Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan K. Hamdan
Serang: CIRED NET, 2008
352.14 IWA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Charles Rio Valentine
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis Implementasi program ETLE dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program ETLE dalam rangka menciptakan kamseltibcarlantas di wilayah Kota Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif. Keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas) merupakan tujuan yang diinginkan setiap pengguna jalan. Perilaku pengguna jalan sangat berpengaruh terhadap terwujud atau tidaknya Kamseltibcarlantas. Dalam menganalisis program ETLE, penulis menggunakan teori model implementasi kebijakan untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi implementasi program ETLE tersebut. Berdasarkan teori Implementasi Kebijakan, terdapat beberapa kendala dalam implementasi ETLE dan beberapa solusi yang penulis dapatkan antara lain aspek Sumber daya baik SDM maupun Sarana Prasarana, Aspek Sosial, dan Aspek Komunikasi dan Aspek Sikap Pelaksana. Dengan solusi tersebut maka diharapkan dapat menjadi perbaikan terhadap Implementasi ETLE agar menjadi lebih baik kedepannya. ......The purpose of this study is to analyze the implementation of the ETLE program and analyze the factors that influence the implementation of the ETLE program in order to create traffic security and security in the Serang City area. The research method used is descriptive qualitative method. Security, safety, order and smooth traffic (Kamseltibcarlantas) are the desired goals of every road user. The behavior of road users is very influential on whether or not Kamseltibcarlantas is realized. In analyzing the ETLE program, the author uses a policy implementation model theory to determine the aspects that affect the implementation of the ETLE program. Based on the theory of Policy Implementation, there are several obstacles in the implementation of ETLE and several solutions that the authors get, including aspects of human resources and infrastructure, social aspects, and communication aspects and attitudes of implementers. With this solution, it is hoped that it can be an improvement to the ETLE implementation to be better in the futu.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Dini Suhani
Abstrak :
Kota Serang terletak di tengah provinsi Banten, yang merupakan pintu gerbang pergerakan manusia, barang, dan jasa antar regional yang sangat strategis sehingga akan dibangun pusat perbelanjaan dan bisnis. Rencana pembangunan Mall of Serang ini akan mempengaruhi perubahan tata guna lahan yang ada di daerah sekitarnya. Tentunya ini juga akan berdampak pada perubahan transportasi di wilayah Kota Serang khususnya daerah sekitar pembangunan Mall of Serang. Dengan memperhatikan segala aspek rencana pembangunan Mall of Serang perlu dilakukan analisis kinerja lalu lintas. Analisis menggunakan perencanaan empat model transportasi yaitu bangkitan perjalanan yang menghasilkan model hubungan antara parameter tata guna lahan dengan jumlah perjalanan yang menuju ke suatu zona atau meninggalkan suatu zona. Analisis model bangkitan perjalanan menggunakan metode ITE dengan berdasarkan tipe tata guna lahan dimana luas lahan mall pembanding, yang nantinya sebagai acuan untuk memprediksikan pengunjung Mall of Serang. Model distribusi perjalanan untuk mendapatkan data arus lalu lintas dari zona asal ke zona tujuan dalam suatu lingkup studi. Yang menjadi objek adalah 3 jenis kendaraan yaitu kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), dan Sepeda motor (MC). Dari hasil pengamatan yang dilakukan sekitar Mall of Serang didapat jumlah pengunjung Mall of Serang dengan mengestimasi luas lahan dari suatu daerah studi yaitu dengan mengetahui luas bangunan mall pembanding adalah sebesar 241 smp, yang terdiri dari angkutan umum, sepeda motor dan mobil pribadi. Memprediksikan kondisi yang akan datang mengasumsikan nilai tingkat pertumbuhan setiap zona. Dengan nilai tingkat pertumbuhan sebesar 1.022. Dengan metode seragam, semua matriks asal-tujuan dikalikan dengan factor 1.022 untuk mendapat matriks asal-tujuan pada masa mendatang.
