Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diani Abdianillah
"Dalam bukunya Funktionen von Jugendsprache, Susanne Augenstein mengemukakan bahwa salah satu fungsi bahasa remaja adalah alat mengekspresikan diri. Memaki adalah hal yang lumrah dilakukan oleh manusia, termasuk remaja. Memaki merupakan reaksi verbal terhadap rasa frustrasi atau kegagalan. Kehidupan remaja yang penuh konflik ini dapat dilihat dalam film Türkisch für Anfänger, di mana terdapat beberapa kata makian yang tidak diketahui jenis makiannya. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui jenis makian dalam film tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan Jannis Androutsopoulos. Menurut Androutsopoulos, secara umum kata makian dibedakan menjadi dua, yaitu distanzierende Beschimpfung (makian yang menjauhkan) dan harmlose Beschimpfung (makian yang tidak menyakiti). Kemudian dia membaginya menjadi empat jenis, yaitu: rituelle (makian ritual), gerechtfertigte (makian yang dibenarkan), typisierende (makian yang menghakimi), dan distanzierende Beschimpfung (makian yang menjauhkan). Dari sebelas kata makian yang dianalisis, ditemukan gerechtfertigte, typisierende, dan distanzierende Beschimpfung, sementara itu tidak ditemukan harmlose Beschimpfung, walaupun pada akhir film para pemeran utama menjalin hubungan baik.

On her book Funktionen von Jugendsprache, Susanne Augenstein claims that one of the function of youth language is a tool for expressing the feeling. People are likely to swear, including teenagers. Swearing is verbal reaction towards frustration or failure. Teenagers´ life that full of conflicts can be seen in a film titled Türkisch für Anfänger, where swear words can be found, yet are not classified into particular kind of swear words. The purpose of this academic writing is to classify the kind of swear words in this film based on the theory of Jannis Androutsopoulos. According to Androutsopoulos, swear words are generally divided into two kinds, distanzierende Beschimpfung (distanced swear word) and harmlose Beschimpfung (harmless swear word). Then he divided them into four parts, rituelle (ritual swear word), gerechtfertigte (justified swear word), typisierende (judgmental swear word), and distanzierende Beschimpfung (distancing swear word). Eleven analyzed words are classified as gerechtfertigte, typisierende, and distanzierende Beschimpfung, whereas harmlose Beschimpfung can be found here, though in the end of the film the lead characters make a good relationship."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Ola Maulina
"Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Penggunaannya di kalangan remaja dianggap sebagai sebuah prestise yang dapat menaikkan kepercayaan diri mereka dan sekaligus sebagai identitas diri. Pengaruh bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman dikenal dengan Anglizismen. Banyaknya pengaruh bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman dapat dilihat di beberapa media seperti koran, majalah, televisi, internet dan bahkan pada musik. Dalam pembentukkannya, para remaja secara kreatif menciptakan kosakata baru atau juga menggabungkannya dengan kata yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa remaja di Jerman yang terdapat dalam suatu lagu rap berjudul I Can Feel It karya Carlo Waibel dan mendeskripsikan unsur katanya yang mendapat pengaruh bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, digunakan lagu rap sebagai data penelitian. Analisis yang dilakukan adalah dengan menganalisis kosakata yang mengandung unsur bahasa Inggris dan mengkategorikannya berdasarkan ciri-ciri bahasa remaja. Berdasarkan penelitian, dari 6 kategori Anglizismen ditemukan 2 kategori yang paling sering muncul yakni, Fremdwort dan Lehnwort.

English has been an international language which the using of it among teenagers can be considered as prestige that can raise their confidence and also as their identity. The influence of English into German language can be found in several media, such as newspapers, magazines, television, internet, and music. In the process of its creation, teenagers creatively invent new words or combine it with the existing words. This research aimed to analyze the using of youth language in German and describes the element of words that has English influence by looking at a rap song, “I Can Feel It” by Carlo Waibel. The method used are qualitative and descriptive, and rap song as research data. The analysis was done by analyzing the words that contain elements of English and categorizing it based on the characteristics of youth language. Based on this research, there are two of six categories of Anglizismen that are most commonly found in this song, which are Fremdwort and Lehnwort."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hoogervorst, Tom Gunnar
"This study offers an overview of the characteristics and social functions of youth slang in the Indonesian province of East Java. It examines Boso Walikan and various types of Surabayan slang. Boso Walikan emerged in Malang as a secret language that was deliberately made unintelligible to outsiders. Over the decades, large parts of Malang?s urban population developed proficiency in the language and appropriated it as an identity marker. The situation in nearby Surabaya is different. While lacking a uniform local slang comparable to that of Malang, several communities make an effort to differentiate themselves through specific linguistic habits, which are briefly introduced. These case studies tell us not only how young people shape their speech, they illustrate how the East
Javanese dialect deals with linguistic variety, lexical borrowing and innovation."
Lengkap +
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2014
909 UI-WACANA 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raysha Alika Jasmine
"Para remaja mempunyai tendensi untuk menjadi berbeda daripada yang lainnya. Oleh karena itu, para remaja kerap kali menciptakan bahasa-bahasa baru yang biasanya hanya dapat dimengerti oleh kelompok mereka guna menunjukkan identitas diri. Banyak hal yang dapat menginspirasi remaja untuk menciptakan bahasa-bahasa baru ini, salah satunya adalah lagu rap. Selain itu, lagu rap kerap kali mengangkat isu sosial. Salah satu isu yang biasanya diangkat adalah isu rasisme. Penelitian ini membahas tentang karakteristik morfosintaksis dan leksikal bahasa remaja serta isu rasisme yang terkandung dalam lagu Aber karya Eko Fresh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisis studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima dari tiga belas karaktersitik morfosintaksis dan tujuh dari sebelas karakteristik leksikal yang muncul dalam lagu ini. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa lagu Aber mengangkat isu rasisme yang memang sudah dari lama menjadi masalah di Jerman. Tindakan rasisme di Jerman dalam lagu Aber ini ditampilkan melalui tiga sudut pandang, pertama sudut pandang orang Jerman yang membenci para imigran, kedua sudut pandang para imigran Turki yang mengalami rasisme, serta sudut pandang Ekrem Bora (nama lahir Eko Fresh) sebagai pihak yang netral.

Teenagers tend to be different from others. Therefore, teenagers often create new languages ​​that are usually only understood by their group to show their identity. Many things can inspire teenagers to create these new languages, one of which is rap songs. In addition, rap songs often raise social issues. One of the issues that is usually raised is the issue of racism. This study discusses the morphosyntactic and lexical characteristics of youth language and the issue of racism contained in the song Aber by Eko Fresh. This research was conducted through qualitative method with literature review and text analysis approaches. The results showed that there were five of the thirteen morphosyntactic characteristics and seven of the eleven lexical characteristics appeared in this song. In this study, it was also found that the rap song Aber by Eko Fresh raised the issue of racism, which has long been a problem in Germany. Racism in Germany in this song is shown through three points of view, first from the point of view of the German people who hate immigrants, secondly the point of view of Turkish immigrants who experience racism, and lastly the point of view of Ekrem Bora (Eko Fresh’s birth name) as a neutral party."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library