Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apip Hadi
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk menguji peningkatan laju disolusi parestamol dengan pembentukan sistem dispersi padat parasetamol dengan pembawa polivinilpirolidon. Hal ini berdasarkan permasalahan teoritis bahwa suatu obat yang sukar larut atau tidak larut dalam air akan mengalami ketidakmenentuan disolusinya sehingga absorpsinya-pun tidak menentu. Dalam penelitian ini digunakan lima perbandingan berat parasetamol (500 mg) dan polivinilpirolidon , yaitu perbandingan 1 : 0,2, perbandingan 1 : 0,4, perbandingan 1 : 0,6 perbandingan 1 ; 0,8 dan perbandingan 1 1. Peningkatan laju disolusi terbesar terjadi pada dispersi padat dengan perbandingan 1 : 1 dibandingkan dengan parasetamol nya sendiri, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk terdisolusi sebesar 80% nya adalah 4,98 menit, sedangkan parasetamol tunggalnya sebesar 7,89 menit. Secara statistik hal ini berbeda secara berrnakna. Sedangkan dispersi padat dengan perbandingan 1 : 1 dibandingkan dengan dispersi padat lain, seperti perbandingan 1 : 0,6 dan 1 : 0,8 tidak berbeda secara bermakna.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Hernawati Purwaningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang Lingkup dan cara penelltian : Telah dilakukan panelitian eksperimental pada tikus jantan dan betina galur Wistar, berumur 2-3 buian dengan berat badan 110-160 g, untuk melihat efek proteksi kurkumin terhadap kerusakan hati yang ditimbulkan oieh parasetamol dosis toksik. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama dilakukan pada 70 ekor tikus, yang dibagi secara acak kedalam 7 kelompok, masing-masing kelompok terdin atas 10 ekor. Kelompok A - G secara bemrutan mendapat perlakuan sebagai berikut : A = kontrol sehat ( hanya mendapat akuades p.o.) ; B = kontrol sakit( parasetamol 2500 mg/kgBB p_o = par. + CMC 0,5 % ) ; C = par. + kurkumin p.o. = kur. 2,5 mg/kgBB ; D = par. + kur. 5 mg/kgBB ; E = par. + kur. 10 mglkgBB ; F = par. + ekstrak kurkuma 1000 mgIkgBB p.o. dan G = par. + N-asetilsistein 500 mglkgBB p.o. Paracetamol diberikan pada jam ke 0, sedangkan obat uji dibenkan pada jam ke 1, 3, 5, 22, 28, 46 setelah pemberian parasetamol. Tahap ke dua dilakukan untuk melihat efek kurkumin ternadap keracunan parasetamol melalui cara pembenan yang berbeda. Tahap ke dua diiakukan pada 18 ekor tikus, yang dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok: K, L, M. Pada jam ke 0, terhadap setiap hewan coba diberikan parasetamol 500 mglkgBB IP, selanjutnya pada jam ke 1, 3, dst. seperti pada tahap I, setiap kelompok secara berurutan, diberikan CMC 0,5 % p.o. (kontrol), kurkumin 10 mglkgBB p.o. dan ekstrak kurkuma 1000 mglkgBB p.o. Tahap ke tiga terdin dari 33 ekor yang dibagi secara acak kedaiam 5 kelompok (N,O,P,Q,S). Pada jam ke 0, setiap hewan coba mendapat parasetamoi 2500 mglkgBB p.o. selanjutnya pada jam ke 1, 3, dst. kelompok N dan S secara bemrutan diberikan CMC 0,5 % p.o. (kontrol) dan arang aktif 2500 mglkgBB p.o. sedangkan terhadap kelompok O, P, Q, pada jam ke 1, 7, 22, 28 dan 46, berturut-turut diberikan kurkuminoid 20 mg ; 10 mg ; dan 2,5 mglkgBB IP_ Empat puluh delapan jam setelah pemberian parasetamoi, tikus dibunuh dengan cara xii ekapitasi setelah dibius dengan eter. Darah ditampung untuk pemeriksaan aktivitas SGPT dan SGOT. Hati tikus dieksisi, ditimbang dan dinksasi dalam larutan fonnalin-dapar 10 %, kemudian diproses tebih lanjut untuk pemenksaan histopatoiogik. Data diuji secara statistik dengan menggunakan metode analisis varians satu arah dan Kmskal-Wallis dengan batas kemaknaan p s 0,05.

