Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitria Agustanti
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan pandemi dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. COVID-19 dapat mencetuskan badai sitokin, suatu reaksi hiperinflamasi yang menyebabkan acute respiratory distress syndrome dan kegagalan multiorgan. Zink dipertimbangkan sebagai terapi supportif pada COVID-19 karena memiliki potensi sebagai immunomodulator, antivirus serta antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar zink pada saat masuk perawatan dengan manifestasi derajat penyakit COVID-19 serta luaran buruk COVID-19. Derajat penyakit
ditentukan berdasarkan manifestasi klinis sesuai kriteria WHO saat masuk perawatan sedangkan luaran buruk bila subjek pernah dirawat di ruang intensif, menggunakan ventilator selama perawatan atau meninggal. Pada penelitian ini didapatkan total 87 kasus yang terbagi menjadi kelompok derajat tidak berat sebanyak 74 kasus dan kelompok derajat berat sebanyak 13 kasus. Berdasarkan luaran didapatkan kelompok luaran buruk sebanyak 22 kasus dan luaran baik 65 kasus. Rerata kadar zink lebih rendah pada
kelompok derajat berat dan kelompok luaran buruk. Ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik pada rerata kadar zink dengan luaran COVID-19 sedangkan dengan derajat penyakit cenderung bermakna secara statistik. Kadar zink terhadap luaran buruk
COVID-19 memiliki luas Area Under the Curve (AUC) 81,6%, dengan nilai titik potong kadar zink 56,05 ug/dL yang memiliki sensitivitas 77,3% dan spesifitas 73,8%. Pasien dengan kadar zink ≤56,05 ug/dL berisiko 8,79 kali lebih tinggi mengalami luaran buruk COVID-19 dibandingkan pasien dengan kadar zink >56,05 ug/dL setelah diadjust dengan usia, komorbid penyakit jantung, dan diabetes mellitus. Diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang cukup untuk memperkuat hasil penelitian ini.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a pandemic with high morbidity and mortality. COVID-19 can trigger a cytokine storm, a hyperinflammatory reaction that causes acute respiratory distress syndrome and multiorgan failure. Zinc was considered as a supportive therapy for COVID-19 because it has potential as an immunomodulator, antiviral and anti-inflammatory. This study aims to analyze the association between zinc level at the time of admission on disease severity and poor outcome of COVID-19. Disease severity was determined based on clinical manifestations according to WHO criteria on admission, while poor outcome was defined as a history of intensive care unit stay, intubated during treatment or deceased. There were 87 subjects consist of 74 cases of non-severe group and 13 cases of severe group. As for the outcome, there were 22 cases of poor outcome and 65 cases of good outcome. The mean of zinc level was lower in severe and poor
outcome group. There was a significant association between zinc level and poor outcome, while disease severity tended to be statistically significant. An Area Under the Curve (AUC) of zinc level and COVID-19 poor outcome was 81,6%, with a cut point of 56,05
ug/dL, sensitivity and specificity was 77.3% and 73.8%. Patients whose zinc level ≤56.05ug/dL had a 8.79-fold higher risk of poor outcome compared to patients whose zinc level > 56.05 ug/dL after age, heart disease, and diabetes mellitus adjustment. Further studies a sufficient number of sample are needed to support this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Deviriyanti Agung
"Latar Belakang: Preeklamsia merupakan masalah penting yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Preeklamsia berhubungan dengan stres oksidatif pada sirkulasi maternal. Preeklampsia merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan sehingga terjadi reaksi inflamasi berlebihan pada kehamilan yang berakibat disfungsi endotel. Antioksidan dan inflamasi dalam tubuh ditentukan oleh status gizi ibu dan bayi yang dapat dinilai dari kadar serum ibu seperti zink, selenium, besi dan tembaga.
