Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Tamsiah Yulianti
"Penelitian laboratorium telah dilaksanakan. untuk meme
riksa 12 tanaman obat, yang diduga masing-masiig mengandung
zat bakteriostatjk atau bakterisid.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menipelajar
secara kualitatif aktifitas antibakteni in vitro dan
tanaman terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus.
Pilihan untuk mengambil Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus sebagai kuman percoba
an didasarkan atas kenyataan, bahwa inikroorganisma tersebut
dianggap merupakan kuman patogen yang paling sening ditemu
kan pada infeksi manusia, terutama pada. infeksi genitourina
rius;. mikroorganisma tersebut pada .umumnya adalah resisten
terhadap banyak antibiotik.
Tes aktifitas antibakteni dilakukan dengan cara cakram
dengan melaksanakan teknik Kirby-Bauer dengan beberapa
modifikasi dan penyesuaian, seperti yang biasa dikerjakan
di Bagian Mikrobiolo.gi Fakultas Kedokteran Universitas Indo
nesia Jakarta.
Hasil tes aktifitas antibakteni adalah sangat baik,
oleh karena 8 dari sejumlah 12 tanaman obat yang dipeniksa
menunjukkan hasil pengaruh antibakteri secara in vitro yang
sangat jelas, seperti yang diperlihatkan berturut-turut oleh Allium sativum L, Psidium guajava L, Punica granatum L
var alba. Areca catechu L, sedangkan Lf tanaman (Averrhoa bi
limbi L, Boesenbergia pandurata (Poxb.) Schlecht, Moringa
oleifera Larnk dan Musa brachycarpa Backer) inemperlihatkan
aktifitas antibakterj yang leinah.
Aktifitas antibakterj terhadap ketiga jenis kuman (Escherichia
coil, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus)
yang dicoba diperiihatkan oleh tanarnan Ailium sativum L.
Aktifitas antibakteri hanya terhadap kuman Staphylococcus
aureus adaiah tanaman Areca catechu L, Boesenbergia pandura
ta (Poxb.,) Schlecht, Moringa oleifera Lamk, Psidium guaja-.
va L dan Punica granatum L var aiba, sedangkan Averrhoa biiirnbi
L adaiah positif antibakterial hanya terhadap Pseudomonas
aeruginosa; disamping itu Musa brachycarpa Backer agk
nya memperiihatkan a,ktifitas antibakteri yang relatif iemah
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coil.
Mernpe].ajari hasil yang diperoieh dari penelitian laboratoriurn,
maka dapat diambil kesimpuian sebagai benikut
1. Beberapa tanaman obat yang terbukti mengandung zat anti-.
bakteni, dapat digunakan iangsung sebagai obat untuk men
hiiangkari infeksi kuman, oleh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil.
2. Dari sejumiah 12 tanaman obat yang dipeniksa, Allium sativuin
L yang aktifitas antibakterinya terhadap ke 3 spesies
kuman yang dicoba, dapat dianggap sebagal antibakteri
yang berspektrum lebar.
3. Sernua tanaman obat yang dicoba dan terbukti mengandung
zat antibakteri, sebaiknya dicoba lebih lanjut terhadap
spesies kuman yang jumiahnya lebih besar yang diasingkan
dari pasien (strain liar).
14. Semua tanarnan obat yang dicoba, yang secara kualitatif
menunjukkan aktifitas antibakteri, sebaiknya dicoba le-
: bih lanjut secara kuantitatif.
