Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erdinal
"Kecamatan Kampar Kiri Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar yang mempunyai angka penderita malaria klinis yang tertinggi (AMI = 79,19) dari 18 (delapan belas) kecamatan yang berada di Kabupaten Kampar. Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk anopheles, sp sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia, serta dapat menimbulkan kerugian di bidang sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar. Sebagai kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah malaria positif, sedangkan kontrol adalah pasien yang berkunjung tanpa gejala malaria klinis, dan hasil pemeriksaan darah negatif. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 69 kasus. Faktor-faktor yang diteliti adalah tempat perkembangbiakan nyamuk, pemeliharaan ternak besar, pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemakaian kawat kasa, dan pemakaian bahan penolak nyamuk (repelen). Dari hasil penelitian ini diketahui ada lima variabel yang berhubungan dengan kejadiaan malaria, yaitu tempat perkembangbiakan nyamuk dengan nilai p = 0,006 (OR 2,8 ; 95 CI 1,381 ? 5,512), pemeliharaan ternak besar nilai p = 0,001 (OR 3,2 ; 95 CI 1,650 ? 6,693), pemakaian kelambu nilai p = 0,017 (OR 2,4 ; 95 % CI 1,226 ? 4,845), penggunaan obat anti nyamuk nilai p = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 ? 4,564), dan penggunaan kawat kasa nyamuk nilai p = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 ? 4,513). Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah pemeliharaan ternak besar, dan diikuti oleh tempat perkembangbiakan nyamuk, dan pemakaian obat anti nyamuk.

Factors related to malaria prevalence in Kampar Kiri Tengah Sub District, Kampar District, Riau Province in 2005 ? 2006. Kampar Kiri Tengah Sub-District has the highest number of malaria patients (AMI: 79,19) out of 18 sub-district in Kampar district. Malaria is caused by Plasmodium and transmitted out by anopheles sp mosquitoes. Until now, malaria is a major health problem in Indonesia and is one of the top ten high fatality diseases in Indonesia, and detrimental to socio-economic field. This study utilizes a case control research design and the objective was to find out the factors related to the occurrence of malaria disease in Kampar Kiri Tengah Sub-District, Kampar District. The case group consists of patients who visited health centre and showed clinical symptoms of malaria and whose blood examination result was positive. The control group consisted of patients who do not have clinical symptoms of malaria and the blood examination is negative. The number of case group and control group is 69 patients, respectively. Factors studied are mosquito breeding sites, living next to large cattle barns, the use of bed net, anti-mosquito chemical, wire netting, and repellent. The result of the study suggested that there are five variables related to occurrence of malaria, namely mosquito breeding sites with p value = 0,006 (OR 2,8 ; 95% CI 1,381-5,512), living next to large cattle with p value = 0,001 (OR 3,2 ; 95% CI 1,650-6,693), the use of bed net with p value = 0,017 (OR 2,4 ; 95% CI 1,226 ? 4,845), the use of anti-mosquito chemicals with p value = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 ? 4,564) and the use of wire netting with p value = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 ? 4,513). Multivariate analysis showed that most dominant factors is living next to large cattle, followed by mosquito breeding sites and the use of anti-mosquito chemical."
Universitas Indonesia, 2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mirhansyah
"Salah satu penyebab tingginya angka Annual Malaria Incidence (AMI) di Kabupaten Tanah Laut karena kurang tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu. Karena itulah perlu diadakan penelitian pengembangan sistem informasi untuk mendukung program pemberantasan penyakit malaria tersebut.
Sebagai metodenya, penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sistem dengan tahapan : investigasi, analisis sistem, perancangan sistem lalu evaluasi sistem. Data dan informasi dikumpulkan melalui wawancara serta observasi terhadap komponen sistem informasi yaitu tenaga, prosedur, perangkat keras, perangkat lunak, dan basis data.
Hasil pra analisis menunjukkan adanya masalah pada setiap komponen sistem informasi, terutama pada perangkat lunak dan basis datanya. Data di-entry ke dalam format di spead sheet program aplikasi LOTUS 1-2-3. Sistem seperti ini dapat menyebabkan kebenaran data menjadi kurang terjamin yang berakibat pengalokasian sumber daya program tidak tepat dan juga memerlukan banyak memori untuk penyimpanan file. Di samping itu dari hasil pranalisis tersebut juga diketahui peluang pengembangan sistem, baik dari segi dukungan pemerintah kabupaten, sumber daya manusianya maupun pembiayaan program pemberantasan penyakit malaria di Kabupaten Tanah Laut.