Hasil dan kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok E yang mendapat kurkumin 10 mgIkgBB p.o., memperiihatkan efek proteksi yang Iebih balk terhadap kemsakan hati tikus yang disebabkan oleh parasetamol dosis toksik, dibandingkan dengan kelompok lain. Efek proteksi ditunjukkan dengan menurunnya aktivitas SGPT, SGOT yang tidak berbeda bennakna (p>0,05) dibandingkan dengan kontrol sehat (kelompok A), menurunnya aktivitas SGOT yang berbeda bennakna (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol yang hanya mendapat parasetamol (kelompok B). Terdapat perbaikan gambaran histopatologik sel hati pada kelompok E (2,1_-g0,38) dibandingkan dengan kelompok B (3,1;0,31), tetapi tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0,05). Walaupun demikian, gambaran histologik kelompok E menunjukkan kerusakan yang berslfat reversibel, yang berbeda dengan kelompok B, yaitu berupa kerusakan yang irreversibel. Selain itu, pembengkakan hati yang teriadi pada kelompok E, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05) dibandingkan dengan konirol sehat. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kurkumin yang diberikan pada dosis 10 mg/kgBB p_o_ menunjukkn efek proteksi terhadap keracunan parasetamol pada tikus. Efek proteksi tersebut tampaknya tidak dilangsungkan lewat penghambatan absorpsi parasetamol di saluran cema.
Abstract
Scope and Method of Study: The purpose of this study is to investigate the possible protective effects of curcumin on liver damage induced by paracetamol in rat. The study was carried out on 110 - 160 g, 2-3 months old Vlhstar derived rats of both sexes, and was divided into three steps. The first step was intended to investigate the optimal dose of curcumin in reducing liver damage induced by paracetamol. The experimental animals were divided into 7 groups of 10 rats each randomly. All drugs were given orally, and were treated as follows : Group A : normal rats (were given water only) ; B (paracetamol 2500 mg/kgBW) ; C (paracetamol 2500 mg/kgBW and curcumin 2.5 mg/kgBW) ; D (paraoetamol 2500 mg/kgBW and curcumin 5 mg/kgBW) ; E.(paracetamol 2500 mglkgBW and curcumin 10 mg/kgBW) ; F (paracetarnol 2500 mg/kgBW and curcuma extract 1000 mg/kgBW) and group G (paracetamol 2500 mg/kgBW and N-acetylcysteine 500 mg/kgBW), respectively. Curcumin, curcuma extract and N-acetylcysteine was given at 1, 3, 5, 22, 28, and 46 hours afterparacetamol. The second step was intended to investigate the effect of curcumin P.O. on llver damage induced by IP injection of paracetamol 500 mgIkgBW. The groups consist of control group (K), given only paracetamol, curcumin-treated group (L), 10 mg/kgBW P.O. and curcuma-treated rats (M), 1000 mg/kgBW P.O. The third step was intended to investigate the effect of curcuminoid IP on liver damaged induced by paracetamol 2500 mg/kgBW orally. This groups consist of control group (N), given only paracetamol; curcuminoid treated groups (O, P, Q) 1 20 mg ; 10 mg, and 2.5 mg/kg BW, respectively, given at 1, 7, 22, 28 and 46 hours after paraoetamol administration, and activated charcoal-treated rats, 2500 mg/kgBW orally (group S). Fourty eight hours afterthe administration of paracetamol, the experimental animals were ether anesthetized and decapltated. Blood were collected and SGPT XlV nd SGOT activities were determined ; the livers were excised, weighted, and 'fixed in 10 % buffered-formalin for making histologic preparations. Data were statistically analyzed using analysis of varians and Kruskal-Wallis methods.