Tujuan: Diketahuinya perbedaan kadar zink, selenium, besi dan tembaga dalam serum maternal dan tali pusat pada preeklamsia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 35 yang melakukan persalinan di RS Cipto Mangunkusumo. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
Hasil: Kadar rerata zink pada serum maternal dan tali pusat adalah 43,17 11,07 g/dl dan 86,66 25,54 g/dl dengan selisih rerata -43,49 27,83, nilai p

Background: Preeclampsia is a significant health problem and is the leading cause of maternal and perinatal mortality and morbidity. Preeclampsia is associated with oxidative stress in the maternal circulation. Preeclampsia was a manifestation of the free radical and antioxidant imbalance resulting inflammation and endothelial dysfunction. Antioxidant dan inflammation was determined by nutrition status that measured in maternal and fetal serum such zinc, selenium, iron and copper.
Objective: Investigate the mean difference of zinc, selenium, iron and copper in maternal serum and fetal umbilical cord in pregnancy with preeclampsia.
Methods: This was a cross sectional study enrolled 35 preeclampsia patients pregnancy visiting Cipto Mangunkusumo Hospital. Data was presented in table and was analyzed by paired T test and Wilcoxon test. This study had been granted ethical clearence and approved by Ethical Committee for Health Research Faculty of Medicine University of Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital.
Result: The zinc maternal level and fetal umbilical cord were 43,17 11,07 g dl and 86,66 25,54 g dl, p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian zink dalam mengatasi diare akut pada balita di salah satu puskesmas di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan jenis nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel berjumlah 40 anak balita yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada frekuensi defekasi dan durasi diare pada kedua kelompok (p= 0,000; α= 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian zink efektif untuk menangani diare akut pada balita sehingga dapat mencegah akibat lanjut dari diare.

Diarrhea is one of the major causes of infant and child death in Indonesia. The purpose of this research was to identify the effectiveness of zinc supplementation for acute diarrhea in under five years children in one puskesmas in Kalimantan Barat.The research employed quasi experimental with nonequivalent control group after only design. The samples were 40 participants which were divided into two groups. The result showed that there was significant differences in defecation frequency and duration of diarrhea in both group (p=0.000; α=0.05). To conclude, zinc supplementation was effective for acute diarrhea treatment in under five years children."
Depok: AKPER Pemerintahan Kota Tegal ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Noor Prastia
"ABSTRAK
Nama : Tika Noor Prastia Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Faktor Risiko Kejadian Stunting Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kras Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Tahun 2017 Stunting menjadi masalah kesehatan yang terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Dampak stunting menyebabkan buruknya kualitas sumber daya manusia dan menurunkan kemampuan produktifitas. Penelitian ini bertujuan menilai faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kras Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Tahun 2017. Desain penelitian mengggunakan cross sectional dengan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel 187 anak. Data diperoleh dari data primer melalui wawancara kuesioner dan form FFQ semikuantitatif, serta pengukuran antropometri panjang badan anak dan tinggi badan ibu. Analsisis bivariat menggunakan uji chi-square, regresi logistik ganda untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting sebesar 20,9 . Analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu riwayat IMD dan asupan zink p0,05 . Analisis multivariat menunjukkan asupan zink OR= 12,54: 95 CI: 3,68-42,76 merupakan faktor risiko dominan yang menyebabkan kejadian stunting setelah dikontrol dengan berat badan lahir dan pendidikan ibu. Perlu diperhatikan komsumsi makan anak seperti daging, ikan, hati, dan telur yang kaya akan zink sebagai upaya pencegahan terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Kata kunci : Stunting asupan zink, anak usia 6-24 bulan

ABSTRACT
