Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutanto, 1950-
Abstrak :

ABSTRAK
Bagian jalinan jalan (weaving section) merupakan salah satu fasilitas lalu lintas yang analisis kapasitasnya dilakukan secara tersendiri diluar analisis kapasitas persimpangan bersinyal (signalised intersection) dan tak bersinyal (unsignalised intersection). Pada buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) analisis kapasitas bagian jalinan tersebut dilakukan dengan cara perhitungan yang berturut-turut, dengan urutan proses data masukan, pemakaian faktor-faktor penyesuaian dan diakhiri dengan proses perhitungan. Urutan proses ini memerlukan waktu yang lebih lama apabila dikerjakan secara manual dan kesalahan-kesalahan pembacaan tabel dapat mempengaruhi tingkat keakuratan hasil yang didapat.

Pada skripsi ini algoritma-algoritma perhitungan yang ada pada buku MKJI tersebut akan dicoba diterapkan ke suatu perangkat lunak komputer, sehingga diharapkan pemakaian waktu perhitungan menjadi lebih singkat serta memberikan hasil yang lebih akurat. Disamping itu akan dilakukan beberapa pengembangan tambahan antara lain adalah diberikannya alternatif pemilihan jenis-jenis bundaran untuk tujuan perencanaan atau perancangan, proses data masukan kondisi parkir dan adanya pembatasan terhadap nilai-nilai variabel masukan.

