Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frisca
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh pemberian teh putih dengan teh hijau pasca konsumsi makanan tinggi lemak terhadap perubahan kadar malondialdehida MDA plasma pada subjek hipertrigliseridemia borderline. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain cross over, alokasi acak, tersamar ganda. Subjek yang diteliti sebanyak 18 orang adalah subjek pekerja kantor dengan hipertrigliseridemia borderline berusia 20-55 tahun di tiga perusahaan di Jakarta. Intervensi yang diberikan berupa minuman dengan 7,5 gram teh putih dan 7,5 gram teh hijau, masing-masing dalam 200 ml air dengan suhu 95-100oC dan penyeduhan selama 10 menit. Minuman teh putih maupun teh hijau dikonsumsi setelah subjek mengonsumsi makanan tinggi lemak. Kadar MDA plasma diukur sebelum dan 4 jam setelah intervensi. Usia rata-rata subjek adalah 33,94 tahun dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan memiliki status gizi obesitas I. Proporsi asupan lemak harian subjek melebih batas jumlah konsumsi yang dianjurkan yaitu 34 . Asupan karotenoid, vitamin C dan vitamin E subjek lebih rendah dari jumlah yang direkomendasikan.Terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kadar MDA plasma 4 jam setelah konsumsi makanan tinggi lemak pada pemberian 7,5 gram teh putih dalam 200 mL air dibandingkan dengan pemberian teh hijau p=0,01 .

ABSTRACT
Abstract The objective of this study was to compare the effect of white tea to green tea after high fat food consumption on malondialdehyde MDA plasma level in borderline hypertriglyceridemia subjects. This is a randomized, experimental, cross over design with random allocation, double blind trial. There are 18 subjects consist of 14 male office workers ranging from 20 55 years old with borderline hypertriglyceridemia from three companies. Intervention is provided in the form of 7.5 grams green tea and 7.5 grams white tea each in 200 ml of water with a temperature of 95 100 C and brewed after 10 minutes. White tea and green tea were given after subjects consumed high fat food. Blood samples were collected pre meal and 4 hours post meal and assayed for MDA. The results showed that 10 out of 18 people were obese type I. The proportion of subjects daily fat intake were 34 which exceeds the limit of consumption recommended. On the contrary, the intake of carotenoids, vitamin C and vitamin E subjects are lower than the amount recommended. There were significant differences in the changes of MDA plasma level four hours after the consumption of high fat food in the supplementation of white tea compared to green tea p 0.01 . "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Muzadilah
"Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida. Seringnya terjadi infeksi jamur menyebabkan penggunaan obat antijamur mengalami resistensi, oleh karena itu, kebutuhan untuk meneliti senyawa aktif dari bahan alam yang memiliki aktivitas antijamur perlu ditingkatkan. Tanaman yang diketahui memiliki potensi sebagai antijamur adalah daun teh putih (Camellia sinensis (L.)) dan daun makasar (Brucea javanica (L.) Merr. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antijamur dari ekstrak etanol 70% daun teh putih dan daun makasar, mengetahui kadar fenol total ekstrak etanol daun teh putih dan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun makasar. Kedua ekstrak diekstraksi menggunakan metode maserasi. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan dengan dua metode yaitu metode mikrodilusi dan difusi cakram. Pada penetapan kadar fenol menggunakan standar asam galat, sementara penetapan kadar flavonoid dengan standar kuersetin. Dari hasil uji aktivitas antijamur metode mikrodilusi pada Candida albicans, ekstrak daun makasar memiliki Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) 4.000 μg/mL sedangkan ekstrak daun teh putih 8.000 μg/mL. Kemudian pada Candida krusei ekstrak daun makasar dan ekstrak daun teh putih memiliki KHM 4.000 μg/mL. Pada uji difusi cakram, untuk Candida albicans ekstrak daun makasar memiliki KHM 2.000 μg/mL dan ekstrak daun putih 4.000 μg/mL. Kemudian untuk Candida krusei ekstrak daun makasar KHM 4.000 μg/mL dan ekstrak daun teh putih 8.000 μg/mL. Kadar fenol total pada ekstrak daun teh putih 657,7067 EAG/gram. Kadar flavonoid total pada ekstrak daun makasar adalah 289,901 EK/gram, Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun teh putih dan ekstrak daun makasar memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albicans dan Candida krusei.