Name Tika Noor PrastiaStudy Program Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Risk Factors of Stunting In 6 24 Months Old Children InWorking Area of Puskesmas Kras, Kras Sub Districts,Kediri District 2017Stunting became a health problem that occurred in almost all regions of Indonesia.The impact of stunting causes poor quality of human resources and decreasesability. This research design used cross sectional with proportional randomsampling method with the number of samples were 187 children. Data from primarydata through questionnaire interview and semiquantitative FFQ form, andanthropometric measurement of body length and height of mother. Bivariateanalyzes used chi square, multiple logistic regression for multivariate analysis. Theresults showed that the prevalence of stunting as much as 20.9 . Bivariate analysisshowed factors related to stunting incidence of history of early breastfeedinginitiation, and zinc intake p 0.05 .Multivariate analysis showed that zinc intake OR 12,54 95 CI 3,68 42,76 wasthe dominant risk factor causing stunting event after controlled by birth weight andmother 39 s education,. Needed the consumption of children such as red meat, fish,liver, and eggs were rich in zinc as an effort to prevent the occurrence of stuntingin children aged 6 24 months.Key words Stunting, zinc intake, children 6 24 months"
2017
T48688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Setiana Khoirunnisa
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis ZnO nanorods (NR) 4 jam dan ZnO nanotubes (NT) dengan variasi waktu self-etching 18 jam dan 22 jam dan diapikasikan sebagai devais detektor UV 365 nm. Nanomaterial ini telah disintesis menggunakan metode ultrasonic spray pyrolysis (USP) dan hydrothermal. ZnO NT telah berhasil disintesis melalui proses self-etching ZnO NR yang tidak mengalami perubahan fasa kristal, parameter kisi maupun energi band gap. Namun demikian ZnO NT yang dihasilkan memiliki lebih banyak cacat kristal yang diindikasikan dengan kurva absorbansi optik yang lebih lebar pada daerah cahaya tampak. Hal ini menyebabkan penurunan photocurrent yang lebih tinggi daripada penuruan dark current , yang menyebabkan penurunan kinerja fotodetektor UV. Nilai sensitivitas ZnO NR menurun dari 43,74% menjadi 29,20% dan 30,80% pada sampel ZnO NT 18 jam dan 22 jam. Demikian pula nilai responsivitas menurun dari 5,83 A/W menjadi 3,09 A/W dan 4,06 A/W dan nilai detektivitas menurun dari 1,20×106 Jones menjadi 0,71×106 Jones dan 0,84×106 Jones.

In this study, the synthesis of ZnO nanorods (NR) and ZnO nanotubes (NT) with variations in self-etching time of 18 h and 22 h was carried out and applied as a UV detector device. This nanomaterial has been synthesized using ultrasonic spray pyrolysis (USP) and hydrothermal methods. ZnO NT has been successfully synthesized through the self-etching process of ZnO NR which does not change the crystal phase, lattice parameters or band gap energy. However, the resulting ZnO NT has more crystal defects indicated by a wider optical absorbance curve in the visible light region. This results in a higher photocurrent IL than an dark current ID, leading to a decrease in the performance of the UV photodetector. The sensitivity of ZnO NR decreased from 43.74% to 29.20% and 30.80% in samples of ZnO NT 18 h and 22 h. Likewise, the responsivity value decreased from 5.83 A/W to 3.09 A/W and 4.06 A/W and the detectivity value decreased from 1.20×106 Jones to 0.71×106 Jones and 0.84×106. Jones."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Syah Reza Anwar
"Pendahuluan: Endometriosis berkaitan dengan adanya inflamasi  kronik,  gangguan  maturasi  oosit,  peningkatan stress  oksidatif  radikal,  dan  apoptosis  yang  kemudian  mendasari  terjadinya  infertilitas pada wanita usia subur.  Fertilisasi In Vitro (FIV)  merupakan  salah  satu  teknik  yang dapat menangani  infertilitas  dengan  tingkat  keberhasilannya  bergantung  dengan  kualitas  oosit  yang diambil  untuk  menjadi  embrio.  Kualitas oosit dipengaruhi  oleh  nutrisi. Profil  mikronutrien  seperti  vitamin  D  dan  zink  dianggap mempengaruhi  fungsi  reproduksi  melalui aktivitas  anti-inflamasi,  anti-apoptosis dan  anti-oksidan  yang dimiliki. Sayangnya, urgensi untuk menjaga adekuasi nutrisi  ini  sering diabaikan. Selain itu juga hingga saat ini  belum  ada  acuan  untuk  memprediksi  kadar  profil  vitamin  D  dan  zink  dalam serum  dan  cairan  folikular  yang  berhubungan  pada  pasien  endometriosis  itu  sendiri.
Tujuan: Penelitian ini membandingkan kadar vitamin D dan zink di serum dan cairan folikular pada pasien endometriosis dan non-endometriosis.