5. Oleh karena zat antibakteri yang dicoba itu merupakan ba
han kasar (crude) yang diekstraksi dari tanaman, maka Se
baiknya penelitian lanjutan dilakeanakan untuk mengetahui
zat apa yang sesungguhnya mempunyai aktifitas antibakteni.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Dwi Pratiwi
"Early Childhood Caries (ECC) adalah kondisi terdapat satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia antara usia lahir hingga 72 bulan. Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang paling dominan pada terjadinya karies dan banyak terdapat dalam plak gigi.2 Streptococcus mutans adalah bakteri anaerob fakultatif gram positif yang ada pada rongga mulut manusia. Secara struktur serotype - specific polysaccharides, Streptococcus mutans diklasifikasikan Streptococcus mutans diklasifikasikan ke dalam empat serotipe c, e, f, dan k. Prevalensi masing-masing serotipe  berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta didominasi oleh serotipe f (85.5%), c (74.2%), dan e (22.6%). Ekstrak bawang putih atau yang dikenal dengan Allium sativum diketahui telah memiliki kemampuan menghambat aktivitas pada berbagai jenis bakteri patogen. Efek dari Allicin yang terkandung dalam bawang mampu menurunkan aktivitas bakteri dengan menghambat proses pembentukan biofilm. Aktivitas antibakteri dari empat konsentrasi Allium Sativum (10%, 25%, 50%, dan 100%) diteliti terhadap pembentukan biofilm Streptococcus mutans serotype c dan f menggunakan metode MTT Assay. Kontrol positif dengan chlorhexidine gluconate 0,2% dan kontrol negatif. Data dianalisis dengan uji Kruskall wallis dan uji post-hoc Mann Whitney. Keempat konsentrasi mampu menurunkan viabilitas Streptococcus mutans serotipe c dan fStreptococcus mutans serotipe c memiliki konsentrasi yang signifikan pada 50% & 100%, sedangkan Streptococcus mutans serotipe f signifikan pada konsentrasi 100%.

Early Childhood Caries (ECC) is a condition of one or more tooth decay, either lesions with cavity or no cavity, caries-induced tooth loss, or patching of the surface of deciduous teeth between the ages of birth and 72 months. Streptococcus mutans is the most dominant microorganism on caries occurrence and is present in dental plaque. Streptococcus mutans is a gram-positive facultative anaerobic bacteria present in the human oral cavity. Structurally serotype - specific polysaccharides, Streptococcus mutans classified Streptococcus mutans are classified into four serotypes c, e, f, and k. The prevalence of each serotype based on research conducted in Jakarta is dominated by serotype f (85.5%), c (74.2%), and e (22.6%). Garlic extract or known as Allium sativum is known to have the ability to inhibit activity in various types of pathogenic bacteria. The effects of allicin contained in the garlic can decrease bacterial activity by inhibiting the biofilm formation process. The antibacterial activity of four Allium Sativum concentrations (10%, 25%, 50%, and 100%) was investigated on the formation of Streptococcus mutans serotype c and f using the MTT Assay method. Positive control with chlorhexidine gluconate 0.2% and negative control. Data were analyzed by Kruskall wallis test and post-hoc Mann Whitney test. The four concentrations were able to decrease the viability of Streptococcus mutans serotype c and f. Streptococcus mutans serotype c has a significant concentration at 50% & 100%, while Streptococcus mutans serotype f is significant at 100% concentration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Gusti Khatimah
"ABSTRAK
Infeksi Streptococcus pyogenes paling sering menyebabkan faringitis. Terdapat 10% populasi yang alergi terhadap penisilin sebagai terapi lini pertama, sehingga diberikan alternatif berupa eritromisin. Namun, S. pyogenes dilaporkan resisten terhadap eritromisin dan dapat menyebabkan kematian. Moringa oleifera Lamk. merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di Indonesia dan diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap S. pyogenes. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun M. oleifera Lamk. dengan metode makrodilusi untuk melihat nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap S. pyogenes. Ekstrak dibagi menjadi konsentrasi 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37,50 mg/mL, 18,75 mg/mL, dan 9,38 mg/mL dengan kontrol positif berupa media dengan bakteri dan media dengan DMSO dan bakteri, serta kontrol negatif berupa media, ekstrak, antibiotik, dan antibiotik dengan bakteri. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin dan inokulum bakteri dibuat berdasarkan standar McFarland 0,5. Jumlah koloni bakteri pada seluruh uji dan kontrol dihitung dengan metode pour plate, dan hasil jumlah koloni yang didapat dianalisis menggunakan SPSS dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji ANOVA. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki efek antibakteri terhadap S. pyogenes dengan nilai KHM 18,75 mg/mL dan KBM 37,50 mg/mL dengan hasil perhitungan jumlah koloni didapatkan data terdistribusi normal dengan rerata dan standar deviasi pada KHM sebesar 22,50 ± 6,091. Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) dengan uji Post Hoc Bonferroni terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara KHM dengan konsentrasi 9,38 mg/mL dan KHM dengan masing-masing kontrol positif, sedangkan antara kedua kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus pyogenes infection mostly causes pharyngitis. Penicilin as the first-line therapy is not used by 10% of the population because of alergic reaction, so as an alternative therapy erythromisin is given. However, S. pyogenes is reported resistant to erytromycin and causes mortality. Moringa oleifera Lamk. abundantly grows in Indonesia and is known to have an antibacterial effect. This research is conducted to determine the antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaf extract against S. pyogenes. This research used M. oleifera Lamk. leaf extract to see Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against S. pyogenes using macrodilution method. The extract is divided into 5 concentrations such as 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37.50 mg/mL, 18.75 mg/mL, and 9.38 mg/mL with positive controls such as medium with bacteria, and medium with DMSO and bacteria, and negative controls such as medium, extract, antibiotic, and antibiotic with bacteria. The antibiotic that is used in this research is amoxicillin and the inoculum of bacteria is made using McFarland 0.5 standard. Colony counting among all samples and controls is conducted using pour plate method, and the results are analyzed using normality test Shapiro-Wilk and ANOVA test using SPSS. M. oleifera Lamk. leaf extract has an effect as an antibacterial against S. pyogenes with MIC in concentration 18.75 mg/mL and MBC in concentration 37.50 mg/mL. The result of colony counting is distributed normally with mean ± standard deviation in MIC is 22.50 ± 6.091. Both ANOVA test and Post Hoc Bonferroni test show that there are statistically significant (p<0.05). Between MIC and concentration 9.38 mg/mL and MIC with each positive control are statistically significant (p<0.05), while between each positive control is not statistically significant (p>0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kusumawardani
"ABSTRAK
Pola resistensi bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa terus mengalami peningkatan, tetapi hal tersebut tidak diikuti oleh perkembangan penemuan antibiotik baru. Penelitian mengenai pembuatan antibiotik dari bahan alami pun mulai banyak dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satu tanaman yang diduga memiliki efek antibakteri adalah Moringa oleifera Lamk. Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi penggunaan ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. dalam penanganan infeksi Pseudomonas aeruginosa melalui metode in vitro. Penelitian dilakukan melalui uji eksperimental dengan metode makrodilusi. Konsentrasi ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. yang digunakan yaitu 800 mg/mL, 400 mg/mL, 200 mg/mL, 100 mg/mL, dan 50 mg/mL. Selain itu, terdapat enam kelompok kontrol positif, yaitu BHI dan bakteri serta BHI, DMSO, dan bakteri juga kontrol negatif, yaitu gentamisin, gentamisin dan bakteri, BHI, serta BHI dan ekstrak. Ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. Hasil penelitian didapatkan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 200 mg/mL dan hasil Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) sebesar 400 mg/mL. Sedangkan, jumlah koloni pada lempeng PCA dari tabung KHM adalah 182,5±22,6 CFU/mL (data terdistribusi normal). Hasil uji ANOVA dan post-hoc Bonferroni menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara tiap konsentrasi ekstrak dengan kontrol positif. Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) pada perbandingan dua kelompok kontrol positif. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. memiliki efek antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa melalui kultur in vitro.