Result and Conclusions: The results showed that curcumin of 10 mgIl
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Telah dilakukan validasi kinerja spektrofotometer ultraviolet Shimadzu UVmini-1240V nomor seri A10934803808 menggunakan parasetamol standar dan tablet parasetamol. Validasi kinerja ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa instrumen tersebut memberikan hasil yang dapat dipercaya. Validasi kinerja dilakukan sesuai dengan International Conference of Harmonisation (ICH 2005) dan menggunakan prosedur baku penentuan parasetamol menurut WHO International Farmakopea 4thedition (2008), meliputi: perhitungan linieritas, sensitivitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, dan akurasi. Sebelum tahapan validasi, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap instrumen tersebut. Berdasarkan hasil kalibrasi diperoleh kedataran garis dasar yang mendekati 0,000 dan akurasi panjang gelombang pada rentang 650 – 660nm berada pada 656,3nm, sedangkan untuk rentang 480 – 490nm berada pada 486,1nm. Hasil tersebut menyatakan bahwa instrumen mempunyai akurasi panjang gelombang yang cukup baik. Dari hasil pengujian validasi diperoleh linieritas sebesar 0,9990 dengan limit deteksi dan limit kuantitasi masing-masing sebesar 0,47 ppm dan 1,43 ppm. Sensitivitas dari alat ini sebesar 0,0655. Presisi yang diperoleh berdasarkan pada keterterimaan nilai RSD yaitu 0,81% untuk parasetamol standar dan 0,05% untuk tablet parasetamol. Akurasi masing-masing berada pada rentang 100,36-102,93% untuk standar parasetamol, dan 99,35-99,78% untuk tablet parasetamol. Hasil tersebut menyatakan bahwa kedua sampel berada pada rentang yang diperbolehkan. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa spektrofotometer ultraviolet Shimadzu UVmini-1240V dengan nomor seri A10934803808 sudah tervalidasi dengan baik melalui penentuan parasetamol.
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Rohanah
Abstrak :
Parasetamol mempunyai sifat agak sukar larut dalam air (1:70). Penelitian ini membuat granul effervescent parasetamol dengan menggunakan pencampuran antara parasetamol dengan larutan asam sitrat 60% W/V yang dipanaskan pada suhu 80°C. Serbuk parasetamol dan larutan asam sitrat dicampurkan dengan kecepatan 1000 rpm dan dipanaskan pada suhu 50°C sampai membentuk bubur. Setelah kering, campuran tersebut diayak lalu ditambahkan bahan effervescent mix (natrium bikarbonat) dan bahan tambahan lainnya, kemudian campuran tersebut disatukan dengan campuran parasetamol sitrat hingga menjadi suatu sediaan granul effervescent pada kondisi ruangan dengan Rh 40% dan suhu 16°C. Granul effervescent yang telah terbentuk mempunyai kadar air kurang dari 2% dan waktu rekonstitusi kurang dari 3 menit. Paracetamol is slightly soluble in water (1:70). This study was done to produce an effervescent granule of paracetamol by using the mixing of paracetamol and citric acid of solution 60% W/V which was warmed at 80°C in slurry form. Paracetamol powder and the citric acid of solution was mixed at 1000 rpm rate and warmed at 50°C. After drying, the complex form was sieved to determine the particle size distribution. This mixing form of paracetamol was added to effervescent mix (sodium bicarbonate) and others substances, to produce paracetamol effervescent granule at temperature 16°C and humidity (Rh) 40%. The granule effervescent have a water content less than 2% and the time of reconstitutions less than 3 minutes.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Enie Mayuntari
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai keragaman bobot sediaan puyer di wilayah Kecamatan Cimanggis dan Pancoran Mas kota Depok, kemudian dibandingkan dengan persyaratan keragaman bobot yang ada di FI IV. Hasil yang didapat dari 32 sampel puyer parasetamol yang diambil ada 1 sampel yang memenuhi syarat. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner di apotek tempat pembelian puyer parasetamol kemudian hasilnya dibandingkan dengan keragaman bobot puyer yang didapat dengan menggunakan metode SPSS for windows versi 17.0. Hasil penelitian menyarankan perlunya pembuatan SOP di tiap apotek agar pelayanan yang diberikan memiliki standar dan hasil yang sama meskipun pelayanan dilakukan oleh petugas dan waktu yang berbeda.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2010
S70463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Enie Mayuntri
Abstrak :
This study discusses about the dosage weight of powder in the diversity of the District of Cimanggis and Pancoran Mas Depok, then compared with the existing requirements for the weight variation in FI IV. The result obtained from 32 samples taken paracetamol powders have a sample that meets the requirements. Research is also conducted using a questionnaire at the pharmacy where purchase parasetamol powder, then the result compared with the diversity that the weight of powder obtained by using SPSS for windows version 17.0. The result suggest the need for creating SOPs in each pharmacy to have standard of service given and the result are the same whether the service performed by officer and a different time.
