Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Deviriyanti Agung
Abstrak :
Latar Belakang: Preeklamsia merupakan masalah penting yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Preeklamsia berhubungan dengan stres oksidatif pada sirkulasi maternal. Preeklampsia merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan sehingga terjadi reaksi inflamasi berlebihan pada kehamilan yang berakibat disfungsi endotel. Antioksidan dan inflamasi dalam tubuh ditentukan oleh status gizi ibu dan bayi yang dapat dinilai dari kadar serum ibu seperti zink, selenium, besi dan tembaga. Tujuan: Diketahuinya perbedaan kadar zink, selenium, besi dan tembaga dalam serum maternal dan tali pusat pada preeklamsia. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 35 yang melakukan persalinan di RS Cipto Mangunkusumo. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM. Hasil: Kadar rerata zink pada serum maternal dan tali pusat adalah 43,17 11,07 g/dl dan 86,66 25,54 g/dl dengan selisih rerata -43,49 27,83, nilai p ...... Background: Preeclampsia is a significant health problem and is the leading cause of maternal and perinatal mortality and morbidity. Preeclampsia is associated with oxidative stress in the maternal circulation. Preeclampsia was a manifestation of the free radical and antioxidant imbalance resulting inflammation and endothelial dysfunction. Antioxidant dan inflammation was determined by nutrition status that measured in maternal and fetal serum such zinc, selenium, iron and copper. Objective: Investigate the mean difference of zinc, selenium, iron and copper in maternal serum and fetal umbilical cord in pregnancy with preeclampsia. Methods: This was a cross sectional study enrolled 35 preeclampsia patients pregnancy visiting Cipto Mangunkusumo Hospital. Data was presented in table and was analyzed by paired T test and Wilcoxon test. This study had been granted ethical clearence and approved by Ethical Committee for Health Research Faculty of Medicine University of Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital. Result: The zinc maternal level and fetal umbilical cord were 43,17 11,07 g dl and 86,66 25,54 g dl, p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
Abstrak :
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian zink dalam mengatasi diare akut pada balita di salah satu puskesmas di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan jenis nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel berjumlah 40 anak balita yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada frekuensi defekasi dan durasi diare pada kedua kelompok (p= 0,000; α= 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian zink efektif untuk menangani diare akut pada balita sehingga dapat mencegah akibat lanjut dari diare.
AKPER Pemerintahan Kota Tegal ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Noor Prastia
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Tika Noor Prastia Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Faktor Risiko Kejadian Stunting Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kras Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Tahun 2017 Stunting menjadi masalah kesehatan yang terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Dampak stunting menyebabkan buruknya kualitas sumber daya manusia dan menurunkan kemampuan produktifitas. Penelitian ini bertujuan menilai faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kras Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Tahun 2017. Desain penelitian mengggunakan cross sectional dengan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel 187 anak. Data diperoleh dari data primer melalui wawancara kuesioner dan form FFQ semikuantitatif, serta pengukuran antropometri panjang badan anak dan tinggi badan ibu. Analsisis bivariat menggunakan uji chi-square, regresi logistik ganda untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting sebesar 20,9 . Analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu riwayat IMD dan asupan zink p0,05 . Analisis multivariat menunjukkan asupan zink OR= 12,54: 95 CI: 3,68-42,76 merupakan faktor risiko dominan yang menyebabkan kejadian stunting setelah dikontrol dengan berat badan lahir dan pendidikan ibu. Perlu diperhatikan komsumsi makan anak seperti daging, ikan, hati, dan telur yang kaya akan zink sebagai upaya pencegahan terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Kata kunci : Stunting asupan zink, anak usia 6-24 bulan