Serang town located in the middle of province Banten, Serang is a gate of people movement, thing, and service inter regional that very strategic so it will build center of shopping and bussines. Plan of contruction Mall of Serang will influence use areas system in surroundings region. Certainly it's also impact to transportation in Serang town especially in araound contraction Mall of Serang. With look all of aspect the plan of contruction Mall os Serang need traffic perfomance analysis. The analysis using four models of transport planning is trip generation resulting model of the correlation between land use parameters with number of trips towards to a zone or leaving to a zone. Analysis model trip generation using methode ITE by type land use where the mall area as a reference, and it use to give a prediction of visitor Mall of Serang. Model trip distribution to get the data of traffic flow from origin zone to destination zone within a scope study. The object are the three types of the vehicle specifically light vehicle, heavy vehicle, and motorcycle. From the result of observations around the Mall of Serang can be obtained the visitors Mall of Serang with in estimating land of the studi area by knowing the comprasion another mall area is 241 smp, consist of public tranport, motorcycle, and private car. To predict the condition of the future we can assuming the value of the zones growth rate.With get the value of growth is 1.022. With the same methode, all of matrix origin-destination multiplied by factor 1.022 to get the matrix origin-destination of the future.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42964
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Sumarwatih
Abstrak :
Rumah sakit adalah salah satu penyelenggara yang harus memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan demi tercapainya upaya Pembangunan Nasional yaitu hidup sehat bagi setiap penduduk. Dalam penyelenggaraannya rumah sakit tidak terlepas dan kebutuhan akan penyediaan dan pemakaian obat-obatan yang berkualitas dan rasional. Pemakaian obat-obatan yang rasional dan berkualitas diatur dalam sistem formularium dimana obat-obatan yang dipakai terdapat dalam buku formularium. Di Rumah Sakit Umum Serang buku formularium sudah mengalami revisi dua kali yaitu pada tahun 1999 dan 2003 tetapi dari hasil survey resep di Instalasi Farmasi dari bulan Januari sampai Desember 2001, clan 1.119 resep berisi obat di luar formularium sebanyak 15% dan dan bulan Januari sampai Mei tahun 2003 dari 1.017 resep berisi obat di luar formularium sebanyak 9 %. Ditambah dengan hasil wawancara dengan beberapa dokter, Direksi, Komite Medik serta Sub Komite Farmasi dan Terapi mengindikasikan bahwa masih ada dokter yang tidak menuliskan obat sesuai formularium, ketaatan dokter terhadap pelaksanaan formularium masih kurang, belum ada pengawasan serta evaluasi tentang formularium di Rumah Sakit Umum Serang. Oleh karena itu perlu diketahui sistem formularium yang sesuai untuk diterapkan di Rumah Sakit Umum Serang. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan meneliti dan memperhatikan hal yang terkait dengan pelaksanaan formularium. Dengan mempergunakan data sekunder sebagai data awal dan kemudian dikembangkan melalui wawancara mendalam maka didapatkan hasil penelitian buku formularium yang ada cukup informatif dan dirasakan bermanfaat tetapi cukup tebal sehingga perlu dibuatkan dalam bentuk poket. Sedangkan pemahaman Dokter mengenai penerapan formularium sudah baik tetapi belum dapat melaksanakannya sehingga perlu adanya pengawasan disertai dengan sistem reward dan punishment. Peran Komite Medik, Sub komite Farmasi dan Terapi serta Instalasi Farmasi belum optimal sehingga perlu ditingkatkan pelaksanaan tugas pengawasan, pelaporan dan evaluasi. Komitmen dan unsur terkait perlu ditingkatkan. Selain itu perlu dibuat penetapan tugas beserta uraiannya yang jelas bagi Komite Medik, Sub Komite Fannasi dan Terapi serta Instalasi Farmasi disertai peningkatan pengarahan dan pengawasan dalam pembuatan, pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dalam sistem forrularium. Oleh karena itu untuk pemberlakuan formularium maka perlu ada regulasi oleh Rumah Sakit Umum Serang yang kemudian disosialisasikan dan diinformasikan kepada semua pihak yang terlibat. Daftar bacaan : 44 buah (1984 - 2442)
