Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sapardi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannig, Wolfgang
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988
338.3718 HAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Widiyastuti
Jakarta: BALITBANGKES, 2015
633.88 YUL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Tihar
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber potensi kegagalan produksi budidaya perikanan kerambajaring apung, langkah dan kebijakan strategis yang relevan dan kompatibel dalam menghadapi resiko, serta pilihan alternatif strategi pengembangan bisnis kedepan. Obyek penelitian adalah industri perikanan yaitu budidaya keramba jaring dengan batasan ruang lingkup lingkungan bisnis waduk Jatiluhur dan aspek ekonomis, dengan data yang dianalisis meliputi semua data dan informasi industri terkait. Sebagai penelitian kualitatif, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis struktur industri, SWOT analysis, serta analisis identifikasi strategi. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyebab spesifik menyangkut kegagalan produksi diantaranya adalah manajemen produksi yang cenderung over eksploitaton, kerusakan lahan dan produksi sebagai akibat faktor teknis akumulasi pencemaran. Sementara itu, hasil analisis juga merekomendasikan alternatif strategi diferensiasi dan pembentukan wadah organisasi secara formal sebagai pilihan aplikatif dalam melakukan pengembangan bisnis, juga sebagai instrumen strategis unluk menghadapi ancaman kegagalan produksi. Sasaran yang bisa dicapai dari implementasi strategi ini terutama menyangkut peningkalan fleksibilitas dan efisiensi usaha, sumber pemodalan dan arus informasi lebih memadai, target pasar yang lebih ekstensif dan konsisten, serta merjin keuntungan yang sustainable. ......This research's objectives were to identify some of potential source of misproduction, someof relevan and compatible strategic decisions facing such risks arised, and also alternative strategic option of onwards business development. The object of this research was the industry of cultivation of dragnet fishpond in Jatiluhur, limited on bisnis circles and economical aspect. As a qualitative research, the methods of analysis used including analysis of the structure of the industry, SWOT analysis, and observation methods on strategy which used. The results exsposed that there were some of specific causes regarding misproduction, which were over exploitation management of production, physical damage caused by highly acumulative of pollution. Besides, the result of analysis has recommended of implementing of strategy of differentiation and formed formal organisation as aplicative option onwards business development, as also strategic instrument to facing misproduction. The goals could be reached by implementing this kind of strategy were involved on increasing business flexibility and eficiency, source of capital and information that would be more sufficient, more ex1ensive and consistent on target of market, and more highly sustainable margin of return/profit.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27044
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Haspramudilla
Abstrak :
Belakangan berita kriminal marak hadir di stasiun televisi di Indonesia. Hal ini dikarenakan dunia kriminalitas merupakan salah satu nilai jual paket berita. Penelitian ini mengenai persepsi khalayak tentang realitas kasus kejahatan dalam tayangan berita kriminal ?Fakta? dengan menggunakan teori kultivasi. Penelitian ini pun membandingkan persepsi dari dua kelompok khalayak yakni khalayak umum dan narapidana. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivist. Dari penelitian ini ditemukan bahwa terpaan tayangan "Fakta" ternyata berpengaruh terhadap persepsi khalayak tentang realitas kejahatan. Dari data yang diolah peneliti juga menemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara responden khalayak umum dan narapidana tentang realitas kejahatan yang tersaji dalam tayangan "Fakta". Khalayak umum cenderung menganggap bahwa apa yang disajikan Fakta sama dengan realitas yang sebenarnya sedangkan khalayak narapidana justru sebaliknya.
