Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryendi Kusnan
"ABSTRAK
Potensi akses bahan baku tekstil rayon sangatlah melimpah di Indonesia namun pemanfaatannya pun masih terbilang minim dan melihat karakteristik rayon sekarang yang masih memiliki beberapa kekurangan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk membuat filamen yang berpotensi bersaing di pasar tekstil yang terbuat dari nanoselulosa biomasa eceng gondok menggunakan metode hidrolisis dan pemintalan basah. Dalam penelitian ini, eceng gondok di pra-perawatan awalnya dengan dewaxing dengan volume etanol-toulena 2:2, kemudian melakukan pemutihan untuk memutihkan dengan 9 gr NaClO2 dan untuk memisahkan lignin dan hemiselulosa, perlakuan alkali dengan 4% wt NaOH dilakukan. Selanjutnya, hidrolisis asam dilakukan dengan menggunakan asam kuat HCL dengan variasi konsentrasi 1%, 2%, 4% berat pada suhu 80oC selama 2 jam. XRD dan TEM digunakan untuk mengkarakterisasi pulp dari segi kristalinitas dan bentuk mikrokospiknya dan didapatkan konsentrasi minimum untuk mendapatkan nanokristal adalah HCL 2% dengan rentang ukuran partikel 50 nm-200 nm dan kristalinitas sebesar 70%. Untuk pembuatan filamen, metode pemintalan basah dilakukan dengan variasi 1.3-2% wt nanoselulosa dan jarum 16G dan 18G. Setelah filamen diuji tarik didapatkan rata-rata kuat tarik sebesar 1991 gr, hal ini menunjukan adanya potensi dari segi karakteristik mekanis dibandingkan dengan filamen konvensional.

ABSTRACT
The potential for access to rayon textile raw materials is very abundant in Indonesia, but its use is still relatively minimal and looks at the characteristics of current rayon which still has some disadvantages. So, this study aims to make potentially competitive filaments in the textile market made of nanocellulose water hyacinth biomass using wet hydrolysis and spinning methods. In this study, water hyacinth was pre-treated initially with dewaxing with a volume of ethanol-toulene 2:2, then bleached to whiten with 9 gr NaClO2 and to separate lignin and hemicellulose, alkali treatment with 4% wt NaOH was carried out. Furthermore, acid hydrolysis is carried out using HCL strong acid with a concentration concentration of 1%, 2%, 4% by weight at 80oC for 2 hours. XRD and TEM were used to characterize the pulp in terms of crystallinity and microcospic shape and obtained the minimum concentration to obtain nanocrystal was 2% HCL with a particle size range of 50 nm-200 nm and crystallinity of 70%. For filament making, the wet spinning method is carried out with variations of 1.3-2 wt% nanocellulose and 16G and 18G needles. After tensile test, filaments obtained an average tensile strength of 1991 gr, this shows the potential in terms of mechanical characteristics compared to conventional filaments."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmy Husin Bagis
"The study of nanocellulose has been emerging due to its highly possible applications. The main objective of this research is to fabricate nanocellulose crystalline filament from Sugarcane Bagasse through wet-spinning method. Sugarcane Bagasse is chosen due to its abundance in Indonesia and high cellulose content. In this research, the Sugarcane Bagasse were mechanically treated in order to minimize the size. Secondly, the biomass is pre-treated with NaClO2 (Bleaching) in order to eliminate lignin and hemicellulose. Thirdly, the biomass is treated with Acid Hydrolysis. The variation used in Acid Hydrolysis is HCl with 1, 3, and 5. After obtaining Nanocellulose Crystalline, the biomass was spun through wet-spinning method using 16G needle, 18G needle, 1.5, and 2 in concentration as the variation. The wet spinning method used a coagulating bath that is filled with Acetone. The characterization used in this research would be Cellulose Content Test, TEM, XRD, and Tensile Strength Test. The average results of this research are 42.75 on cellulose isolation, 63.9 on CNC crystallinity index, 45.3 nm on particle size, and 4.3 lbs on tensile strength at fracture with 11.91 on elongation. Nanocellulose Filament used in this research would be applicable for the future textile and material industry that possibly replace fossil fuel-based material.

Studi tentang nanoselulosa telah muncul karena pengaplikasian yang sangat memungkinkan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuat filamen kristal nanoselulosa dari ampas tebu melalui metode pemintalan basah atau wet spinning. Ampas tebu dipilih karena kelimpahannya di Indonesia dan kandungan selulosa yang tinggi. Dalam penelitian ini, ampas tebu diperlakukan secara mekanis untuk meminimalkan ukuran. Kedua, ampas tebu diolah dengan NaClO2 (Bleaching) untuk menghilangkan lignin dan hemiselulosa. Ketiga, ampas tebu diperlakukan dengan Hidrolisis Asam. Variasi yang digunakan dalam Hidrolisis Asam adalah HCl dengan 1, 3, dan 5. Setelah memperoleh Nanocellulose Crystalline (CNC), biomassa dipintal melalui metode pemintalan basah menggunakan jarum 16G, jarum 18G, konsentrasi 1,5, dan 2 sebagai variasi. Metode pemintalan basah menggunakan rendaman koagulasi yang diisi dengan Aseton. Karakterisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Konten Selulosa, TEM, XRD, dan Uji Kekuatan Tarik. Hasil rata-rata dari penelitian ini adalah 42,75 pada isolasi selulosa, 63,9 pada indeks kristalinitas CNC, 45,3 nm pada ukuran partikel, dan 4,3 lbs pada kekuatan tarik pada fraktur dengan 11,91 pada perpanjangan. Filamen Nanoselulosa yang digunakan dalam penelitian ini akan berlaku untuk industri tekstil dan material yang mungkin dapat menggantikan bahan berbasis bahan bakar fosil di masa yang akan datang.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library