Formulary System Analysis in Serang Public Hospital A hospital is one of the institutions that has to provide an integrated and sustainable health service to uphold the national development, which is providing a healthy life for every citizen. Hospital cannot be separated with its necessity to provide medicine that has good quality and rational in its use. This good quality and rational use of medicine is formulated in a formulary system in which all the medicine used are listed in a formulary book. Serang Public Hospital revised the formulary book in 1999 and in 2003. From the survey conducted by the pharmaceutical division from January-December 2001, 15% from the 1,119 prescriptions were prescriptions with medicine that were not listed in the formulary book. The January-May 2003 survey found that 9% of the 1,017 prescriptions were filled with unlisted medicine. This result was confirmed by the interview held with some doctors, Board of Directors, Medical Committee and Pharmaceutical and Therapeutic Sub Committee indicating that there were some doctors who prescribed medicine outside of the formulary. The discipline of doctors in prescribing formulary medicine was still low and there hasn't been any actions done to supervise and evaluate the implementation of formulary system. Due to that, the appropriate formulary system for Serang Public Hospital should be identified further. A qualitative research was carried out by checking and evaluating the component link towards the implementation of the formulary system. Using secondary data as the preliminary data combined with the in depth-interviews, the research revealed that the implementation of the formulary system has yet reach an optimum level as a good enough information and useable, but the formulary system shall be made in a pocket book. Actually The Doctors have been understood about the formulary system but in the fact that some of them have not been implemented seriously. The formulary system can be implemented with strong enough supervision, evaluations and good reporting system and than followed using reward and punishment system. The Medical Committee, Pharmaceutical and Therapeutic Sub Committee and Pharmacy Installation are responsible for those supervision, evaluation and reporting. And also the important one is they should know their duties and responsibilities and always continuously improves their competencies by training or directions to maintain their commitment. To implement the formulary system, the hospital should create a regulation and socialized it to all related individuals. Bibliography : 44 (1981 -2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Kurniawati
Abstrak :
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara Asean. Sekitar 40 % kematian bayi terjadi pada masa neonatal (bulan pertama kehidupan bayi). Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal. di Indonesia. Dari 126.000 kematian neonatal, sekitar 50.000 diantaranya meninggal karena tetanus neonatorum. Bangsa Indonesia telah bertekad untuk mengeliminasi tetanus neonatorum di pulau Jawa dan Bali pada akhir tahun 1995 dan di seluruh Indonesia pada tahun 2000. Kejadian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang masih cenderung tetap tinggi, sehingga perlu diperoleh informasi hubungan faktor-faktor risiko tertentu dengan kejadian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang. Faktor-faktor risiko yang diteliti meliputi: karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan, paritas); kondisi kehamilan (status imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil); kondisi persalinan (penolong persalinan, sterilitas alat pemotong tali pusat, tenaga perawat tali pusat, obat/bahan perawatan tali pusat). Disain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita tetanus neonatorum yang pernah dirawat di RSU Kabupaten Serang maupun yang ditemukan dari pelacakan dan laporan masyarakat periode Januari 1994 - Desember 1995, sedangkan kontrol adalah bayi neonatus yang tidak menderita tetanus neonatorum yang lahir pada periode Januari 1994 - Desember 1995 yang bertempat tinggal di RT yang sama dengan kasus. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing 79. Tidak dilakukan matching pada penelitian ini. Untuk mengetahui besarnya hubungan faktor-faktor risiko dengan kejadian tetanus neonatorum dilakukan perhitungan Odds Ratio melalui analisis regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil dengan kejadian tetanus neonatorum. Ibu hamil yang tidak pernah menerima imunisasi Tetanus Toxoid dan imunisasi Tetanus Toxoid tidak lengkap masing-masing mempunyai peluang bayinya mengalami kejadian tetanus neonatorum 10,98 kali dan 5,70 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memperoleh imunisasi Tetanus Toxoid lengkap. Alat pemotong tali tali pusat yang tidak steril memberikan risiko 3,14 kali lebih besar untuk kejadian tetanus neonatorum dibandingkan alat pemotong tali pusat yang steril. Mengingat hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan untuk dilakukan peningkatan cakupan imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil disertai dengan pengembangan imunisasi Tetanus Toxoid pada calon pengantin wanita serta anak-anak wanita Sekolah Dasar kelas VI. Juga perlu dilakukan sweeping imunisasi Tetanus Toxoid pada wanita usia subur terutama di desa kasus dan di daerah risiko tinggi, dengan memanfaatkan momentum PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Disamping itu juga perlu meningkatkan kemitraan antara dukun bayi dan bidan desa dalam hal pertolongan persalinan, bimbingan teknis dalam bentuk on the job training kepada dukun bayi serta meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat kepada ibu hamil, calon pengantin khususnya yang tingkat pendidikannya rendah. ......Among Asean countries, infant mortality rate in Indonesia is high enough. Approximately 40 % of infant mortality occurred in the neonatal phase (the first month of infant life). Tetanus neonatorum still is one of the causes of neonatal mortality in Indonesia. From 126.000 neonatal mortality 50.000 is approximately caused by tetanus neonatorum. The Government of Indonesia have targeted to eliminate tetanus neonatorum in Java and Bali at the end of 1995 and all over Indonesia in 2000. The incidence of tetanus neonatorum in Serang District is still high, so that we need to get information of particular risk factors related to the incidence of tetanus neonatorum in this district. The risk factors that will be studied: the characteristic of pregnant mothers (age, education, parity); pregnant condition (the status of Tetanus Toxoid immunization of pregnant mothers); delivery condition (birth attendant, sterilization of the umbilical cord cutter, nurses for the umbilical cord, medicine/material of the umbilical cord intensive care). Research design is case-control. Cases are tetanus neonatorum patients who already have been intensive care in Serang Public Hospital, observation finding, and public report during January 1994 to December 1995. Controls are neonatus infants who are free of tetanus neonatorum and born during January 1994 to December 1995 in the same location of the cases. There are no matching in this research. This research used Odds Ratio calculation with regression logistic multivariate analysis. The result of the research indicates that there are positive relationship between the status of Tetanus Toxoid immunization of pregnant mothers and tetanus neonatorum incidents. Pregnant women who never and incomplete geting Tetanus Toxoid immunization have possibility suffering tetanus neonatorum I0,98 and 5,70 times more than pregnant women who get complete Tetanus Toxoid immunization. Non sterilized umbilical cord cutter will give risk to the incidence of tetanus neonatorum 3,14 times than the sterile one. Based on the study result, we suggest to increase the coverage of Tetanus Toxoid immunization for pregnant mothers and also develop Tetanus Toxoid immunization for the coming bride and school age girls (elementary VI grade). It is necessary as well to do Tetanus Toxoid immunization sweeping for fertile age women, especially in the case village and in the area of high risk, using PIN (Pekan Imunisasi Nasionall National Immunization Week) moment. In addition, it is necessary to increase partnership between traditional birth attendant and trained birth attendant in helping the birth, technical assistant in the form of on the job training to the traditional birth attendant, and increase the community health information to pregnant mothers, the coming brides, particularly those with lower educational level.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osman Syarief