Candidiasis is a fungal infection caused by Candida. The frequent occurrence of fungal infections causes the use of antifungal drugs to experience resistance, therefore, requirement to research active compounds from natural ingredients that have antifungal activity needs to be increased. Plants known to have potential as antifungals are white tea leaves (Camellia sinensis (L.)) and Makassar leaves (Brucea javanica (L.) Merr. This study aimed to examine the antifungal activity of 70% ethanol extract of white tea leaves and Makassar leaves, determine the total phenol content of white tea leaf ethanol extract and the total flavonoid content of the Makassar leaf ethanol extract. Both extracts were extracted using the maceration method. Antifungal activity testing was carried out using two methods, namely the microdilution method and disc diffusion. flavonoid levels with quercetin standards. From the results of the antifungal activity test using the microdilution method on Candida albicans, Makassar leaf extract had a Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of 4,000 g/mL while white tea leaf extract was 8,000 g/mL. Then on Candida krusei, Makassar leaf extract and extract white tea leaves have a MIC of 4,000 g/mL. In the disc diffusion test, for Candida albicans Makassar leaf extract has a MIC of 2,000 g/mL and white leaf extract 4,000 g/mL. Then for Candida krusei Makassar leaf extract KHM 4,000 g/mL and white tea leaf extract 8,000 g/mL. Total phenol content in white tea leaf extract was 657.7067 EAG/gram. The total flavonoid content in the Makassar leaf extract was 289.901 EK/gram. From the results of the research conducted, it can be concluded that white tea leaf extract and Makassar leaf extract have antifungal activity against Candida albicans and Candida krusei."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Ratna Wiyanti
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak teh hijau dalam bentuk mikroemulsi dengan konsentrasi 2,5, 5, dan 7,5% memiliki aktivitas sebagai penumbuh rambut. Mikroemulsi tersebut menunjukkan hasil akhir sediaan berwarna gelap (keruh), untuk memperoleh sediaan yang lebih baik secara estetika dibuat mikroemulsi penumbuh rambut dengan ekstrak teh putih tanpa klorofil dengan teh hijau sebagai pembanding. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi 7,5% memiliki aktivitas yang paling baik sehingga dipilih pada penelitian ini untuk ekstrak teh putih maupun teh hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sediaan mikroemulsi ekstrak teh putih yang lebih baik secara estetika, kemudian diuji kestabilan fisik, keamanan, dan efek terhadap pertumbuhan rambut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan dua metode yaitu cycling test dan penyimpanan pada tiga suhu yang berbeda: (4±2°C), (28±2°C), dan (40±2°C). Uji keamanan sediaan dilakukan pada lengan atas bagian dalam dari 9 subjek manusia. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan mikroemulsi pada punggung kelinci jantan putih galur New Zealand White dan diukur panjang rambut pada hari ke-7 dan 14. Pada hari ke-21 dilakukan pengukuran panjang dan bobot rambut. Hasil akhir menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik, aman digunakan, dan mikroemulsi teh hijau konsentrasi 7,5 memiliki aktivitas penumbuh rambut yang lebih baik daripada mikroemulsi teh putih 7,5%.

Based on the previous researches, it was proven that microemulsions contain green tea extracts with concentration 2.5, 5, and 7.5% are able to affect hair growth. The microemulsions are visibly bad, shown black form, so to formulate a better form, preparations in microemulsions were made with white tea extracts without chlorophyll and green tea as comparison. On the previous research it is proven that 7,5% was the best consentration to trigger hair growth, so this concentration were used in this research for both white tea and green tea extract. The purpose of this research was to formulate better form of microemulsions from the extracts of white tea and to test its physical stability, the possibility of irritation, and the hair growth activity. Physical stability tests were performed using two methods which are cycling test and keeping in three different temperatures: (4±2°C), (28±2°C), and (40±2°C). Also, irritation test was carried out towards 9 volunteers upon their upper hands. The hair growth activity was executed by placing the microemulsions on the back of some white male rabbit from New Zealand White Strain. The hair growth then measured on the 7thday and 14thday, meanwhile, the measurement of hair length and the total weight of hair amount were done on day 21. At the very end the result shown that the microemulsions were physically stable in any temperature, safe, and microemulsions that contains green tea extracts 7,5% has shown better result compares to white tea
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sakti Dwi Permanasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan tinggi lemak yang dikonsumsi bersamaan dengan teh putih atau teh hijau terhadap kadar trigliserida serum pasca prandial. Penelitian ini menggunakan desain uji klinis, alokasi acak, cross over, dan tersamar ganda. Sebanyak 23 subjek hipertrigliseridemia borderline mengikuti penelitian dan mendapatkan dua kali perlakuan, yaitu mengonsumsi makanan tinggi lemak bersamaan dengan 7,5 gram teh putih atau teh hijau. Perlakuan dilakukan dalam dua hari dengan periode wash out 3 hari. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik subjek, asupan energi dan lemak, serta kadar trigliserida serum puasa dan pasca prandial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia subjek adalah 32,96 8,04 tahun dengan rerata IMT sebesar 26,23 3,62 kg/m2 yang termasuk dalam kategori overweight dan obesitas 1. Kadar trigliserida puasa tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok perlakuan p=0,079 . Hasil dari pengukuran kadar trigliserida serum pasca prandial pada kelompok teh putih lebih rendah secara bermakna 231,43 76,49 mg/dL, p=0.024 . Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar trigliserida serum pasca prandial setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak bersama dengan meminum 7,5 gram teh putih lebih kecil dibandingkan meminum teh hijau. Kata kunci : hipertrigliseridemia borderline; teh putih; teh hijau; makanan tinggi lemak; trigliserida serum pasca prandial

ABSTRACT
AbstractThe increase in postprandial triglycerides can be one risk factor for cardiovascular disease.The aim of this research is to evaluate the effect of consumption high fat diet with white tea or green tea on postprandial serum triglyceride level. This study was a clinical trial, random allocation, cross over, and double blind. Twenty three hypertriglyceridemia borderline subjects completed this study. Each subject got twice treatment, which are consumption high fat diet with white tea or green tea. This treatment held in two days with three days wash out period. Data obtained include subject characteristics, dietary assessment of energy and fat intake, fasting and postprandial serum triglyceride levels. The mean age of subject is 32,96 8,04 years with a mean BMI of subject is 26,23 3,62 kg m2, categorized in overweight and obese. Fasting serum triglyceride level didn rsquo t show significantly different p 0,079 . The result from post prandial serum triglyceride levels from white tea group were significantly lower 231,43 76,49 mg dL, p 0,024 . This study suggest that the increase of post prandial serum triglyceride levels after consumed high fat diet and white tea were lower than green tea. Keywords green tea high fat diet hypertriglyseridemia borderline postprandial serum triglyceride level white tea"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library