ABSTRACT
The resistance patterns of Gram negative bacteria Pseudomonas aeruginosa have increased tremendously these past few years, but it does not followed by the emergence of new antibiotics. Research about the development of antibiotics from natural products have been increasing in order to overcome bacterial resistance. Moringa oleifera Lamk. is considered to be one of the herbs with antibacterial effect. The aim of this study is to investigate Moringa oleifera Lamk. leaf extracts potential as treatment of Pseudomonas aeruginosa infection using in vitro culture. This study was conducted using experimental test through macrodilution method. We used Moringa oleifera Lamk. leaf extracts in five concentrations, which is 800 mg/mL, 400 mg/mL, 200 mg/mL, 100 mg/mL, and 50 mg/mL. Positive controls (BHI+P. aeruginosa, BHI+DMSO+P. aeruginosa) and negative controls (gentamicin, gentamicin+P. aeruginosa, BHI, BHI+extract) were also used. Moringa oleifera Lamk leaf extract showed MIC at 200 mg/mL and MBC at 400 mg/mL. Number of colonies on MIC was 182,5±22,6 CFU/mL (data normally distributed). We used ANOVA and post-hoc Bonferroni tests for colonies numbers that showed significant differences (p<0,05) between each extract groups and positive control. Meanwhile, there were no significants difference between control groups (p>0,05). Hence, it can be concluded that Moringa oleifera Lamk. leaf extract has antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa in in vitro culture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Zahra
"Tingginya angka kejadian penyakit infeksi di Indonesia menyebabkan peningkatan angka peresepan antibiotik. Antibiotik merupakan terapi efektif untuk mengatasi infeksi bakteri, namun penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri salah satunya Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA . Agen antimikroba untuk mengatasi MRSA masih terbatas sehingga penulis tertarik untuk mencari alternatif pengobatan lain. Penelitian ini menggunakan tanaman Bintangur spesies Calophyllum nodosum karena tanaman ini banyak tumbuh di Indonesia dan banyak penelitian terdahulu menemukan adanya aktivitas antibakteri dari tanaman Bintangur spesies lain. Penelitian dilakukan dengan meneliti aktivitas antibakteri ekstrak daun Bintangur Calophyllum nodosum terhadap bakteri Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA. Penelitian dilakukan dengan metode makrodilusi untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak tanaman terhadap bakteri MRSA pada konsentrasi 1280 ?g/mL , 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2.5 ?g/mL, 1.25 ?g/mL, 0.625 ?g/mL . Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun Bintangur Calophyllum nodosum terhadap bakteri MRSA pada konsentrasi yang diujikan.

The high incidence of infectious disease in Indonesia led to increased rates of antibiotic prescribing. Antibiotic is an effective therapy against bacterial infection, but antibiotic misuses can lead to antibiotic resistance, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA . Antimicrobial agents which effective against MRSA are limited, therefore writer wanted to find out another alternative therapy. This research use Bintangur species Calophyllum nodosum because it grows much in Indonesia and several research found out the antibacterial activity of other Bintangur species. The research examining antibacterial activity of Bintangur Calophyllum nodosum extract to Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA. The research use macrodilution method to determine the minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of the Calophyllum nodosum extract on MRSA at a concentration of 1280 g mL , 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2.5 g mL, 1.25 g mL, 0.625 g mL. Result showed that there are no MIC and MBC of Calophyllum nodosum extract to Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA at the extract concentration tested."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Horianto
"Hidrogel berbasis kolagen alginat merupakan material yang menjanjikan dalam mempercepat penyembuhan luka bakar. Namun, hidrogel yang disintesis dengan kolagen-alginat tidak memiliki sifat antibakteri yang baik untuk menunjang kecepatan penyembuhan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan hidrogel dari ekstrak kulit salmon dengan penambahan propolis sebagai antimikroba. Kolagen diekstrak dari kulit ikan salmon dengan proses kimiawi dengan hidrolisis dan pelarutan kolagen dalam asam. Selanjutnya, pembuatan hidrogel dilakukan dengan menambahkan kolagen hasil ekstrak dan alginat dengan komposisi rasio volume 3:1. Propolis ditambahkan kedalam kolagen-alginat sebanyak 2%. Rendemen hasil ekstrak kolagen dari kulit ikan salmon sebesar 4%. Pengujian FTIR menunjukkan bahwa kolagen hasil ekstraksi memiliki gugus-gugus fungsi yang serupa dengan kolagen komersial. Rasio transmisi pada gugus amida III kolagen hasil ekstraksi dengan transmisi pada bilangan gelombang 1450 cm-1 mendekati 1 sehingga dapat dinyatakan struktur triple helix pada kolagen hasil ekstraksi tidak termodifikasi. Penambahan propolis pada hidrogel tidak memengaruhi ikatan kimia kolagen pada hidrogel kolagen-alginat dengan bukti hasil FTIR dan SEM. Penambahan propolis terbukti meningkatkan sifat antibakteri dari hidrogel. Hal ini terlihat dari terhambatnya aktivitas bakteri gram positif S. aureus yang sering ditemukan pada fase awal luka bakar.