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder terhadap sebagian data penelitian "Studi Pengumpulan Data Prevalensi Anemi Gizi pada Ibu Hamil", yang dilakukan oleh Pusat .Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI pads bulan Oktober 1992 sampai dengan Agustus 1993. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada di wilayah kabupaten Serang dan Tangerang, Jawa Barat dan sebagai unit analisis adalah ibu hamil. Pengambilan sampel ibu hamil ditentukan dengan teknik "multistage cluster sampling" . Jumlah desa terpilih yaitu sebanyak 16 desa (16 cluster) untuk masing-masing kabupaten. Di dalam masing-masing cluster terdapat 12 sampai 15 ibu hamil, sehingga jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 438 ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan oleh tenaga analis kimia, bidan dan ahli gizi. Data yang dikumpulkan meliputi kadar hemoglobin, data identitas ibu hamil, pengetahuan gizi dan data konsumsi makanan. Data yang terkumpul disimpan dalam data base dengan menggunakan program Dbase M. Pengolahan data dan analisis data selanjutnya untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSSIPC versi 4.1. Analisis data dilakukan secara bertahap yang terdiri dari 1) analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, 2) analisis bivariat untuk melihat hubungan dan beda proporsi antara variabel dependen dengan independen digunakan uji statistik chii-square. Uji phi, cramers v dan koefisien kontingensi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Sedangkan perhitungan odds rasio (OR) digunakan untuk menilai estimasi risiko terjadinya keluaran sebagai pengaruh adanya variabel independen, 3) analisis multivariat dilakukan untuk rncngestimasi kemungkinan terjadinya anemi gizi pada ibu hamil yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel umur ibu, umur kehamilan, jarak kehamilan, paritas ibu dan body mass index (kelompok faktor internal), pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, pemilikan KMS ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan (kelompok faktor eksternal). Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik multiple regressi logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dari kelompok faktor internal yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil adalah paritas ibu dan umur kehamilan. Sedangkan umur ibu, jarak kehamilan dan body mass index tidak terbukti sebagai faktor risiko terhadap terjadinya anemi gizi pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas lebih dari 2 anak kemungkinan mempunyai risiko 1.85 kali lebih tinggi untuk terjadinya anemi gizi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai paritas 2 anak atau kurang. Ibu hamil dengan umur kehamilan Z 26 minggu kemungkinan mempunyai risiko anemi gizi 1.68 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil dengan umur kehamilan < 26 minggu . Dari faktor ekstemal temyata variabel pengetahuan gizi ibu merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil. Sedangkan variabel pendidikan pekerjaan ibu, pemilikan KMS ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan tidak kelihatan sebagai faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil pada penelitian ini. lbu hamil dengan pengetahuan gizi rendah mempunyai risiko 2.39 kali lebih tinggi untuk terjadinya anemi gizi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan : Pada pemeriksaan kehamilan di posyandu atau puskesmas, sebaiknya sebelum pemeriksaan kehamilan dilakukan identifikasi faktor risiko oleh petugas kesehatan, dengan tujuan untuk mencari ibu hamil dengan ciri-ciri sebagai berikut 1) ibu hamil dengan umur kehamilan >26 minggu, 2) ibu hamil dengan paritas > 2 anak dan 3) ibu hamil dengan pengetahuan gizi rendah. Ibu hamil dengan ciri-ciri tersebut sebaiknya mendapat perhatian dari kader atau petugas kesehatan lain untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Pada tingkat posyandu maka kader dapat mengawasinya melalui KMS ibu hamil. Pada tingkat desa monitoring dilakukan oleh bidan desa. Pada tingkat puskesmas dapat dilakukan oleh staf puskesmas dan dengan pendelegasian kepada bidan desa. Peranan posyandu, sebagai bagian dari pelayanan tingkat pertama yang memungkinkan kontak lebih luas antara petugas kesehatan, kader dengan masyarakat, perlu ditingkatkan kegiatannya terutama dalam hal suplementasi pil besi dan penyuluhan gizi sebagai kegiatan pendukung , sedangkan ibu hamil dengan faktor risiko sebaiknya diberikan pil besi dan konsultasi gizi dengan memanfaatkan media penyuluhan yang tersedia.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrs Rethika
Abstrak :