These days crime-news luster appear on television channel in Indonesia. It is because crime world is one of the selling point of news packaging. This research is about the audience perception about the reality of crime-cases on crime-news program called ?Fakta? by using cultivation theory. This research also try to compare the perception from two groups of audience i.e. civil and prisoner audiences. This research use positivist paradigm. The findings from this research is the exposure of "Fakta" influence the audience perception of crimereality. Moreover, this research also found that there is a differences on the perception of crime reality between civil and prisoner audiences. Civil audiences tend to consider that crime reconstruction that shown in "Fakta" is a reality rather than the prisoner audiences.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Abidin Saleh
Abstrak :
This study entitled Business Contribution of Seaweed Cultivation in Expanding Employment and Improving Community Welfare in Pangkajene and Islands Districts. The formulation of the problem raised is how the contribution of seaweed cultivation in the Pangkajene and Islands Regency in order to expand employment and improve community welfare and what factors hinder seaweed cultivation in Pangkajene and Islands Districts. This research use desciptive qualitative approach. The results showed that the contribution of seaweed cultivation in Pangkajene and Islands Regency was based on the findings that seaweed farming could improve the welfare of the community in the Pangkajene and Islands regencies. So that the utilization of seaweed in Pangkajen district can then be developed towards the commercial sector to be exported and traded as raw material for the manufacture of agar-agar or carrageenan. Factors that hamper seaweed cultivation in Pangkajene and Kepulauan Regency are related to providing business financing and business capital and natural factors because seaweed cultivation depends on seasons and inadequate seeds, so that seeds and capital are needed so that seaweed cultivation can be developed.
Bogor: Indonesia Defense University, 2019
355 JDSD 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Abidin Saleh
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini berjudul Kontribusi Usaha Budidaya Rumput Laut Dalam Memperluas Lapangan Kerja dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana kontribusi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam rangka memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan faktor-faktor apa yang menghambat usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kontribusi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berdasarkan temuan yang didapat bahwa budidaya rumput laut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Sehingga pemanfaatan rumput laut di Kabupaten Pangkajene kemudian bisa dikembangkan kearah komersial untuk diekspor dan diperdagangkan sebagai bahan mentah untuk pembuatan agar-agar atau karaginan (carageen). Faktor-faktor yang menghambat usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah menyangkut menyediakan pembiayaan usaha alias modal usaha dan faktor alam karena budidaya rumput laut tergantung musim dan bibit yang tidak memadai sehingga dibutuhkan bibit dan modal agar budidaya rumput laut dapat terus dikembangkan.
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Victorius Manek
Abstrak :
Bagi sebagian masyarakat NTT khususnya Pulau Timor terjadi sistem ladang berpindah di masa lalu. Tatkala itu sistem perladangan berpindah merupakan suatu bagian budaya dalam kehidupan komunitas masyarakat di Desa Litamali, Sisi, dan Rainawe. Perladangan dapat diartikan sebagai cara bercocok tanam di atas suatu hamparan areal lahan tertentu terutama di daerah hutan rimba tropik, daerah-daerah sabana tropik dan subtropik. Sistem ladang berpindah adalah sistem perladangan dalam makna usaha yang dilakukan oleh manusia secara berpindah. Sistem perladangan berpindah merupakan akumulasi dari berbagai pengalaman melalui babak perjalanan waktu yang panjang, sebagai hasil penyaringan internal terhadap dinamika perubahan lingkungan. Semua jenis makhluk hidup, besar atau kecil, buas atau jinak, aktif atau tidak, menghadapi masalah pokok yang sama yakni masalah untuk bertahan hidup. Persoalan bertahan hidup menuntut suatu proses penyesuaian diri dari makhluk hidup terhadap lingkungan tempat hidupnya. Penyesuaian diri itu secara umum disebut adaptasi. Dalam konteks petani ladang, perubahan sistem perladangan berpindah membutuhkan adaptasi dari komunitas petani. Tuntutan adaptasi berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kebutuhan akan pangan serta peningkatan produktivitas lahan pada luas lahan yang sama. