget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan, sudah memenuhi criteria dan layak untuk diimplementasikan di lapangan.
Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini layak untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan 2 buah penguat, power link budget dapat menjangkau jarak tempuh transmisi sejauh 243 km, sedangkan jarak tempuh link Bogor ? Bandung sejauh 200.9 km dan nilai rise time budget total semua sublink setelah di tambahkan satu DCM P/80 sebesar 61.3638 ps, sedangkan nilai rise time budget sistem sebesar 280 ps.

Nowadays, competition of telecommunication operator business is very tight, so every operator must to increase their service and able to using technology to decrease operational cost company. So, PT. Bakrie Telecom, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of it policy are build plan optical fiber network for link Bogor ? Bandung.
This paper describes planning of DWDM network fiber optic link Bogor ? Bandung. For this planning, we use parameters that consist of splice loss, connector loss, fiber loss and amount of optical amplifier. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning sre appropriate and suitable to implementation it.
The result of calculation showed that this planning is appropriate and suitable to implementation. It proved by using 2 optical amplifier, power link budget can reach 243 kilometers of transmission distance, whereas the distance of Bogor ? Bandung is 200.9 kilometers and total value sublink rise time budget after added one piece of DCM P/80 are 61.3638 ps, whereas value of rise time budget system is 280 ps.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52305
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yorashaki Martha Leza
"Beragamnya layanan informasi semakin menuntut kehandalan jaringan yang memadai, dan persaingan antar penyedia jasa layanan di dunia telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan harus meningkatkan kinerja pelayanannya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi agar biaya operasional perusahaan dapat ditekan. Oleh sebab itu, PT.Telkom Indonesia,Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan beberapa kebijakan, salah satunya adalah merencanakan pembangunan jaringan serat optik DWDM yang menghubungkan Jakarta dengan Banten.
Pada skripsi ini, akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) link Jakarta?Banten, dengan melihat dari kecenderungan pertumbuhan kebutuhan bandwidth terhadap jumlah pelanggan pada layanan Metro-E, diprediksikan kebutuhan bandwidth pada triwulan III tahun 2011 adalah 26,08 Gbps hingga triwulan IV tahun 2014 adalah 69,59 Gbps. Dengan kapasitas bandwidth 70Gbps dan kehandalan margin sistem sebesar 3 dB yang mampu mengkompensasi penambahan redaman pada optik. Perhitungan power link budget dan rise time budget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan sudah memenuhi kriteria untuk diimplementasikan di lapangan.
Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini telah memenuhi kriteria untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan 1 buah penguat, power link budget dapat menjangkau jarak tempuh transmisi sejauh 192 km, sedangkan jarak tempuh link Jakarta-Banten sejauh 153,66 km. Nilai rise time jalur perencanaan yang melebihi nilai rise time sistem akan terkompensasi setelah ditambahkan DCM pada jalur tersebut, dimana nilai rise time budget sistem sebesar 70 ps.

Diversity of information services are increasingly demanding an adequate network reliability, and competition among providers of telecommunications services currently was increasingly stringent. So that, every operator must to increase their service and able to using technology to decrease operational cost company. Therefore, PT.Telkom Indonesia, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of the policy are building plan of DWDM optical fiber network for link Jakarta - Banten.
This thesis describes planning of DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) network fiber optic link Jakarta?Banten. From the trend growth of bandwidth requirements and the number of subscribers predicted that bandwidth requirements in the third quarter of 2011 is 26,08 Gbps and in the fourth quarter of 2014 is 69,59 Gbps. With the capacity of bandwidth is 70Gbps and reability of margin system is 3 dB that capable to compensate the attenuation in optical. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning are appropriate to implemented.
The result of calculation showed that this planning is appropriate to implemented. It proved by using 1 optical amplifier, power link budget can reach 192 kilometers of transmission distance, whereas the distance of Jakarta?Banten is 153,66 kilometers. Value of rise time budget planning which higher than rise time budget system will be compensated after adding DCM on that sublink, whereas value of rise time budget system is 70 ps.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1857
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Neophytos (Neo) Antoniades, editor
"Modeling, simulation, design and engineering of WDM systems and networks provides readers with the basic skills, concepts, and design techniques used to begin design and engineering of optical communication systems and networks at various layers. The latest semi-analytical system simulation techniques are applied to optical WDM systems and networks, and a review of the various current areas of optical communications is presented. Simulation is mixed with experimental verification and engineering to present the industry as well as state-of-the-art research. This contributed volume is divided into three parts. The first part of the book presents modeling approaches and simulation tools mainly for the physical layer including transmission effects, devices, subsystems, and systems), whereas the second part features more engineering/design issues for various types of optical systems including ULH, access, and in-building systems. The third part of the book covers networking issues related to the design of provisioning and survivability algorithms for impairment-aware and multi-domain networks."
New York: [, Springer], 2012
e20418392
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Syafiq Maulana Al Faruq
"Kebutuhan pada jaringan komunikasi dengan kecepatan dan kapasitas yang tinggi terus meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi 5G yang diterapkan pada Radio over Fiber yang disertai Wavelength Division Multiplexing dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transmisi Radio over Fiber yang melingkupi data rate, panjang kabel fiber optik, dan frekuensi radio. Dengan mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut, dilakukan perancangan skema fronthaul berbasis fiber optik yang mendukung aplikasi 5G. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan data rate menghasilkan peningkatan kemungkinan terjadinya inter-symbol interference (ISI) dan peningkatan frekuensi radio meningkatkan kapasitas sebelum akhirnya mengalami saturasi pada frekuensi 40 Ghz, sedangkan panjang kabel fiber optik tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Perancangan skema fronthaul dilakukan dengan frekuensi radio 26 GHz yang disertai penggunaan WDM, optical amplifier, dan dispersion compensating fiber (DCF). Simulasi pada skema upstream dan downstream yang dilakukan menunjukkan bahwa rancangan telah memenuhi target spesifikasi yang ditetapkan ITU dengan Q factor lebih besar dari 6 dan BER lebih kecil dari 10-9 pada setiap kanal. Penelitian dapat dikembangkan dengan menggunakan frekuensi radio yang tinggi dengan data rate yang lebih besar dan jangkauan kabel fiber optik yang lebih jauh.

The demand for high-speed and high-capacity communication networks continues to increase along with the advancement of information and communication technology. 5G technology applied to Radio over Fiber accompanied by Wavelength Division Multiplexing (WDM) can meet these needs. A study was conducted to identify the factors affecting Radio over Fiber transmission, which include data rate, fiber optic cable length, and radio frequency. By understanding the impact of these factors, a fiber optic-based fronthaul scheme supporting 5G applications was designed. The study results show that increasing the data rate leads to a higher likelihood of inter-symbol interference (ISI), and increasing the radio frequency enhances capacity until it saturates at 40 GHz, while the fiber optic cable length does not have a significant impact. The fronthaul scheme was designed using a 26 GHz radio frequency, accompanied by WDM, optical amplifiers, and dispersion compensating fiber (DCF). Simulations of the upstream and downstream schemes demonstrated that the design meets the ITU's target specifications with a Q factor greater than 6 and a BER less than 10^-9 for each channel. The research can be further developed by utilizing higher radio frequencies with higher data rates and longer fiber optic cable reach."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library