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilaksanakan pada pasien Fertilisasi In Vitro (FIV) di Klinik Yasmin, RSCM Kencana selama Juli –  Desember 2020. Data klinis diperoleh melalui rekam medis dan wawancara pasien. Data laboratorium diperoleh melalui sampel darah dan cairan folikuler yang diperoleh bersamaan dengan prosedur Ovum Pick Up (OPU). Sampel kemudian dikelompokkan menjadi kelompok endometriosis dan non-endometriosis. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji parametrik, yaitu uji-t berpasangan bila sebaran data normal atau uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney bila sebaran data tidak normal. Data dianalisis dengan SPSS 24.
Hasil: Dari jumlah sampel 26 pasien pada studi ini, didapatkan tidak adanya perbedaan bermakna dari vitamin D serum pada pasien endometriosis (22,83 (5,00 – 40,00)) dan non endometriosis (30,11 (10,40-76,10)), namun secara rerata kadar vitamin D serum pada pasien endometriosis lebih rendah. Kadar vitamin D cairan folikular pada pasien endometriosis (15,33 (4,50-36,32)) dan non-endometriosis (23,64 (4,98-60,22)) tidak berbeda bermakna (P>0,05). Kadar zink serum pada pasien endometriosis (75,23 ± 11,58) dan non-endometriosis (79,46 ± 12,09) tidak berbeda bermakna (P>0,05). Konsentrasi zink paada cairan folikular tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara pasien endometriosis (39,00 (22,00 – 49,00)) dan tanpa endometriosis (51,00 (19,00-95,00)) (P>0,05). 
Kesimpulan: Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kadar vitamin D serta zink serum dan cairan folikular pada pasien endometriosis dan non-endometriosis. 

Background: Endometriosis associates with chronic inflammation, dysfunction of oocyte maturation, increase of oxidative stress, and apoptosis which underlie infertility problem in reproductive female. In-Vitro Fertilization (IVF) is a technique used to treat infertility with the success rate depending on the quality of the oocytes extracted to become embryos. Oocyte quality is influenced by nutrition. Micronutrient profiles such as vitamin D and zink are thought to influence reproductive function through their anti-inflammatory, anti-apoptotic and anti-oxidant activities. However, the urgency of maintaining nutritional adequacy is often overlooked. In addition, until now there is no reference for predicting levels of vitamin D and zink in serum and follicular fluid associated with endometriosis.
Method: This study is a cross-sectional study conducted on In Vitro Fertilization (FIV) patients at the Yasmin Clinic, RSCM Kencana during July – December 2020. Clinical data were obtained through medical records and patient interviews. Laboratory data were obtained through blood and follicular fluid samples obtained in conjunction with the Ovum Pick Up (OPU) procedure. The samples were then grouped into endometriosis and non-endometriosis groups. After that the data are presented in tables and analyzed by parametric test, namely paired t-test if the data distribution is normal or non-parametric test, namely the Mann-Whitney test if the data distribution is not normal. Data were analyzed by SPSS 24.
Result: From a total sample of 26 patients in this study, there was no significant difference in serum vitamin D in patients with endometriosis (22.83 (5.00 – 40.00)) and non-endometriosis (30.11 (10.40-76.10). )), but the mean serum vitamin D level in endometriosis patients was lower. Follicular fluid vitamin D levels in patients with endometriosis (15.33 (4.50-36.32)) and non-endometriosis (23.64 (4.98-60.22)) were not significantly different (P>0.05) . Serum zink levels in patients with endometriosis (75.23 ± 11.58) and non-endometriosis (79.46 ± 12.09) were not significantly different (P>0.05). Zink concentration in follicular fluid did not show a significant difference between endometriosis patients (39.00 (22.00 – 49.00)) and without endometriosis (51.00 (19.00-95.00)) (P>0.05) .
Conclusion: There was no significant difference between the levels of vitamin D and serum zink and follicular fluid in patients with endometriosis and non-endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Dewiastuti
"Latar Belakang/Tujuan: Pasien IBD berisiko terjadi defisiensi Zink. Sedangkan Zink memiliki peran dalam menstimulasi sistem imun, regenerasi sel, dan berperan sebagai koenzim yang berperan sebagai antioksidan. Pemberian suplementasi Zink diharapkan dapat menurunkan aktivitas penyakit dan meningkatkan aktivitsas antioksidan.