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi baru pertanian yang sekali lagi menuntut adaptasi petani juga. Contoh adaptasi masyarakat tradisional berburu dan meramu dapat dilihat dalam kehidupan suku Pygme, Bushmen, dan Negrito. Dalam kehidupan sehari-hari, suku Pygme, Bushmen, dan Negrito memperoleh pangan dengan meramu tanaman dan buah-buahan, madu dan hewan kecil. Konsekuensinya: a) gerak tinggal suku ini tidak pernah menetap, selalu mengikuti sumber-sumber persediaan pangan, b) pengetahuan dan teknologi yang dibuat lebih difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan c) perpindahan terjadi ketika persediaan pangan di suatu wilayah tidak mencukupi kebutuhan lagi, sehingga perlu berpindah ke lokasi baru. Perilaku ini juga dimaknai sebagai awal mula adanya upaya adaptasi suatu komunitas masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan pangannya mengikuti siklus alam sehingga perlu berpindah-pindah. Tuntutan adaptasi terhadap ladang menetap menyebabkan adaptasi dari berbagai komponen kebiasaan sosial, seperti perubahan sistem perladangan berpindah menjadi menetap, interaksi sosial, interaksi dengan alam, pola kegiatan ekonomi lokal dan teknologi tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepadatan penduduk dan potensi lahan serta pengaruh teknologi baru pertanian terhadap adaptasi petani di Desa Litamali, Sisi, dan Rainawe Kabupaten Belu. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi penduduk ketiga desa tersebut dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dari lima iingkungan untuk pengembangan pertanian bagi penduduk setempat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survai. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner dan wawancara. Penelitian dilakukan sejak bulan Maret - Juni 2003 di tiga (3) desa yaitu Desa Litamali, Sisi, dan Rainawe. Alasan memilih ke-3 desa tersebut secara purposive adalah, a) sistem perladangan berpindah dan ladang menetap masih dilaksanakan secara bersamaan; b) adanya perbedaan topografi yang nyata antar ketiga desa; (1) Desa Litamali terletak di dataran rendah; (2) Desa Sisi terletak di pegunungan; (3) Desa Rainawe terletak di pesisir pantai; dan c) ketiga desa ini mengalami perbedaan tekanan pertambahan penduduk akibat pertumbuhan alamiah dan migrasi masuk penduduk asal Timor Leste. Populasi dalam penelitian ini yakni Kepala Keluarga atau Rumah Tangga (RT) dalam wilayah Desa Litamali, Desa Sisi dan Desa Rainawe. Pengambilan sampel sebesar 10% atau sebanyak 91 KK dengan teknik acak sederhana. Data hasil penelitian, ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh kepadatan penduduk terhadap potensi lahan dan pengaruh teknologi pertanian baru terhadap kemampuan petani. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Petani di Desa Litamali mulai melaksanakan sistem perladangan menetap (86%), diikuti petani di Desa Rainawe (64%) sedangkan petani di Desa Sisi (63%) masih menerapkan sistem perladangan berpindah. b) Pengaruh teknologi baru pertanian terhadap adaptasi petani sebesar, 58% di Desa Litamali, 44% di Desa Sisi dan 50% di Rainawe. Konsekuensinya, terjadi perubahan komponen perladangan seperti, interaksi sosial, hubungan dengan alam, pola ekonomi lokal dan teknologi tradisional pertanian. Kesimpulan penelitiannya adalah, (1) sistem perladangan berpindah di Desa Litamali dan Rainawe mulai berubah menuju ladang menetap sedangkan desa Sisi walaupun menunjukkan adanya perubahan, namun petani masih melakukan sistem perladangan berpindah; (2) teknologi baru pertanian mulai digunakan petani dalam kegiatan berladang. ...... The Subsistence Farmers Adaptation toward Change of Shifting Cultivation System. (A Case Study on the Effects of Modernization on Traditional Agricultural in the Villages of Litamali, Sisi, and Rainawe, in Belu Residence)For some NTT people especially the Timorese, shifting cultivation was past of the culture particularly at the Litamali, Sisi and Rainawe villages. This Cultivation as a fanning mode was practiced in particular areas e.g., in tropical areas, savanas and subtropical areas. The shifting cultivation system is an agricultural effort no a resuet of accumulated experiences through a long journey of time being a human decision after internal selection to the dynamics of environmental changes. All creatures living in large or small groups, wild or tame, active or non-active, face an the same problems, after for survival. This demands for the ability of adaptation process to each habitat. The adaptation is an in born and continuous process. In the uninigated agricultural farmers