ABSTRACT
Name Tika Noor PrastiaStudy Program Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Risk Factors of Stunting In 6 24 Months Old Children InWorking Area of Puskesmas Kras, Kras Sub Districts,Kediri District 2017Stunting became a health problem that occurred in almost all regions of Indonesia.The impact of stunting causes poor quality of human resources and decreasesability. This research design used cross sectional with proportional randomsampling method with the number of samples were 187 children. Data from primarydata through questionnaire interview and semiquantitative FFQ form, andanthropometric measurement of body length and height of mother. Bivariateanalyzes used chi square, multiple logistic regression for multivariate analysis. Theresults showed that the prevalence of stunting as much as 20.9 . Bivariate analysisshowed factors related to stunting incidence of history of early breastfeedinginitiation, and zinc intake p 0.05 .Multivariate analysis showed that zinc intake OR 12,54 95 CI 3,68 42,76 wasthe dominant risk factor causing stunting event after controlled by birth weight andmother 39 s education,. Needed the consumption of children such as red meat, fish,liver, and eggs were rich in zinc as an effort to prevent the occurrence of stuntingin children aged 6 24 months.Key words Stunting, zinc intake, children 6 24 months
2017
T48688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Dewiastuti
Abstrak :
Latar Belakang/Tujuan: Pasien IBD berisiko terjadi defisiensi Zink. Sedangkan Zink memiliki peran dalam menstimulasi sistem imun, regenerasi sel, dan berperan sebagai koenzim yang berperan sebagai antioksidan. Pemberian suplementasi Zink diharapkan dapat menurunkan aktivitas penyakit dan meningkatkan aktivitsas antioksidan. Metode: Penelitian ini merupakan kajian sistematis dan meta-analisis. Pencarian literatur dilakukan sampai desember 2020 dengan mencari pada tiga database yaitu Cochrane central, Pubmed, dan Embase. Berdasarkan kriterian eligibilats didapatkan 9 artikel yang menilai efek Zink terhadap aktivitas penyakit IBD. Aktivitas penyakit dinilai berdasarkan skor CDAI dan skor Mayo, serta aktivitas enzim SOD. Hasil: Sebanyak 9 studi didapat dari pencarian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Meta-analisis dilakukan dengan membagi menjadi 3 subgrup, yaitu Zink terhadap aktivitas penyakit IBD, Zink terhadap aktivitas enzim SOD, serta aktivitas penyakit sebelum dan sesudah pemberian. Empat studi menilai efek Zink terhadap aktivitas penyakit menunjukkan tidak terdapat penutunan aktivitas penyakit IBD, dua studi menilai efek Zink terhadap aktivitas SOD menunjukkan tidak terdapat peningkatan aktivitas SOD, dua studi menilai efek Zink terhadap ekspresi metalotinonin datu studi menunjukkan peningkatan dan satu studi tidak menunjukkan peningkatan. Tiga studi pre dan post dari dua studi menunjukkan tidak terdapat penurunan aktivitas penyakit dan 1 studi menunjukkan penurunan aktivitas jika diberikan jangka panjang. Simpulan: Tidak didapatkan perbedaan aktivitas penyakit, aktivitas SOD, aktivitas metalotionin dengan suplementasi Zink jangka pendek, suplementasi jangka panjang dapat menurunkan aktivitas penyakit IBD ......Background/Aim: IBD patients are at risk of Zinc deficiency. Zinc has a role in stimulating the immune system, cell regeneration, and as a coenzyme acts as an antioxidant. Zinc supplementation will decrease disease activity and increase antioxidant activity. Method: This research is a systematic review and meta-analysis. Literature searches are conducted until December 2020, we searched in three databases Cochrane central, Pubmed, and Embase. Based on eligibility criteria, there are 9 articles evaluate effect of Zinc on disease activity of IBD. Disease activity is assessed based on CDAI score and Mayo score, as well as SOD enzyme activity. Result: We identified 9 studies, Of all the potentially relevant papers, 9 studies were identified. All of the studies were assessed for risk of bias along with qualitative analysis. Pre-specified outcomes were Zinc and disease activity, Zinc and SOD activity, metallothionine expression as well as disease activity before and after administration. Four studies evaluated effect of Zinc on disease activity