Dari penerapan ini dihasilkan suatu piranti lunak analisis kapasitas bagian jalinan, dinamakan dengan WEAVING 1.0 , yang dapat memperkirakan tingkat kinerja lalu lintas untuk sekumpulan kondisi geometrik, lingkungan serta lalu lintas tertentu. Piranti lunak ini dapat beroperasi dibawah lingkungan Windows, yang diharapkan sifatnya lebih interaktif, edukatif serta lebih mudah dalam pemakaiannya.
1997
S34616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyaldin Firas Binandika
Abstrak :
Dewasa ini, jalan bebas hambatan telah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Dalam penelitian ini, objek yang ditinjau adalah weaving section yaitu suatu area antara jalur masuk dan jalur keluar sehingga sering kali terjadi penumpukkan kendaraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui panjang kritis weaving section dan melakukan analisa karakteristik pengendara pada area weaving section di jalan bebas hambatan Jabodebek. Penelitian ini menggunakan software Traffic Data Extractor dan Vehicle Trajectory Extractor untuk pengumpulan data. Dalam mengolah data, penelitian ini menggunakan metode yang dirumuskan oleh Roess untuk menganalisa panjang kritis weaving section di jalan bebas hambatan dan Greenshield methods untuk menganalisa critical gap pada area weaving section. Data panjang eksisting weaving section area Tol JORR (Cilandak – Desari) sepanjang 190 m. Hal ini dapat dikatakan weaving section karena kondisi di Tol Cilandak – Desari berada diantara pintu masuk (merging) dan keluar (diversion). Namun demikian standar panjang weaving section tersebut belum sesuai dengan standar Internasional yaitu 2000 m – 3000 m sesuai dengan DMRB (Design Manual for Roads and Bridges). Oleh karena itu peneliti melakukan analisis panjang kritis weaving section dan hasil penelitian menunjukkan panjang kritis weaving section Tol JORR (Cilandak – Desari) sebesar 2,66 km dimana panjang tersebut termasuk dalam kriteria weaving section dan critical gap untuk lead dan lag acceptance didapati sesuai dengan secara berturut-turut sebesar 1,33 detik dan 1,29 detik. Dari kedua hasil tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kondisi eksisting weaving section cukup padat karena panjang jalan yang terlalu pendek. ......These days, the freeway has become a very important need for the community, especially in Indonesia. In this study, the object being reviewed is the weaving section, which is an area between the entry and exit lanes so that there is often an accumulation of vehicles. The purpose of this study was to determine the critical length of the weaving section and analyze the characteristics of the driver in the weaving section area on the Jabodebek freeway. This research uses Traffic Data Extractor and Vehicle Trajectory Extractor software for data collection. In processing the data, this study uses the method formulated by Roess to analyze the critical length of the weaving section on the freeway and the Greenshield method to analyze the critical gap in the weaving section area. Data on the length of the existing weaving section of the JORR Toll Road (Cilandak – Desari) is 190 m long. This can be said to be a weaving section because the conditions on the Cilandak – Desari Toll Road are between the entrance (merging) and exit (diversion). However, the standard length of the weaving section is not in accordance with international standards, namely 2000 m – 3000 m according to the DMRB (Design Manual for Roads and Bridges). Therefore, the researchers analyzed the critical length of the weaving section and the results showed that the critical length of the weaving section of the JORR Toll Road (Cilandak – Desari) was 2.66 km where the length was included in the weaving section criteria and the critical gap for lead and lag acceptance was found to be in accordance with respectively 1.33 seconds and 1.29 seconds. From these two results, the writer can conclude that the existing condition of the weaving section is quite dense because the length of the road is too short.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azharan Luthfan
Abstrak :
Pengaturan lalu lintas di Bundaran Bintaro Jaya Sektor 7 pada kondisi tahun 2007-2010 menyebabkan panjang antrian yang panjang pada waktu jam sibuk. Lalu, upaya yang dilakukan tahun 2011 adalah merubah Bundaran Bintaro Jaya Sektor 7 tersebut menjadi simpang tidak sebidang berupa flyover. Simpang Bintaro Jaya Sektor 7 pada kondisi saat ini dikendalikan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) berupa traffic light yang masih baru, dengan pengaturan fase menjadi 4 tahap. Seiring dengan peningkatan volume lalu lintas saat ini, perlu dikaji apakah setting traffic light pada simpang Bintaro Jaya Sektor 7 yang masih baru tersebut sudah efektif atau memerlukan penyesuaian lagi. Oleh karenanya, sangat diperlukan ?Kajian Evaluasi Kinerja Pengendalian APILL di Simpang 4 Bintaro Sektor 7? dalam kaitannya dengan manajemen lalu lintas. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi kinerja dapat disimpulkan bahwa pada kondisi awal jalinan Bundaran Bintaro Jaya Sektor 7 terbukti mempunyai jarak weaving yang sudah tidak memadai pada kondisi tahun 2007 sampai tahun 2010. Oleh sebab itu perubahan simpang dari jalinan bundaran menjadi pengaturan simpang tak sebidang dengan pengendalian APILL dibawah flyover merupakan keputusan yang tepat. Pada hasil perhitungan simpang bersinyal kondisi eksisting analisa berdasarkan MKJI 1997 menggunakan bantuan program KAJI version 1.10 F. Secara idealisasi program setting traffic light kondisi lapangan terbukti sudah sesuai (layak), yaitu siklus optimum puncak Pagi Co = 80 detik, dan puncak Sore Co = 95 detik masih berada di range Co =80-130 detik untuk tipe kontrol 4 fase berdasarkan MKJI 1997. Nilai tundaan rata-rata simpang puncak Pagi = 38,27 detik/smp dengan LOS D. Puncak Sore tundaan rata-rata simpang 38,32 detik/smp dengan LOS D. Oleh karenanya perlu adanya penyesuaian waktu sinyal agar bisa mendapatkan tingkat pelayanan (LOS) yang lebih baik. ......The traffic regulation at Bintaro Jaya Sector 7 Weaving Section on conditions from 2007 to 2010 lead to a long queues at peak hours. Then, an effort to do in solving that problems is by changing that Bintaro Jaya Sector 7 Weaving Section into flyover development in 2011. Bintaro Jaya Sector 7 Intersection now controlled by traffic signal on the Bintaro Jaya Sector 7 intersection with phase management which is divided into four stages. Along with the rising of the traffic volume now, it is needed to be investigated whether that new traffic light setting on Bintaro Jaya Sector 7 intersection has effective or need more adjustment. Therefore Performance Evaluation Investigation of Controlling APILL at Bintaro Sector 7 Signalized Intersection needed here, related to the traffic management. Based on the analysis and working evaluation, can be concluded that the first condition of weaving section Bintaro Jaya Sector 7 intersection has already weaving length inadequate conditions from 2007 to 2010. So, The Weaving changed from weaving section into signalized intersection with the control of APILL under flyover is the best decision. At the signalized intersection calculation result of existing condition according to MKJI 1997 with program KAJI version 1.10 F. The idealization of setting traffic light, the field condition are suitable (feasible); it gets shown to Optimum Cycle time of the morning peak hour Co = 80 seconds and Optimum Cycle time of the afternoon peak hour Co = 95 seconds is still in the range of Co = 80-130 second for the 4 Phase Control type based on MKJI 1997. The average time delay of the morning peak hour = 38, 27 sec/pcu with LOS D, and the average time delay of the Afternoon peak hour = 38, 32 sec/pcu with LOS D. Because of that, here is needed the Signal Time Adjustment so it can rise the better Level of Service (LOS).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42958
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library