Collagen alginate-based hydrogel is a promising material in accelerating burn healing. However, the hydrogel synthesized with collagen-alginate did not have good antibacterial properties to support the healing rate. The main objective of this study was to develop a hydrogel from salmon skin extract with the addition of propolis as an antimicrobial. Collagen is extracted from salmon skin by a chemical process by hydrolysis and dissolving collagen in acid. Next, the hydrogel was made by adding the extracted collagen and alginate with a volume ratio composition of 3:1. Propolis was added to the collagen-alginate as much as 2%. The yield of collagen extract from salmon skin is 4%. The FTIR test showed that the extracted collagen had similar functional groups to commercial collagen. The transmission ratio of the extracted amide III group of collagen with transmission at a wave number of 1450 cm-1 is close to 1 so that the triple helix structure of the extracted collagen can be expressed unmodified. The addition of propolis to the hydrogel did not affect the chemical bonds of collagen in the collagen-alginate hydrogel with evidence of FTIR and SEM results. Addition of propolis has been shown to increase the antibacterial properties of the hydrogel. This can be seen from the inhibition of the activity of gram-positive bacteria S. aureus which is often found in the initial phase of burns."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Fathurrahman
"ABSTRACT
Infectious diseases still become of the main health problems in Indonesia and the treatment still rely on antibacterial drugs which possess wide range of side effects. Papaya leaves are predicted to contain antibacterial activity and can be developed as an alternative treatment against bacterial infection. This study objectives are to determine the antibacterial activity of papaya leaves extract on inhibition of Methicillin Sensitive Staphylococcus Aureus (MSSA) growth and bactericidal activity against MSSA. Papaya leaves were extracted with Ethanol 96% then filtered and diluted with sterile distilled water until it reach 33%, 22%, 16.5%, and 11% concentration. Minimum Inhibition Concentration (MIC) is obtained if there is no turbidity found inside the microtiter plate and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) is tested using Blood agar and observed for colony growth after incubation in 37o Celsius for 24 hours. The result of this study are, MIC for papaya leaves extract starting at 8.25% concentration. MBC starts from 11% papaya leaves extract concentration. The study shown antibacterial activity of papaya leaves extract, especially against MSSA.

ABSTRACT
Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan penanganannya masih bergantung kepada obat antibiotik yang memiliki banyak efek samping. Ekstrak daun papaya (Carica Papaya) dengan sifat anti bakterinya dapat dikembangkan sebagai alternatif untuk melawan penyakit infeksi oleh bakteri. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) bakteri Methicillin Sensitive Streptococcus Aureus (MSSA). Daun pepaya diekstrak menggunakan Ethanol 70% lalu di saring dan dilarutkan menggunakan aquades steril hingga mencapai konsentrasi 33%, 22%, 16.5%, dan 11%.