Kajian perkembangan perkotaan saat ini menjadi salah satu bidang kaji yang sangat penting dan kompleks, baik dalam konteks Indonesia maupun global. Untuk memahami sebuah kota, kita tidak dapat lagi sekedar melihat artefak- artefaknya, melainkan dalam konteks penelitian ini, kota dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial, yang dibentuk untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari serta berfokus pada persoalan bagaimana warga kota memperjuangkan hidupnya. Alun-alun merupakan ciri khas ruang peninggalan sejarah yang ditemukan di hampir seluruh perkotaan di Indonesia terutama di Jawa. Sebagai salah satu wujud ruang publik yang paling terbuka di pusat-pusat kota, alun-alun ditafsirkan sebagai pusat kegiatan untuk umum, dengan bermacam bentuk dan tujuannya yang dapat menggambarkan peijalanan sejarah kota tersebut di masa lampau. Ruang publik di kota menjadi aspek yang sangat menentukan karena kehidupan keseharian dan kehidupan sosial terjadi, serta kehidupan sosial di kota tak luput dari sejarah kota itu sendiri. Di beberapa kota, fungsi alun-alun sebagai sebuah ruang publik tidak dapat dipisahkan dari kontrol-negara, praktek lokalitas yang dilakukan oleh warga sekitar maupun masyarakat luas, reproduksi-nya sebagai simbol kuasa pemerintah, dan sekaligus kecenderungan kegiatan rekreasi. Perubahan makna alun-alun sebagai tempat terjadinya dunia dalam konteks ritual spiritual menjadi ruang terbuka umum kota adalah konsep perkotaan yang dapat berkembang dalam kehidupan bermukim modem. Perumusan masalah penelitian ini adalah identitas kekuasaan pemerintah melalui alun-alun menjadi berubah ketika warga kota berkegiatan dalam kesehariannya. Warga sepertinya mampu memaknai sendiri keadaan maupun dari wujud fisik alun-alunnya di tengah aturan-aturan terhadap alun-alun sebagai identitas kekuasaan pemerintahan. Hasil penelitian ini, bahwa konsep commandery yang terjadi pada alun-alun kota Serang ini yang sejatinya memberikan suprastratifikasi pada warga terhadap alun- alun tersebut, ternyata ada suatu celah yang memberikan kesempatan bagi warganya menjadikan alun-alun menjadi suatu pemandangan dan aksi yang menunjukkan makna simbolik Pengguna alun-alun sebagai pelaku konstruksi sosial, mampu menyampaikan wujud nyata pada ruang alun-alun yang ditransformasikan melalui hubungan antar manusia, memori, imajinasi dan hal-hal yang sering dilihat tiap harinya. Konstruksi sosial dari pengguna alun-alun mampu menciptakan waktu kegiatan kesehariannya dan zona kegiatannya. ......The study of urban deveiopment recently becomes one of the most important and more complex fields of study either in this country and global context. It does not only find at the artifacts when we try to understand the contexl of urban but we have to know its social construction which is formed to fulfill their daily needs and focus on their problems of how the urban strike to live. We recognize alun-alun is one of the history works that mostly found in many cities in lava. As a very wide-open public space in center of city, alun-alun is interpreted as center of public activities, with many forms and purposes that describe historical of an urban in the past. In some of cities, the function of alun-alun could not be separated fiom the control of nation, public activities, its reproduction as a symbol of govemment authorities and even its recreation appealing of society. The alteration of its purpose fiom ritual spiritual context to become public space in the city is the urban concept which is able to be developed in this modem view. The problem in this research is that the identity of government authorities of alun-alun has changed when society has had their activities in their everyday life. Society seems has their own meaning of the setting and of the physical appearance of alun-alun, among rules as the identity of government authorities. The result of this research, commandery concept of alun-alun in Serang that provides suprastratification to society, has had space that gave chance to society to make alun-alun as a view and action that show symbolic meaning. Society as the actor of social construction is able to give real appearance in form of social interaction, memory and their imagination to things their experienced in their everyday life. Social construction of alun-alun users has its own ability to create everyday activities and also their zone of activities.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T26842
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Ramadhan Hary Putra
Abstrak :