showed no improvement in IBD disease activity, two studies evaluated effect of Zinc on SOD activity showed no increase in SOD activity, two studies evaluated effect of Zinc on metalotinonin expression, one study showed increase of expression and the other had no increase. There are 3 pre and post studies from two studies showed no decrease in disease activity and 1 study showed a decrease in activity if supplemented for long term. Conclusion: The results of the systematic review revealed there were no difference in disease activity, SOD and methalotionen activity with short term Zinc supplementation, long term supplementation decrease disease activity of IBD
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Setiana Khoirunnisa
Abstrak :
Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis ZnO nanorods (NR) 4 jam dan ZnO nanotubes (NT) dengan variasi waktu self-etching 18 jam dan 22 jam dan diapikasikan sebagai devais detektor UV 365 nm. Nanomaterial ini telah disintesis menggunakan metode ultrasonic spray pyrolysis (USP) dan hydrothermal. ZnO NT telah berhasil disintesis melalui proses self-etching ZnO NR yang tidak mengalami perubahan fasa kristal, parameter kisi maupun energi band gap. Namun demikian ZnO NT yang dihasilkan memiliki lebih banyak cacat kristal yang diindikasikan dengan kurva absorbansi optik yang lebih lebar pada daerah cahaya tampak. Hal ini menyebabkan penurunan photocurrent yang lebih tinggi daripada penuruan dark current , yang menyebabkan penurunan kinerja fotodetektor UV. Nilai sensitivitas ZnO NR menurun dari 43,74% menjadi 29,20% dan 30,80% pada sampel ZnO NT 18 jam dan 22 jam. Demikian pula nilai responsivitas menurun dari 5,83 A/W menjadi 3,09 A/W dan 4,06 A/W dan nilai detektivitas menurun dari 1,20×106 Jones menjadi 0,71×106 Jones dan 0,84×106 Jones. ......In this study, the synthesis of ZnO nanorods (NR) and ZnO nanotubes (NT) with variations in self-etching time of 18 h and 22 h was carried out and applied as a UV detector device. This nanomaterial has been synthesized using ultrasonic spray pyrolysis (USP) and hydrothermal methods. ZnO NT has been successfully synthesized through the self-etching process of ZnO NR which does not change the crystal phase, lattice parameters or band gap energy. However, the resulting ZnO NT has more crystal defects indicated by a wider optical absorbance curve in the visible light region. This results in a higher photocurrent IL than an dark current ID, leading to a decrease in the performance of the UV photodetector. The sensitivity of ZnO NR decreased from 43.74% to 29.20% and 30.80% in samples of ZnO NT 18 h and 22 h. Likewise, the responsivity value decreased from 5.83 A/W to 3.09 A/W and 4.06 A/W and the detectivity value decreased from 1.20×106 Jones to 0.71×106 Jones and 0.84×106. Jones.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Syah Reza Anwar
Abstrak :
Pendahuluan: Endometriosis berkaitan dengan adanya inflamasi  kronik,  gangguan  maturasi  oosit,  peningkatan stress  oksidatif  radikal,  dan  apoptosis  yang  kemudian  mendasari  terjadinya  infertilitas pada wanita usia subur.  Fertilisasi In Vitro (FIV)  merupakan  salah  satu  teknik  yang dapat menangani  infertilitas  dengan  tingkat  keberhasilannya  bergantung  dengan  kualitas  oosit  yang diambil  untuk  menjadi  embrio.  Kualitas oosit dipengaruhi  oleh  nutrisi. Profil  mikronutrien  seperti  vitamin  D  dan  zink  dianggap mempengaruhi  fungsi  reproduksi  melalui aktivitas  anti-inflamasi,  anti-apoptosis dan  anti-oksidan  yang dimiliki. Sayangnya, urgensi untuk menjaga adekuasi nutrisi  ini  sering diabaikan. Selain itu juga hingga saat ini  belum  ada  acuan  untuk  memprediksi  kadar  profil  vitamin  D  dan  zink  dalam serum  dan  cairan  folikular  yang  berhubungan  pada  pasien  endometriosis  itu  sendiri. Tujuan: Penelitian ini membandingkan kadar vitamin D dan zink di serum dan cairan folikular pada pasien endometriosis dan non-endometriosis. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilaksanakan pada pasien Fertilisasi In Vitro (FIV) di Klinik Yasmin, RSCM Kencana selama Juli –  Desember 2020. Data klinis diperoleh melalui rekam medis dan wawancara pasien. Data laboratorium diperoleh melalui sampel darah dan cairan folikuler yang diperoleh bersamaan dengan prosedur Ovum Pick Up (OPU). Sampel kemudian dikelompokkan menjadi kelompok endometriosis dan non-endometriosis. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji parametrik, yaitu uji-t berpasangan bila sebaran data normal atau uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney bila sebaran data tidak normal. Data dianalisis dengan SPSS 24. Hasil: Dari jumlah sampel 26 pasien pada studi ini, didapatkan tidak adanya perbedaan bermakna dari vitamin D serum pada pasien endometriosis (22,83 (5,00 – 40,00)) dan non endometriosis (30,11 (10,40-76,10)), namun secara rerata kadar vitamin D serum pada pasien endometriosis lebih rendah. Kadar vitamin D cairan folikular pada pasien endometriosis (15,33 (4,50-36,32)) dan non-endometriosis (23,64 (4,98-60,22)) tidak berbeda bermakna (P>0,05). Kadar zink serum pada pasien endometriosis (75,23 ± 11,58) dan non-endometriosis (79,46 ± 12,09) tidak berbeda bermakna (P>0,05). Konsentrasi zink paada cairan folikular tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara pasien endometriosis (39,00 (22,00 – 49,00)) dan tanpa endometriosis (51,00 (19,00-95,00)) (P>0,05).  Kesimpulan: Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kadar vitamin D serta zink serum dan cairan folikular pada pasien endometriosis dan non-endometriosis.  ......Background: Endometriosis associates with chronic inflammation, dysfunction of oocyte maturation, increase of oxidative stress, and apoptosis which underlie infertility problem in reproductive female. In-Vitro Fertilization (IVF) is a technique used to treat infertility with the success rate depending on the quality of the oocytes extracted to become embryos. Oocyte quality is influenced by nutrition. Micronutrient profiles such as vitamin D and zink are thought to influence reproductive function through their anti-inflammatory, anti-apoptotic and anti-oxidant activities. However, the urgency of maintaining nutritional adequacy is often overlooked. In addition, until now there is no reference for predicting levels of vitamin D and zink in serum and follicular fluid associated with endometriosis. Method: This study is a cross-sectional study conducted on In Vitro Fertilization (FIV) patients at the Yasmin Clinic, RSCM Kencana during July – December 2020. Clinical data were obtained through medical records and patient interviews. Laboratory data were obtained through blood and follicular fluid samples obtained in conjunction with the Ovum Pick Up (OPU) procedure. The samples were then grouped into endometriosis and non-endometriosis groups. After that the data are presented in tables and analyzed by parametric test, namely paired t-test if the data distribution is normal or non-parametric test, namely the Mann-Whitney test if the data distribution is not normal. Data were analyzed by SPSS 24. Result: From a total sample of 26 patients in this study, there was no significant difference in serum vitamin D in patients with endometriosis (22.83 (5.00 – 40.00)) and non-endometriosis (30.11 (10.40-76.10). )), but the mean serum vitamin D level in endometriosis patients was lower. Follicular fluid vitamin D levels in patients with endometriosis (15.33 (4.50-36.32)) and non-endometriosis (23.64 (4.98-60.22)) were not significantly different (P>0.05) . Serum zink levels in patients with endometriosis (75.23 ± 11.58) and non-endometriosis (79.46 ± 12.09) were not significantly different (P>0.05). Zink concentration in follicular fluid did not show a significant difference between endometriosis patients (39.00 (22.00 – 49.00)) and without endometriosis (51.00 (19.00-95.00)) (P>0.05) . Conclusion: There was no significant difference between the levels of vitamin D and serum zink and follicular fluid in patients with endometriosis and non-endometriosis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
Abstrak :
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian zink dalam mengatasi diare akut pada balita di Puskesmas Tanjung Satai. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan jenis nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel berjumlah 40 orang anak yang dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan frekuensi defekasi dan durasi diare pada kedua kelompok (p-value=0,000). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian zink efektif untuk menangani diare akut pada balita sehingga dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan.