KHM ditentukan dengan ditidaktemukannya kekeruhan didalam plat microtiter, sedangkan untuk menentukan KBM dilakukan dengan menanam ulang hasil campuran plat mickrotiter ke agar darah lalu diinkubasi kembali dalam suhu 37o Celsius. Dalam studi ini didapatkan hasil KHM dari ekstrak daun papaya pada konsentrasi 8.25% Sedangkan untuk KBM mulai dari konsentrasi ekstrak 11%. Hasil dari studi ini mengkonfirmasikan kemampuan antibakteri dari daun pepaya terutama dalam melawan MSSA.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Lieana
"Latar Belakang: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap antibiotik methicillin. Saat ini, MRSA masih merupakan ancaman di seluruh dunia. Infeksi MRSA dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang mampu menangani MRSA di masa mendatang. Daun kelor atau Moringa oleifera dikenal memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Maka dari itu, peneliti mengusulkan untuk melakukan penelitian terkait potensi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA. Metode: Penelitian dilakukan dengan uji eksperimental melalui metode makrodilusi. Makrodilusi dilakukan baik pada ekstrak etanol daun kelor maupun vankomisin. Makrodilusi pada ekstrak etanol daun kelor dilakukan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak tersebut terhadap bakteri MRSA. Sedangkan makrodilusi pada vankomisin dilakukan sebagai pembanding. Hasil: Pada penelitian ini tidak ditemukan efek antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA. Hal tersebut terbukti dengan tidak ditemukannya konsentrasi hambat minimun (KHM) maupun konsentrasi bunuh minimum (KBM) pada percobaan ini. Pembahasan: Hasil pada penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan. Perbedaan tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor. Peran ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA dapat diteliti lebih lanjut dengan metode yang berbeda ataupun konsentrasi yang lebih tinggi.

Background: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a group of bacteria (Staphylococcus aureus) which are found to be resistant against antibiotics called methicillin. Nowadays, MRSA is still becoming a threat across the globe. Infections caused by MRSA may cause various complications. Due to this fact, proper-management is needed to deal with MRSA in the future. Moringa oleifera has been popularly known for its benefits, one of which is the antibacterial effect. Therefore, the author proposed to do a research on the potential of Moringa oleifera ethanol extract as an antibacterial agent against MRSA. Method: The research done is an experimental test using macrodilution method. Macrodilution was done on both the ethanol extract and vancomycin. Macrodilution on the extract was done to discover its antibacterial effect against MRSA, while macrodilution on vancomycin was done as a comparison. Results: In this research, there is no antibacterial effect found from Moringa oleifera extract against MRSA. This result is supported by the absence of minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) in this experiment. Discussion: The result in this research was different from some previous research findings. The difference might be caused by several factors. The role of Moringa oleifera extract as antibacterial agent against should be further studied using different methods or higher concentration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Ulfiarakhma
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah terbesar di banyak negara, salah satunya infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA . Meskipun vankomisin merupakan antibiotik standar dalam mengobati infeksi MRSA, terdapat kekhawatiran munculnya galur yang resisten terhadap vankomisin, sehingga diperlukan pengembangan antibiotik alternatif untuk pengobatan MRSA yaitu dengan ekstrak daun sukun Artocarpus communis yang telah terbukti memiliki efek antibakteri berdasarkan penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun A. communis terhadap MRSA.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vitro menggunakan metode makrodilusi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak A. communis dilakukan dengan mencampurkan suspensi bakteri dan ekstrak kasar daun A. communis berkonsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2,5 ?g/mL, 1,25 ?g/mL, dan 0,625 ?g/mL, kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Uji diulang sebanyak dua kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tabung menghasilkan cairan yang keruh. Setelah larutan dari masing-masing tabung dikultur pada agar Mueller-Hinton, ditemukan pertumbuhan koloni bakteri pada seluruh agar. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun A. communis terhadap MRSA tidak ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL hingga 0,625 ?g/mL.

Infectious disease still remains a major problem in many countries, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA infection. Although vancomycin is used to treat MRSA infection, there is concern about vancomycin resistant strain. Thus, the development of new alternative antibiotic such as breadfruit Artocarpus communis leaf rsquo s extract, which has antibacterial effect according to previous researches, is needed for more effective MRSA treatment. This research aims to know the antibacterial activity of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA.
This in vivo experimental research uses macrodilution method which is performed by mixing bacterial suspension and A. communis leaf rsquo s crude extract with concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2,5 g mL, 1,25 g mL, and 0,625 g mL, then incubated at temperature of 37o C for 24 hours.
The result shows that all tubes give cloudy solution. After all of concentration from each tubes is cultivated in Mueller Hinton agar, the growth of bacteria colony was found in all agar. In conclusion, minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA cannot be obtained at the concentration range from 1280 g mL to 0,625 g mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>