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di Asia Tenggara dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau. Dengan luasnya laut di Indonesia masih banyak daerah lautan yang masih belum tereksplorasi dengan baik. Terutama daerah lautan yang cukup dalam sehingga manusia tidak dapat mengeksplorasi nya secara manual. Oleh karena itu ROV merupakan sebuah cara untuk melakukan eksplorasi laut dalam secara tidak langsung. Eksplorasi atau ekspedisi menggunakan ROV ini sudah menjadi hal umum. Dengan kemajuan teknologi dan desain pada masa sekarang, dengan mengaplikasikan teori biomimikri pada desain ROV sehingga dapat mengikuti pola kehidupan dari spesies makhluk hidup tersebut. Diharapkan dengan menggunakan adaptasi biomimikri, ROV dapat bekerja lebih efektif dan efisien ketika melakukan eksplorasi bawah laut. Pinguin merupakan burung yang tidak dapat terbang, namun dapat berenang dan menyelam. Dengan variasi sudut serang dari sayap pinguin, diharapkan dapat menghasilkan model ROV adaptasi badan pinguin yang efektif untuk dipakai sebagai alat melakukan eksplorasi. Namun setelah dilakukan simulasi pada model ROV adaptasi badan pinguin dan ROV konvensional, didapatkan hasil rata-rata hambatan yang besar pada model ROV adaptasi badan pinguin dibandingkan dengan model ROV konvensional. Namun pada rentang froude number 0 – 0.34, rata-rata hambatan dari model ROV adaptasi pinguin lebih rendah dibanding model konvensional. Sehingga model ROV adaptasi badan pinguin tidak direkomendasikan sebagai ROV cepat. Perlu dilakukan perubahan pada desain model dan juga penambahan beberapa kondisi sehingga model ROV adaptasi badan pinguin dapat bersaing dengan model ROV konvensional. ......Indonesia is an archipelagic country located in Southeast Asia with a total of 17,508 islands. With the vastness of the sea in Indonesia, there are still many areas of the ocean that are still not well explored. Especially areas of the ocean that are deep enough that humans cannot explore them manually. Therefore, ROV is a way to do deep sea exploration indirectly. Exploration or expedition using this ROV has become a common thing. With advances in technology and design today, by applying biomimicry theory to the ROV design so that it can follow the life patterns of these living species. It is hoped that by using biomimicry adaptation, ROV can work more effectively and efficiently when conducting underwater exploration. Penguins are birds that cannot fly, but can swim and dive. With variations in the angle of attack of the penguin's wings, it is hoped that it can produce an effective penguin body adaptation ROV model to be used as a tool for exploration. However, after conducting simulations on the penguin body adaptation ROV model and conventional ROV, the results obtained are large average resistance results in the penguin body adaptation ROV model compared to the conventional ROV model. However, in the froude number range 0 – 0.34, the average resistance of the penguin adaptation ROV model is lower than the conventional model. So the penguin body adaptation ROV model is not recommended as a fast ROV. It is necessary to make changes to the model design and also to add several conditions so that the penguin body adaptation ROV model can compete with conventional ROV models.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amah Majidah Vidyah Dini
Abstrak :
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kemungkinan eningkatan kejadian yang terus menerus dari vector borne disease (Munasinghe, 2003). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penelitian Silaban (2005) menyatakan bahwa variasi iklim (jumlah hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban) memiliki hubungan bermakna dengan insiden DBD di Kota Bogor. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara faktor iklim (suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban, dan kecepatan angin) dengan kejadian DBD di Kabupaten Serang tahun 2007- 2008. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder faktor iklim dan jumlah kasus DBD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor iklim suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembaban dan kecepatan angin dengan angka insiden DBD di kabupaten Serang pada tahun 2007-2008.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Encep Mukardi
Abstrak :