Diarrhea is one of major causes of infant and child death in Indonesia. The purpose of this research was to identify the effectiveness of zinc supplementation for acute diarrhea in under five years children in Puskemas Tanjung Satai. The research was quasi experimental with nonequivalent control group after only design. The samples were 40 participants, devided into two group. The result showed that there was significant difference in defecation frequency and duration of diarrhea in both group (p-value=0,000). The conclusion was zinc supplementation is effective for acute diarrhea in under five years children and can be use as nursing intervention.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29410
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rochyatun
Abstrak :
Pengamatan terhadap kandungan logam berat dalam sedimen telah dilakukan di perairan Teluk Jakarta pada bulan Juni dan September 2003. Kadar logam berat dalam sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta berkisar antara Pb = 8,49-31,22 ppm, Cd = <0,001-0,47 ppm, Cu = 13,81-193,75 ppm, Zn = 82,18-533,59 ppm dan Ni = 0,99-35,38 ppm, sedangkan bagian Tengah Teluk Jakarta, kadar Pb berkisar antara 2,21-69,22 ppm, Cd = <0,001-0,28 ppm, Cu = 3,36-50,65 ppm, Zn = 71,13-230,54 ppm dan Ni = 0,42-15,58 ppm dan bagian Timur Teluk Jakarta, kadar Pb berkisar antara 0,25-77,42 ppm, Cd = <0,001-0,42 ppm, Cu = 0,79-44,94 ppm, Zn = 93,21-289,00 ppm dan Ni = 0,42-128,47 ppm. Kadar logam berat dalam sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta lebih tinggi dibandingkan di bagian Tengah dan Timur Teluk Jakarta. Sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta mempunyai tekstur berupa lumpur yang berwarna hitam, hal ini terbukti bahwa sedimen yang mempunyai tekstur berupa lumpur mengandung logam berat yang cukup tinggi.
Observation on Heavy Metals in Sediment of Jakarta Bay Waters. Observation on heavy metals in Jakarta Bay, from June and September 2003. Heavy metals Pb in sediment at the West have been conductet of Jakarta Bay Waters varied between Pb = 8,49-31,22 ppm, Cd = <0,001-0,47 ppm, Cu = 13,81-193,75 ppm, Zn = 82,18-533,59 ppm and Ni = 0,99-35,38 ppm,while those at the Center of Jakarta Bay, varied between Pb = 2,21-69,22 ppm, Cd = <0,001-0,28 ppm, Cu = 3,36-50,65 ppm, Zn = 71,13-230,54 ppm and Ni = 0,42-15,58 ppm and at the East of Jakarta Bay, Pb content varied between 0,25-77,42 ppm, Cd = <0,001-0,42 ppm, Cu = 0,79-44,94 ppm, Zn = 93,21-289,00 ppm and Ni = 0,42-128,47 ppm. Hevy metals content in sediment the West of Jakarta Bay was high of equivalent the Center and East of Jakarta Bay. At than those composition sediment at the west was black, that indicated high heavy metals content.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Defira Metha Diandra
Abstrak :
ABSTRAK
Sediaan nutrasetika saat ini banyak diminati oleh konsumen untuk dikonsumsi secara rutin. Kandungan zat aktif sediaan nutrasetika yang berasal dari bahan alam membuat sediaan ini aman untuk dikonsumsi. Pengembangan bentuk dan tampilan dari sediaan nutrasetika dapat membuat nilai jual produk meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memformulasikan sediaan nutrasetika dari ekstrak daun murbei menjadi beads hidrogel yang mengembang dalam air dan diadministrasikan secara oral oleh konsumen. Zat aktif dari beads hidrogel ekstrak daun murbei yaitu deoxynojirimycin memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Dalam penelitian ini dilakukan 4 formulasi sediaan beads hidrogel ekstrak daun murbei dengan perbandingan ekstrak dan polimer (pektin) 1:2 dan 1:3 serta variasi konsentrasi penyambung silang (larutan zink asetat) 2,5% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beads hidrogel yang diformulasikan memiliki bentuk bulat dengan permukaan tidak rata, berwarna cokelat, dan dapat mengembang saat dimasukkan ke dalam air. Formula terbaik adalah formula 1 dengan perbandingan ekstrak dan polimer 1:2 dan konsentrasi penyambung silang 2,5%. Formula 1 memiliki diameter rata-rata 3,6 mm dengan daya mengembang 210,68% dan kecepatan mengembang 30,33 detik, Dari hasil penelitian ini, beads hidrogel ekstrak daun murbei memiliki potensi sebagai minuman nutrasetika antidiabetes.