Hasil analisis sistem menunjukkan adanya beberapa kebutuhan antara lain : kebutuhan pemakai (user), kebutuhan pengolahan data dan kebutuhan sistem itu sendiri. Disamping itu juga diketahui kelayakan pengembangan sistem, berupa kelayakan teknik, kelayakan operasi, kelayakan ekonomi dan kelayakan hukum.
Perancangan sistem menggunakan alat pengembangan berupa Data Flow Diagram, algoritma pemrogaman, Entity Relationship Diagram, normalisasi, kamus data, rancangan input dan rancangan output. Ada berbagai keunggulan pada sistem informasi yang baru dibandingkan dengan sistem informsi yang lama dilihat dari proses maupun output yang dihasilkan.
Kesimpulan pada tesis menyangkut beberapa hal. Pertama, permasalahan sistem informasi ditemukan pada setiap komponen sistem. Kedua, sistem informasi yang dikembangkan bertujuan untuk membantu penggarisan kebijakan, perencanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi serta penyiapan laporan. Ketiga, sistem informasi mempunyai peluang pengembangan berupa dukungan pemerintah, ketersediaan dana, tenaga, formulir dan sarana komputer. Keempat, prototype yang dibuat dapat diterapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut. Kelima, indikator yang robust setelah dilakukan pengkajian adalah beda hasil pemeriksaan sediaan darah dan stratifikasi malaria puskesmas.

The Management Information System Development of Malaria Disease Control in Tanah Laut District, South Borneo 2003
One of causes of Annual Malaria Incidence high rate in Tanah Laut district is the lack of accurate and timely information availability. Therefore, there should be a research aimed at developing information system to support malaria disease control program.
For the method, this research is conducted through system approach with the following steps: investigation, system analysis, system design and system evaluation. Data and information is collected through in-depth interview and observation to information system components, such as human resources, procedure, hardware, software and database.
Pre-analysis result shows problems at every information system component, especially at software and database. Data is entered to the format in spreadsheet program application, namely LOTUS 1-2-3. Such a system causes the data validity uncertain which causes program resources inappropriate and needs more memories to save file. In addition, its results show system development opportunity in the perspective of local authority support, human resources and budgeting of malaria disease control program in Tanah Laut District.
The analysis results show that there are several needs including user, data processing and the system itself In addition, it studies system development feasibilities, such as technique, operation, economic and law feasibility.
System planning uses development tools, such as Data Flow Data, algorithm, Entity Relationship Diagram, normalization, data dictionary, input and output planning. There are several advantages in newly developed system compared with the old one in perspective of processes and produced outputs.
The research summarizes several things as follows. First, information system problems are found at every system component. Second, the newly developed system is aimed at supporting governance decision, planning, monitoring and evaluation, as well as report preparing. Third, information system has developing opportunities, such as financial, human resources, form, computer availability, as well as government support. Fourth, the designed prototype is applicable to control malaria disease in Tanah Laut District. Fifth, after analysis the robust indicators are different result of blood slide check and malaria stratification in public health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Santoso
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan msyarakat yang serius bagi umat manusia di dunia. Saat ini diperkirakan 2,5 milyar manusia hidup di wilayah-wilayah endemis malaria dengan ± 300 juta kasus dan -+ 1juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit malaria. Di Indonesia pada periode tahun 2001-2004 mengalami penurunan Annual paracite incidence (API) di Jawa-Bali tahun 2001 (0,62%o), 2002 (0,47%0), 2003 (0,22%o) dan 2004 (0,15%0). Demikian pula annual malaria incidence (AMI) di War Jawa-Bali tahun 2001 (26,20%0), 2002 (22,30%0), 2003 (21,80960) dan 2004 (21,20%o), tetapi penyakit malaria masih menimbulkan KLB pada tahun 2004, di 5 propinsi pada 6 kabupaten dengan 1.959 penderita dan 33 penderita meninggal dunia_
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan dengan kejadian malaria dalam upaya mengidentifikasi karakteristik populasi lokal spesifik.