Skripsi ini membahas mengenai keragaman bobot sediaan puyer di wilayah Kecamatan Cimanggis dan Pancoran Mas kota Depok, kemudian dibandingkan dengan persyaratan keragaman bobot yang ada di FI IV. Hasil yang didapat dari 32 sampel puyer parasetamol yang diambil ada 1 sampel yang memenuhi syarat. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner di apotek tempat pembelian puyer parasetamol kemudian hasilnya dibandingkan dengan keragaman bobot puyer yang di dapat dengan menggunakan metode SPSS for windows versi 17.0. Hasil Penelitian menyarankan perlunya pembuatan SOP di tiap apotek agar pelayanan yang diberikan memiliki standar dan hasil yang sama meskipun pelayanan dilakukan oleh petugas dan waktu yang berbeda.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eddy T.M.
Abstrak :
Ruang lingkup dan metode penelitian Spesies radikal babas dan derivatnya berperan sangat panting pada cedera sel. Sampai saat ini penelitian untuk membuktikan peran obat golongan penghambat sistem renin angiotensin (SRA) dalam cedera sel adalah dengan model cedera iskemia-reperfusi. Cedera sel akibat iskemia-reperfusi disebabkan oleh pembentukan spesies oksigen reaktif yang berlebihan. Dari beberapa penelitian tersebut terbukti bahwa cedera sel dengan model cedera iskemiareperfusi dapat dihambat oleh obat golongan tersebut yang diduga bekerja sebagai antioksidan/antiradikal. Penelitian ini ingin membuktikan lebih lanjut apakah obat golongan penghambat SRA yakni kaptopril dan losartan dapat menghambat cedera sel hati dengan model lain. Model yang digunakan adalah kerusakan atau cedera sel hati yang diinduksi dengan dengan parasetamol dosis toksik, CCI4, dan etanol. Kerusakan sel hati akibat bahan-bahan hepatotoksik tersebut disebabkan oleh metabolit reaktif baik berupa spesies oksigen reaktif atau spesies radikal babas, yang merupakan hasil metabolisme dari masing-masing bahan tersebut. Untuk mengetahui efek proteksi kaptopril dan losartan dilakukan pengukuran kadar enzim SGOT dan SGPT, serta pemeriksaan histopatologi jaringan hati. Sedangkan untuk mengetahui apakah efek proteksi ini diperantarai oleh sifat antioksidan/antiradikal kaptopril dan losartan, dilakukan pengukuran kadar MDA hati dan MDA serum. Penelitian ini menggunakan 54 ekor tikus putih galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 3 grup secara acak yang masing-masing terdiri dari 18 ekor. Kemudian masing-masing grup dibagi secara acak menjadi 3 kelompok. Grup P diberi parasetamol dosis tunggal 2500 mg/KgBB, grup C diberi CCI4 dosis tunggal 2 ml/KgBB. Grup E diberi etanol dengan konsentrasi bertingkat 35%, 50%, 60%, dan 70% dengan dosis 10 ml/KgBB/hari mulai dari hari pertama Sampai hari ke 4. Setiap grup tersebut terdiri dari kelompok yang tidak diproteksi, kelompok yang diproteksi dengan kaptopril, dan kelompok yang diproteksi dengan losartan. Dua puluh empat jam setelah perlakuan terakhir dilakukan laparatomi untuk pengambilan darah dan pengangkatan hati. Darah diambil untuk pengukuran kadar SGOT, SGPT, dan kadar MDA serum. Hati diangkat untuk pengukuran kadar MDA hati dan pemeriksaan histopatologi. Data kadar SCOT, SGPT, dan MDA dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah dan perbandingan berganda Tukey. Data histopatologi dianalisis dengan uji perbandingan berganda non parametrik Kruska}-Wallis. Hasil - Hasil uji statistik kadar SCOT dan SGPT pada semua kelompok yang diproteksi dengan kaptopril atau losartan Iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati pada grup P, kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan Iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati berupa degenerasi steatosis pads grup C dan grup E, kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan lebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Tetapi tingkat kerusakan hati berupa degenerasi nekrosis pada grup C dan grup E tidak terdapat perbedaan, sehingga tidak dilakukan uji statistik. - Hasil uji statistik kadar MDA hati pada semua kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan Iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Perbedaan bermakna kadar MDA serum hanya ditemukan pada grup C, yaitu kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok yang tidak diproteksi. Kesimpulan 1. Kaptopril dan losartan dapat mencegah cedera sel hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol, CCI4, dan etanol. 2. Mekanisme kerja obat golongan penghambat SRA dalam mencegah cedera set diduga selain karena adanya gugus -SH pada kaptopril, juga melalui hambatan efek farmakodinamik angiotensin II dalam pembentukan spesies radikal bebas dan derivatnya. 3. Obat golongan penghambat SRA mempunyai efek antioksidan/antiradikal.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rahmawati
Abstrak :
Modifikasi elektroda glassy carbon (GC) sebagai sensor kimia parasetamol dikembangkan secara molecular imprinted polymer (MIP). Pembentukan lapisan polimer polifenol atau polianilin pada permukaan elektroda GC di sekeliling parasetamol sebagai molekul cetakan dilakukan dengan teknik elektropolimerisasi secara voltametri siklik. Hasil optimasi pembuatan elektroda GC MIP fenol pada perbandingan konsentrasi fenol dan parasetamol 1x10-4 M : 1x10-2 M, diperoleh nilai sensitivitas 0,0183 µA/ppm dan batas deteksi 3,9786 ppm. Modifikasi elektroda GC MIP fenol pada pengukuran persen kadar parasetamol yang kelinieran diperoleh pada rentang konsentrasi 10 ppm sampai 700 ppm. Aplikasi untuk obat komersial Parasetamol tablet didapatkan kadar 98,38 % dan Bodrex® tablet adalah 95,21%. Hasil optimasi elektroda GC MIP anilin pada perbandinagn konsentrasi anilin dan parasetamol 1x10-1 M : 1x10-2 M, diperoleh nilai sensitivitas 0.0243 µA/ppm dan batas deteksi 2,2010 ppm, untuk elektroda GC MIP anilin kelinieran diperoleh pada rentang konsentrasi 10 ppm sampai 1200 ppm. Aplikasi pada sampel obat komersial parasetamol 100,90 % dan Bodrex® diperoleh 97,18%. Berdasarkan penelitian dan aplikasi pada sampel obat, analisis dengan menggunakan elektroda GC MIP dibandingkan dengan metode KCKT kedua metode tersebut masuk dalam rentang persyaratan yang terdapat pada Farmakope Indonesia. ...... The modification of glassy carbon (GC) electrodes as paracetamol chemical sensors has been develoved by using molecular imprinted polymer (MIP) based on polyphenol and polyaniline. The formation of polyphenols or polyaniline polymer layer on the surface of GC electrodes as the molecular molding around the paracetamol molecule is performed electrochemically using cyclic voltammetry technique. For polyphenol based MIP fabrication, phenol to paracetamol concentration ratio with the value of 1x10-4 M : 1x10-2 M gives the optimum results giving the sensitivity value 0.0183 A/ppm and LOD 3.9786 ppm. The modified electrode also shows a linearity in the paracetamol concentration range between 10 to 700 ppm. In addition the paracetamol detected using the modified electrodes reveals 98.38% and 95.61% similarity to that of shown on the label of Paracetamol and Bodrex® respectively. Meanwhile, for polyaniline-based MIP