ABSTRAK Angka kematian perinatal di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 45 per 1000 kelahiran (tahun 1994 ) bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ), infeksi dan trauma kelahiran. RSUD Serang sebagai Rumah Sakit Kelas B di Wilayah Keresidenan Banten mempunyai kematian perinatal cukup tinggi yaitu 226 dari 1531 kelahiran (tahun 1997), sehingga perlu diperoleh informasi faktar-faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal itu. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ibu (umur, paritas, komplikasi kehamilan dan persalinan, jarak kelahiran dan kondisi kesehatan ibu), faktor janin (berat bayi, asfiksia, infeksi dan trauma lahir) dan juga diketahui faktor manajemen rumah sakit dan manajemen medik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal. Disain penelitian adalah survey, retrospektif selama satu tahun dari Januari sampai Desember 1997 dengan mengambil penelitian seluruh kematian perinatal sejumlah 226. Untuk mengetahui hubungan antara kematian perinatal dilakukan analisis "chi square". Untuk mendapatkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan dari 9 variabel, 5 menunjukkan arah perbedaan yang bermakna dalam proporsi kematian perinatal menurut : 1. Umur ibu, (p<0,05) 2. Paritas ibu, (p<0,05) 3. Komplikasi kehamilan, (p<0,05) 4. Kondisi kesehatan ibu, (p<0,05) 5. Berat bayi, (p<0,05). Dari wawancara mendalam diperoleh bahwa sarana dan prasarana dibagian perinatologi sangat terbatas. Lahir mati menunjukkan proporsi yang paling besar yaitu 63,3 % dari seluruh kematian perinatal, lahir mati ini terjadi sebelum masuk rumah sakit, penulis menyarankan agar Puskesmas didalam pelayanan medik khususnya untuk kesehatan ibu hamil dan bayi terus dibina oleh RSUD Serang bersama Dinas Kesehatan Serang dalam kegiatan Rumah Sakit Sayang bayi dan Rumah Sakit Sayang Ibu. Penyebab kematian Neonatal dini di RSUD Serang Proporsinya yang terbesar adalah BBLR ( berat bayi Lahir rendah ) sebesar 66,23 % , hal ini merupakan tuntutan dan disarankan agar RSUD Serang khususnya bagian perimatologi meningkatkan kemampuan untuk dapat merawat BBLR dengan sarana, prasarana dan kemampuan tenaga yang memadai. Untuk Dinas Kesehatan dan Instansi lintas Sektor disarankan untuk meningkatkan peranannya dalam cakupan pemeriksaan antenatal di Puskesmas Daftar Kepustakaan : 26 ( 1984 - 1998 )
ABSTRACT Analysis of Perinatal : Death in General Public Hospital of Serang 1997 Perinatal death rate in Indonesia is still high (i_e 45 per 1000 of birth a year 1994 ) if it's compared to other ASEAN countries. It is making caused by asphyxia, complication of low birth weight, infection and trauma during delivery. General Public Hospital Serang is a class B Hospital in Banten area, where perinatal death is 226 out of 1531 births ( year 1997 ). 1nforniation is needed to learn about factors that are factors related to perinatal death. They are maternal factors ( age, parities, complication of pregnancy and childbirth, childbirths, distance and health condition ), Fetal factors ( baby's weight, aspphyxia, infection and trauma during delivery) and also hospital management and medical management factors. The purpose of this research is to get descriptive information of factors related to perinatal death . The methode of research is survey, based on one year deliveries from January to December 1997, of which have a total of 226 perinatal death. To learn the ralationship betwen variables " Chi Square " analysis was aplied to collect qualitatif information in depth interview was caned out. The result of research shows that 5 out of 9 variables have relationship with perinatal death namely : 1. Mother's age (pc0,05 ) 2. Mother's parities (p<0,05 ) 3. Complication of pregnancy (p<0,05 ) 4. Health condition of mother and weight of each baby (p<0,05 ) From the interview , it is know that perinatology departement has only got limited facilities . Still birth shows a great proportion ( 63,3 % from all perinatal death ). This still birth ins happened before mother was hospitalized . The writer suggest that health centers should be developed constantly, with regard to it, medical service especially that of health service for pregnant woman and baby, by General Public Hospital and Health office Serang related to program that of Hospital loves mother and baby friendly . The cause o great proportion premature Neonatal death in General Public Hospital Serang is low birth weight, i.e 66,23 %. It's suggested to General Public Hospital Serang, especially its perinatology department to increase its capability in providing service for low birth weight babies by using improved facilities. It is sugested to Health office, to improve it's function in antenatal service in every Health Center. Bibliography 26 ( 1984 - 1998 ).
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>