Metode: Penelitian ini merupakan kajian sistematis dan meta-analisis. Pencarian literatur dilakukan sampai desember 2020 dengan mencari pada tiga database yaitu Cochrane central, Pubmed, dan Embase. Berdasarkan kriterian eligibilats didapatkan 9 artikel yang menilai efek Zink terhadap aktivitas penyakit IBD. Aktivitas penyakit dinilai berdasarkan skor CDAI dan skor Mayo, serta aktivitas enzim SOD.
Hasil: Sebanyak 9 studi didapat dari pencarian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Meta-analisis dilakukan dengan membagi menjadi 3 subgrup, yaitu Zink terhadap aktivitas penyakit IBD, Zink terhadap aktivitas enzim SOD, serta aktivitas penyakit sebelum dan sesudah pemberian. Empat studi menilai efek Zink terhadap aktivitas penyakit menunjukkan tidak terdapat penutunan aktivitas penyakit IBD, dua studi menilai efek Zink terhadap aktivitas SOD menunjukkan tidak terdapat peningkatan aktivitas SOD, dua studi menilai efek Zink terhadap ekspresi metalotinonin datu studi menunjukkan peningkatan dan satu studi tidak menunjukkan peningkatan. Tiga studi pre dan post dari dua studi menunjukkan tidak terdapat penurunan aktivitas penyakit dan 1 studi menunjukkan penurunan aktivitas jika diberikan jangka panjang.
Simpulan: Tidak didapatkan perbedaan aktivitas penyakit, aktivitas SOD, aktivitas metalotionin dengan suplementasi Zink jangka pendek, suplementasi jangka panjang dapat menurunkan aktivitas penyakit IBD

Background/Aim: IBD patients are at risk of Zinc deficiency. Zinc has a role in stimulating the immune system, cell regeneration, and as a coenzyme acts as an antioxidant. Zinc supplementation will decrease disease activity and increase antioxidant activity.
Method: This research is a systematic review and meta-analysis. Literature searches are conducted until December 2020, we searched in three databases Cochrane central, Pubmed, and Embase. Based on eligibility criteria, there are 9 articles evaluate effect of Zinc on disease activity of IBD. Disease activity is assessed based on CDAI score and Mayo score, as well as SOD enzyme activity.
Result: We identified 9 studies, Of all the potentially relevant papers, 9 studies were identified. All of the studies were assessed for risk of bias along with qualitative analysis. Pre-specified outcomes were Zinc and disease activity, Zinc and SOD activity, metallothionine expression as well as disease activity before and after administration. Four studies evaluated effect of Zinc on disease activity showed no improvement in IBD disease activity, two studies evaluated effect of Zinc on SOD activity showed no increase in SOD activity, two studies evaluated effect of Zinc on metalotinonin expression, one study showed increase of expression and the other had no increase. There are 3 pre and post studies from two studies showed no decrease in disease activity and 1 study showed a decrease in activity if supplemented for long term.
Conclusion: The results of the systematic review revealed there were no difference in disease activity, SOD and methalotionen activity with short term Zinc supplementation, long term supplementation decrease disease activity of IBD
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rochyatun
"Pengamatan terhadap kandungan logam berat dalam sedimen telah dilakukan di perairan Teluk Jakarta pada bulan Juni dan September 2003. Kadar logam berat dalam sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta berkisar antara Pb = 8,49-31,22 ppm, Cd = <0,001-0,47 ppm, Cu = 13,81-193,75 ppm, Zn = 82,18-533,59 ppm dan Ni = 0,99-35,38 ppm, sedangkan bagian Tengah Teluk Jakarta, kadar Pb berkisar antara 2,21-69,22 ppm, Cd = <0,001-0,28 ppm, Cu = 3,36-50,65 ppm, Zn = 71,13-230,54 ppm dan Ni = 0,42-15,58 ppm dan bagian Timur Teluk Jakarta, kadar Pb berkisar antara 0,25-77,42 ppm, Cd = <0,001-0,42 ppm, Cu = 0,79-44,94 ppm, Zn = 93,21-289,00 ppm dan Ni = 0,42-128,47 ppm. Kadar logam berat dalam sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta lebih tinggi dibandingkan di bagian Tengah dan Timur Teluk Jakarta. Sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta mempunyai tekstur berupa lumpur yang berwarna hitam, hal ini terbukti bahwa sedimen yang mempunyai tekstur berupa lumpur mengandung logam berat yang cukup tinggi.