context, the change of shifting cultivation into system a caused an adaptation on the farmers side an of causes of change was the population growth, which increased demand an food needed and this demanding increased land productivity of the same land area. Therefore, the into an intervention agricultural of new technologies needed the farmers adaptation. The example of traditional community adaptation started at the hunting and collecting could system such as be seen in the Pygme, Bushmen, and Negrito tribes. Daily, the Pygme, Bushmen and Negrito tribes obtained their food by collecting plants and fruits, honey and tiny animals. Consequently, a) the dwelling-movement of these tribes continued, always following the food supply sources; b) the knowledge and technology was therefor more focused on fulfilling their food needs and; c) the movement occured when the food supply in a region was short which therefore caused them to move to the other area. This behavior was also explained as the initial presence of adaptation effort of a local community to meet their food demand, by following the cycle of nature which kept them moving. The uninigated agricultural adaptation cause a change to the shifting custom thus changing some social habit components to the related shifting cultivation technique; such as the change in social relations, interaction with nature, local economic activities and the change from traditional to modem technology. This study aims at to analyzing the effects of population growth to the potentialities of the land and the impact of new agricultural technology y intervention as adaptation to the shifting cultivation habits in the Litamali, Sisi, and Rainawe villages, Belu district. his study hopes to be access of benefit to the local population by using knowledge on Environmental Sciences for agricultural purposes. This is a descriptive study using survey methods and instruments. As technique of data collection was used questionnaires, interviews and the use of some related secondary data. The study was executed between July 2002 and June 2003 in the three (3) villages being Litamali, Sisi and Rainawe. The reason selecting there three villages in Belu were: a) both in the unirrigated agricultural land, two cultivation system the sedentary and shifting cultivation systems; b) each are still being used e.q. village have different in topographic characteristics - (1) Litamali is located on the low lands, (2) Sisi is located on the mountain slope, (3) Rainawe is on the shores - and c) each village has their different population density caused natural population growth, in migration from Timor Leste. In this study, population means households represented by family head of the villages Litamali, Sisi village, and Rainawe. The chosen sample 10% from population or 91 households, decided by using the simple random sampling method. Moreover, data of this study were tabulated and analyzed by cross tabulation population growth and their potential land and also correlation between the use of the new agricultural technology to the farmers ability as replected by the change process shifting to sedentary cultivation. The study result showed that:
a) 86% of the Litamali respondents and 64% of the Rainawe respondents, concluded that they starting to go for permanent cultivation, although, 63% the farmers of the Sisi village prefer to go on the shifting cultivation system.
b) The conclution between of new agricultural technology to the fanner adaptation change was 58% respondents an the Litamali village, 44% an the Sisi and 50% the Rainawe village. Consequently, the some changes in cultivation components have in fluence social interaction, correlated to local custom, the local economic pattern and the traditional agricultural technology. Conclusions of this study are (1) the shifting cultivation system in Litamali, and Rainawe at the moment is beginning to changed settled cultivation system; cartrang farmers the Sisi village are still using the shifting cultivation system (2) the new agricultural technology is used by farmers in cultivation activity.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retna Mahriani
Abstrak :