fabrication the optimum aniline to paracetamol concentration ratio is 1x10-1 M : 1x10-2 M which gives the sensitivity value 0.0243 A/ppm, LOD 2.2010 ppm and range of linearity 10 to 1200 ppm. In respect of commercial medicine application, the detection using polyaniline-based modified electrode shows 100.90% and 97.18% similiarites to that of shown on the label of Paracetamol and Bodrex® respectively. The detection of paracetamol using both MIP modefied electrodes is also comparable to the detection using conventional method such as HPLC.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Annisa
Abstrak :
Penelitian yang berkembang saat ini mengarah kepada pemanfaatan limbah sebagai material yang sustainable. Salah satu bentuk pemanfataan lumpur alum hasil pengolahan air minum pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah untuk proses adsorpsi berbagai polutan. Metode aktivasi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan polutan zat warna Rhodamine-B dan emerging contaminants parasetamol mengunakan adsorben lumpur alum pada penelitian ini adalah berupa kalsinasi pada temperatur 400oC dan 600oC (CAL400 dan CAL600), gelasi (GEL), sintesis komposit TiO2-lumpur alum (TiO2@AS), dan sintesis komposit ZnCl2- lumpur alum (ZnCl2@AS). Karakteristik dari adsorben ditinjau dengan metode SEM-EDS, XRF, BET, dan pHPZC. Kondisi optimum dari penyisihan polutan ditinjau dengan metode batch, hasilnya menunjukkan penyerapan maksimum Rhodamine-B didapat pada jenis adsorben ZnCl2@AS, waktu kontak 120 menit, konsentrasi adsorben 3 g/L, konsentrasi polutan 10 mg/L, dan pH ±2 untuk polutan Rhodamine-B. Kuantifikasi Rhodamine-B dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λmax 554 nm dan kurva kalibrasi standard, sementara pada parasetamol digunakan pada λmax 288 nm. Pemodelan kinetika adsorpsi Rhodamine-B dengan pseudo second-order memiliki koefisien korelasi paling mendekati 1 (R2=0.9996). Persamaan isoterm Freundlich dapat mendeskripsikan data eksperimen adsorpsi Rhodamine-B lebih baik dibanding metode isoterm lainnya (R2=0.9485). Metode aktivasi yang dilakukan pada penelitian ini kurang efektif untuk penyisihan polutan Parasetamol, dengan penyisihan <10% pada pH natural. ......The present works aim at the utilizations of waste as a sustainable material, one of them is alum sludge from drinking water treatment plant for adsorption of various pollutants. Activation methods used to improve the adsorption efficiency Rhodamine-B and paracetamol using alum sludge adsorbent in this study is calcination at 400oC and 600oC (CAL400 and CAL600), gelation (GEL), synthesis of TiO2-alum sludge composites (TiO2 @ AS), and synthesis of ZnCl2-alum sludge composites (ZnCl2 @ AS). The adsorbents were characterized by SEM-EDS, XRF, BET, and pHPZC. The optimum condition of the removal was investigated using batch method, the result given were: maximum dye removal was obtained using ZnCl2@AS adsorbent, optimum contact time of 120 minutes, adsorbent concentration of 3 g/L, initial dye concentration of 50 mg/L. Quantification of dye was carried out by using UV-visible spectrophotometer at λmax=554 nm and an as prepared standard calibration curve. The pseudo-second order kinetic model had the highest correlation coefficient (R2 = 0.9996). The Freundlich isotherm equation can best describe the experimental data (R2= 0.9485). The activation methods used in this study were ineffective for removing Paracetamol, with <10% removal in natural pH.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>