Observation on Heavy Metals in Sediment of Jakarta Bay Waters. Observation on heavy metals in Jakarta Bay, from June and September 2003. Heavy metals Pb in sediment at the West have been conductet of Jakarta Bay Waters varied between Pb = 8,49-31,22 ppm, Cd = <0,001-0,47 ppm, Cu = 13,81-193,75 ppm, Zn = 82,18-533,59 ppm and Ni = 0,99-35,38 ppm,while those at the Center of Jakarta Bay, varied between Pb = 2,21-69,22 ppm, Cd = <0,001-0,28 ppm, Cu = 3,36-50,65 ppm, Zn = 71,13-230,54 ppm and Ni = 0,42-15,58 ppm and at the East of Jakarta Bay, Pb content varied between 0,25-77,42 ppm, Cd = <0,001-0,42 ppm, Cu = 0,79-44,94 ppm, Zn = 93,21-289,00 ppm and Ni = 0,42-128,47 ppm. Hevy metals content in sediment the West of Jakarta Bay was high of equivalent the Center and East of Jakarta Bay. At than those composition sediment at the west was black, that indicated high heavy metals content."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian zink dalam mengatasi diare akut pada balita di Puskesmas Tanjung Satai. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan jenis nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel berjumlah 40 orang anak yang dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan frekuensi defekasi dan durasi diare pada kedua kelompok (p-value=0,000). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian zink efektif untuk menangani diare akut pada balita sehingga dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan.

Diarrhea is one of major causes of infant and child death in Indonesia. The purpose of this research was to identify the effectiveness of zinc supplementation for acute diarrhea in under five years children in Puskemas Tanjung Satai. The research was quasi experimental with nonequivalent control group after only design. The samples were 40 participants, devided into two group. The result showed that there was significant difference in defecation frequency and duration of diarrhea in both group (p-value=0,000). The conclusion was zinc supplementation is effective for acute diarrhea in under five years children and can be use as nursing intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29410
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Tri Adiningsih
"Pektin merupakan polisakarida alami yang dapat digunakan sebagai sistem penghantaran obat spesifik ke kolon. Pektin merupakan polimer anionik yang akan membentuk gel jika berinteraksi dengan kation divalen seperti zink dengan menggunakan metode gelasi ionik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat beads zink pektinat mengandung pentoksifilin dan mengetahui karakteristik dan pelepasan obat dari beads. Pada penelitian ini pembuatan beads dilakukan variasi pada lama waktu taut silang yaitu 15 menit, 30 menit dan 45 menit. Karakterisasi beads meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, kadar air, efisiensi penjerapan dan uji pelepasan in vitro. Beads yang dihasilkan berbentuk tidak bulat berwarna keemasan. Kandungan obat pada beads 15, 30 dan 45 yaitu 25,93%, 29,27% dan 27,21%. Uji pelepasan zat aktif dari beads dilakukan pada medium HCl pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4 dan dapar fosfat pH 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan pentoksifilin pada medium asam klorida pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4 dan dapar fosfat pH 6 berlangsung cepat.

Pectin is a natural polysaccharide that can be used as drug delivery systems specific to the colon. Pectin is an anionic polymer that will form a gel when interacting with divalent cations such as zinc by ionic gelation method. The purpose of this research was preparation beads zinc pectinate containing pentoxyfilline and investigate the characteristics of drug release from the beads. Beads zinc pectinate were prepared by ionic gelation method with variation in cross linking time which is 15 minutes, 30 minutes and 45 minutes. All formulations were evaluated for the shape and morphology, particle size distribution, moisture content, encapsulation efficiency and in vitro release test. The resulted beads has not spherical form and has golden color. Drug content in the beads 15, 30 and 45 is 25,93%, 29,27% and 27,21%. Results shows that beads with variation in cross linking time that the drug from the beads released fast in medium HCl pH 1,2, phosphate buffer pH 7,4 and phosphate buffer pH 6."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>