Media massa merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia terutama pada masyarakat industri. Menurut Mc Quail salah satu fungsi media massa adalah memperluas visi orang dengan pengalaman- pengalaman. Dampak media massa dapat berpengaruh bagi kehidupan manusia bahkan dapat merubah budaya suatu masyarakat. Televisi salah satu media massa yang bersifat audio visual sangat mudah mempengaruhi persepsi seseorang. Di Indonesia televisi sudah merupakan media yang dominan dalam menyebarkan gagasan dan informasi. Hal ini membuat kekhawatiran para ilmuan dan orang tua terhadap acara-acara yang disajikan terutama dalam tayangan adegan kekerasan. Penonton yang sering menonton adegan kekerasan lebih mudah terpengaruh oleh adegan yang ditontonnya terutama bila penontonnya adalah anak-anak, karena mereka mempunyai daya imitasi yang kuat. Gerbner (1978) meneliti pengaruh adegan kekerasan dalam televisi terhadap persepsi tentang sikap dan perilaku kekerasan. Dengan konsep " mainstreaming" Gerbner menjelaskan pengaruh frekuensi menonton adegan kekerasan pada heavy viewer dan light viewer. Konsep utama yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah teori Kultivasi dari Gerbner. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek frekuensi menonton adegan kekerasan pada anak SD terhadap persepsi tentang sikap dan perilaku kekerasan. Yang menjadi populasi adalah murid SD di kotamadya Palembang dan sampelnya adalah murid SD Kelas VI. Pengambilan sampel dilakukan secara quota dan tehnik analisis menggunakan statistik. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) tidak ada pengaruh dari frekuensi menonton adegan kekerasan terhadap persepsi tentang sikap dan perilaku kekerasan pada anak SD. (2) Tidak ada pengaruh dari lokasi pada hubungan antara frekuensi menonton adegan kekerasan dengan persepsi tentang sikap dan perilaku kekerasan anak SD. (3) Tidak ada pengaruh dari nilai rata-rata terhadap hubungan antara frekuensi menonton adegan kekerasan dengan persepsi tentang sikap dan perilaku kekerasan anak SD (4) Tidak ada pengaruh dari pendidikan orang tua terhadap hubungan antara frekuensi menonton adegan kekerasan dengan persepsi tentang sikap dan perilaku kekerasan anak SD. Teori Gerbner menyatakan bahwa, komunikasi massa berhubungan dengan kajian pembentukan persepsi realitas sosial. Bila televisi sering menyajikan adegan kekerasan, maka heavy viewer akan melihat dunia ini dipenuhi kekerasan. Sementara light viewer akan melihat dunia tidak sesuram seperti heavy viewer. Implikasi penelitian ini secara teoritis adalah temuan yang berbeda dengan teori kultivasi Gerbner. Perbedaan tersebut jelas terlihat dari segi budaya, nilai dan kepercayaan yang dimiliki responden di kotamadya Palembang. Perbedaan tersebut sesungguhnya memperkaya konsep teori Cultivasi. Secara metodologis, ukuran-ukuran yang digunakan harus lebih disempurnakan lagi untuk mencapai hasil yang maksimal. Secara praktis bahwa hash penelitian ini dapat digunakan untuk membuat kebijakan oleh para orang tua, pengelola media massa dan pemerintah terutama dalam mengantisipasi efek negatif yang ditimbulkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli
Abstrak :
Aktivitas pembukaan dan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh warga komuniti lokal atau penduduk yang berdiam di dalam dan sekitar hutan tidak selalu berakhir pada terjadinya deforestasi. Orang Krui yang bermukim di belahan barat pegunungan Bukit Barisan, Provinsi Lampung, adalah para aktor yang mampu membangun keselarasan fungsi ekonomis dari hutan dengan fungsi ekologis, bahkan juga fungsi sosial dan kultur al. Mereka bukanlah para peramu atau perambah hutan, melainkan para aktor yang secara sadar membuka dan menanami petak demi petak hutan alam dengan berbagai tanaman produktif; tapi yang secara sadar Pula menempatkan sistem wanatani repong damor sebagai fase final dalam pengelolaan lahan hutan. Apa yang menyebabkan sebagian dari mereka mempertahankan pengelolaan lahan dengan sistem repong damor sementara sebagian yang lain pemah mengkonversinya ? Kajian ini berusaha menjelaskan bagaimana petani Krui mengambil keputusan dalam menentukan pengelolaan lahan hutan dan mengungkapkan insentif-insentif yang mendasari keputusan mereka dalam pengelolaan lahan hutan. Penelitian lapangan yang menjadi acuan bagi penulisan tesis ini difokuskan di dua desa di daerah pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung selama 4 bulan (Juli aid Nopember 1995). Dengan menggunakan pendekatan prosesual dan kombinasi beberapa metode konvensional dalam antropologi, kajian ini kemudian sampai pada kesimpulan bahwa proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani Krui dalam hat mempertahankan atau mengkonversi sistem repong domar didasari oleh paling sedikit empat macam insentif. Keempat macam insentif tersebut adalah insentif ekonomis, ekologis, sosial dan kultural. Keberlarijutan pengelolaan lahan hutan dengan sistem wanatani repong damor akan ditentukan oleh keseimbangan peran keempat insentiftersebut dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani Krui.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>