Desain penelitian adalah studi korelasi populasi, menggunakan data sekunder dari Depkes RI dan BPS Pusat. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian 108 namun dalam analisisnya menggunakan keseluruhan sampel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 46. Kasus adalah kelompok penderita dengan gejala klinis malaria yang sudah didiagnosis oleh petugas kesehatan, tinggal di propinsi Indonesia dan tercatat di Sub Direktorat Malaria Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000-2004. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni 2006. Variabel penelitian adalah faktor pelayanan kesehatan (puskesmas), perilaku (kualitas sumber daya manusia) dan lingkungan (lingkungan sosial ekonomi, lingkungan tingkat rural, lingkungan sosial demografi dan lingkungan fisik) yang berhubungan dengan terjadinya efek yang diteliti (kejadian malaria di propinsi Indonesia tahun 2000-2004).
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan sedang antara variabel puskesmas (1=0,335), sumber daya manusia (1=0,299), pemerataan (r=0,504), aspek lingkungan desa (r=-0,448), aspek pejamu desa (1=-0,493), kepadatan penduduk (1=-0,440) dan potensi perindukan nyamuk (r=-0,326) dengan kejadian malaria di Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2004. Variabel yang paling besar berhubungan dengan kejadian malaria di Indonesia tahun 2000-2004 adalah variabel proporsi aspek lingkungan desa dengan model persamaan proporsi kejadian malaria = 2,316 + 0,628 (proporsi puskesmas) + 0,396 (proporsi sumber daya manusia) + 0,037 (proporsi pemerataan ) - 0,335 (proporsi aspek lingkungan desa) - 1,074 (proporsi potensi perindukan nyamuk). Dengan setiap puskesmas memiliki program P2 malaria yang secara aktif menjalankan tugasnya dalam penemuan kasus, pemberantasan, pencegahan dan penyuluhan malaria maka peningkatan faktor pelayanan kesehatan (variabel proporsi puskesmas) akan diikuti dengan penurunan proporsi kejadian malaria.

Malaria is still a serious health problem at society for human being in the world, because of a highest prevalence especially in development countries. Today it is estimated almost 2,5 billions people live at malaria endemic by 300 millions cases and 1 million people died because of malaria disease every year. It decreased in Indonesia at period of 2001-2004, Annual Paracite Incidence in Java - Bali in 2001 (0,62 0/00), in 2002 (0,47 °/oo), in 2003 (0,22 °/oo), and in 2004 (0,15 °/00). Furthermore, Annual Malaria Incident in Java-Bali in 2001, (26,20 0/oo, in 2002 (22,30 °/oo), in 2003 (21,80 °/oo), and in 2004 (21,20 0100). Malaria disease is still an extraordinary occurrence in 2004, 5 provinces, 6 sub-provinces, by 1.959 patients and 33 of them died.
This research purpose is to know a relation between health services, behavior and environment factor with malaria occurrence in the effort of identifying a local population characteristic specifically.
Research used a correlated population design with secondary data from Indonesia Ministry of Health and Indonesia Statistic Bureau. This research conducted to 108 samples but its analysis used all of samples which were success collected by 46 samples. Cases were patient groups with clinic symptom of malaria which have been diagnosed by a health worker, living in province of Indonesia and noted in Sub Directorate of Malaria, General Directorate of Infectious Disease Prevention and Environment Health, Indonesia Ministry of Health in 2000-2004. Data collecting was conducted on June 2006. Research variables are health service (primary health care), behavior (human resources quality) and environment (social economic, rural level, social demography and physic environment) related to the assessed effect (malaria occurrence in province of Indonesia, 2000-2004).
Research result indicated that there was a medium relationship between primary health care (r=,335), human resources (r3,299), equity (r=0,504), district environment aspect (r),448), district host aspect (r),493), high population (r.1,440) and mosquito breeding places potency (r 0,326) variables with malaria occurrence in Indonesia, 2000-2004. The biggest variable related to malaria occurrence in Indonesia, 2000-2004 was proportion variable of district environment aspect with equity model of malaria occurrence proportion = 2,316 + 0,628 (proportion of primary health care) + 0,396 (proportion of human resources) + 0,037 (proportion of equity) - 0,335 (proportion of district environment aspect) -- 1,074 (proportion of mosquito breeding places potency). Each primary health care has a malaria eradication program which running their job actively on cases invention, eradication, prevention and counseling of malaria. Therefore, improvement of health service factor (proportion variable of primary health care) followed by proportion degradation of malaria occurrence.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library