Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Shita Shahifa Iqlima
"Permasalahan penggunaan energi listrik di Indonesia sudah menjadi isu yang harus dikritisi dan ditindaklanjuti. Penggunaan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan penduduk harus dicari alternatif lain, salah satu potensi energi yang dapat digunakan adalah energi surya sebagai sumber energi terbarukan. Di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat mempunyai permasalahan yang sama yaitu mengenai krisisnya energi listrik dimana provinsi Jawa Barat masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi listrik. Dampak dari fosil sendiri pasti akan sangat membahayakan lingkungan sehingga diperlukannya penggunaan energi terbarukan seperti radiasi matahari. Matahari sudah digunakan sebagai alat pembangkit listrik tenaga surya yang biasa dikenal dengan PLTS. PLTS di Indonesia masih mempunyai tantangan yang cukup besar yaitu ketidakstabilan data (intermitten) sinar matahari karena terdapat faktor hidrometeorologi. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan estimasi radiasi matahari di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan pemodelan WRF (Weather Research and Forecasting) menggunakan data yang berasal dari GFS (Global forecasting System) ds083.3 yang diambil dari NCAR (National Center for Atmospheric). Estimasi radiasi matahari yang dimulai dari pukul 00.00 - 18.00 UTC + 7 dengan 2 Domain yang diolah berdasarkan uji akurasi data model WRF dengan data lapangan (AWS) dan didapatkan nilai RMSE, MBE dan R2. Data yang digunakan 1-3 Agustus 2022 disaat puncak musim kemarau dan keadaan clear sky. Pada penelitian ini konfigurasi yang digunakan berasal dari konfigurasi skema 1, skema 2 dan skema 3. Namun, dari beberapa konfigurasi didapatkan konfigurasi skema 1 menghasilkan lebih baik dengan nilai RMSE 267,61 dan R2 di angka 0,53 dan rRMSE di angka 69,82%. Lalu pada pola spasial persebaran GHI terdapat 3 pola persebaran yang dibagi menjadi 3 distribusi warna, masing-masing warna memperlihatkan kondisi wilayah dan juga penduduk. Sedangkan pada hasil overlay pola spasial pengaruh ketinggian terhadap dibagi menjadi 3 berdasarkan dengan 3 kategori ketinggian, didapatkan bahwa wilayah dengan ketinggian semakin tinggi maka GHI yang diterima akan semakin sedikit dan begitupun sebaliknya, semakin rendah ketinggian maka GHI yang diterima semakin tinggi.
The issue of electricity usage in Indonesia has become a matter that needs to be criticized and addressed. The use of energy that does not align with the population's needs requires finding alternative sources, one of which is solar energy as a renewable energy source. In Indonesia, particularly in West Java, there is a similar issue regarding the electricity crisis, where the province still relies on fossil fuels for electricity. The impact of fossil fuels is undoubtedly harmful to the environment, necessitating the use of renewable energy such as solar radiation. The sun has been harnessed as a source for solar power generation, commonly known as PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). PLTS in Indonesia still faces significant challenges, primarily the intermittent nature of solar radiation due to hydrometeorological factors. Therefore, this study estimates solar radiation in West Java Province using the WRF (Weather Research and Forecasting) model, with data from the GFS (Global Forecasting System) ds083.3 obtained from NCAR (National Center for Atmospheric Research). Solar radiation estimation is conducted from 00:00 to 18:00 UTC + 7 with 2 domains processed based on the accuracy test of WRF model data with field data (AWS), resulting in RMSE, MBE, and R² values. The data used are from August 1-3, 2022, during the peak of the dry season and under clear sky conditions. This study uses configurations from scheme 1, scheme 2, and scheme 3. However, among the various configurations, scheme 1 performed the best, with an RMSE value of 267.61, an R² value of 0.53, and an rRMSE of 69.82%. The spatial pattern of GHI distribution revealed three distribution patterns, each represented by a different color, illustrating the conditions of different regions and populations. Additionally, the overlay results of the spatial pattern regarding the influence of elevation were categorized into three height categories. It was found that regions with higher elevations received less GHI, whereas lower elevations received higher GHI.Keywords: Estimation, West Java, Solar Radiation, Weather Research and Forecasting (WRF)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Khansa Mutia Hanauli
"Indonesia memiliki potensi energi surya yang besar karena posisinya di sekitar garis khatulistiwa, dengan intensitas radiasi matahari rata-rata mencapai 4,8 kWh/m² per hari. Salah satu wilayah potensial adalah Provinsi Jawa Barat, yang memiliki estimasi kapasitas hingga 9.099 MW. Namun, pemanfaatan energi surya di wilayah ini masih terkendala oleh kondisi atmosfer dan topografi yang kompleks. Untuk menjawab tantangan ini, prediksi radiasi matahari yang akurat diperlukan guna mendukung perencanaan dan optimalisasi sistem energi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial dan variasi temporal prediksi radiasi matahari di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2023, serta menguji akurasi model Weather Research and Forecasting (WRF) dalam memprediksi radiasi matahari hingga 72 jam ke depan berdasarkan musim dan ketinggian wilayah. Data prediksi dihasilkan dari simulasi model numerik WRF dan dibandingkan dengan data observasi dari BMKG. Secara spasial, dataran rendah menerima radiasi lebih tinggi daripada dataran tinggi, dengan korelasi negatif kuat antara ketinggian dan intensitas radiasi matahari. Hasil uji akurasi menunjukkan bahwa model memberikan akurasi lebih tinggi pada musim kemarau dengan rRMSE 36–85% dan R² 0,44–0,77. Temuan ini menunjukkan bahwa musim, ketinggian, dan lokasi memengaruhi akurasi prediksi radiasi matahari menggunakan model WRF. Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian lanjutan di wilayah tropis, khususnya di Provinsi Jawa Barat, dalam meningkatkan akurasi pemodelan maupun pemanfaatan energi surya.
Indonesia possesses substantial solar energy potential due to its strategic location along the equatorial belt, receiving an average solar irradiance of approximately 4.8 kWh/m² per day. Among the most promising regions is West Java Province, which is estimated to have a potential capacity of up to 9,099 MW. Nevertheless, the deployment of solar energy in this region remains constrained by complex atmospheric dynamics and heterogeneous topographical features. To overcome these challenges, accurate solar radiation forecasting is imperative for the effective planning and optimization of renewable energy systems. This study aims to examine the spatial distribution and temporal variability of solar radiation forecasts across West Java throughout 2023 and to evaluate the predictive performance of the Weather Research and Forecasting (WRF) model for up to 72-hour lead times, with consideration of seasonal cycles and elevational gradients. Forecast outputs were derived from WRF numerical simulations and validated against observational data from the Indonesian Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency (BMKG). The spatial analysis reveals that lowland regions consistently receive higher solar irradiance compared to highland areas, exhibiting a strong negative correlation between elevation and solar radiation intensity. Accuracy assessments indicate that the model yields improved performance during the dry season, with relative Root Mean Square Error (rRMSE) ranging from 36% to 85% and coefficient of determination (R²) values between 0.44 and 0.77. These findings underscore the significant influence of seasonal variation, topography, and geographic location on the accuracy of WRF-based solar radiation forecasts. This research contributes to the advancement of solar energy modeling in tropical environments and provides a scientific foundation for enhancing the precision and applicability of solar energy utilization in West Java and similar regions. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library