ABSTRACT
Nutraceutical product is currently in great demand by consumers to be consumed on a regular basis. The natural active substance in nutraceutical product produces it safe to use. The development of dosage form and appearance of modern nutraceutical product can improve the product?s quality. Therefore, this research was aimed to formulate nutraceutical product of mulberry leaves extract into hydrogel beads that swell in water and administrated orally. Deoxynojirimycin, the active substance of mulberry leaves extract hydrogel beads has the efficacy of an antidiabetic agent. In this research, there are four formulations with the variation 1:2 and 1:3 of extract and polymer ratio, and 2,5% and 5% crosslinker?s concentration variation. The result shows hydrogel beads had spherical form with unsmooth surface, brown color, and are able to swell in water. The best formula was formula 1 with 1:2 of extract and polymer ratio and 2,5% of crosslinker?s concentration. Formulation 1 has average diameter 3,6 mm, swelling ability of 210,68%, and immediately swell in water during 30 seconds. In conclusion, mulberry leaves extract hydrogel beads can be used as an interesting nutraceutical products.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nurul Amalia
Abstrak :
ABSTRAK
Karbon dioksida (CO2) merupakan senyawa yang potensial digunakan sebagai sumber karbon dalam sintesis fine chemicals karena keberadaannya melimpah di alam, bersifat non toksik, ekonomis, dan termasuk ke dalam sumber yang dapat diperbaharui. Namun pemanfaatan CO2 secara luas masih terkendala karena sifatnya yang inert dan stabil. Oleh karena itu, keberadaan katalis sangat diperlukan dalam proses konversi CO2. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis Cu terimpregnasi pada karbon mesopori sebagai katalis karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 menjadi asam karboksilat. Pembuatan karbon mesopori dilakukan dengan metode soft template menggunakan Pluronik F-127 sebagai pembentuk pori, formaldehida dan floroglusinol sebagai sumber karbon, dan HCl sebagai katalis asam. Material Cu/MC yang dihasilkan dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, SAA, dan SEM-EDX. Analisis BET terhadap karbon mesopori menunjukkan bahwa material tersebut memiliki luas permukaan sebesar 405,8 m2/g dengan rata-rata pori sebesar 7,2 nm. Hasil analisa dengan XRD memperlihatkan puncak pada 2θ 36,62°; 43,47°; 50,63°; dan 74,19° yang mengindikasikan bahwa Cu telah berhasil terimpregnasi yang mewakili spesi Cu(0) dan Cu(I). Reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 dilakukan dengan variasi suhu (25°C; 50°C; dan 75°C), variasi jumlah katalis (28,6; 57,2; dan 85,8 mg) dan variasi basa (Cs2CO3; K2CO3; dan Na2CO3). Hasil reaksi dianalisa dengan HPLC dan memperlihatkan %konversi terbaik terjadi pada suhu 75°C yaitu 41,32% dengan menggunakan Cs2CO3 sebagai basa, dan produk yang terbentuk diidentifikasi dengan FTIR dan LC-MS.
ABSTRACT
Carbon dioxide (CO2) is a compound that has the potential to be used as carbon source in the synthesis of fine chemicals because it is abundant in nature, non-toxic, inexpensive, and is included as a renewable source. However, utilization of CO2 is still constrained due to its inert and stable nature. Therefore, the presence of a catalyst is needed in CO2 conversion. This study aims to synthesize impregnated Cu on mesoporous carbon (Cu/MC) as a catalyst for phenylacetylene carboxylation reaction with CO2 into carboxylic acid. The synthesis of mesoporous carbon was performed via soft template method using Pluronic F-127 as a pore forming agen, formaldehyde and phloroglucinol as carbon sources, and HCl as an acid catalyst. The Cu/MC material produced was characterized by FTIR, SAA, XRD, and SEM-EDX. BET surface area analysis of mesoporous carbon showed that the material has a surface area of 405.8 m2/g with an average pore diameter of 7,2 nm. XRD pattern of Cu/MC showed some sharp peaks at 2θ of 36.62°; 43.47°; 50.63°; and 74.19° which indicates that Cu has been successfully impregnated in the form of Cu(0) and Cu(I). Phenylacetylene carboxylation reaction with CO2 was carried out by varying reaction temperatures (25, 50, and 75 °C), the amount of catalyst (28.6, 57.2, and 85.8 mg) and the type of base (Cs2CO3, K2CO3, and Na2CO3). The reaction mixtures were analyzed by HPLC and showed that highest phenylacetylene conversion of 41% was obtained for the reaction at 75°C using Cs2CO3 as a base. The product was further identified using FTIR and LCMS.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>