Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Muhammad Idris
"ABSTRAK
Sering sekali dijumpai di lapangan struktur balok lantai jembatan maupun gedung berupa struktur grid. Akan tetapi struktur-struktur tersebut tidak dianalisa sebagal struktur grid, melainkan dianalisa sebagai balok sederhana (simple beam) dengan cara menganalisanya satu-persatu. Balok melintang dianalisa terlebih dahulu baru kemudian balok memanjangnya, atau sebaliknya. Karena itu akan dicoba dibandingkan antara analisa struktur grid dengan analisa struktur balok sederhana (simple beam).
Analisa struktur grid dilakukan dengan metode kekakuan dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputer SAP 2000. Beban yang bekerja mengacu kepada Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya tahun 1987 (PPPJJR 1987).
Dari hasil perbandingan menunjukkan bahwa gaya-gaya dalam berupa momen lentur dan gaya lintang yang ter adi pada analisa struktur grid lebih kecil dibandingkan dengan analisa struktur simple beam.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeherdian
"Pelat lantai memegang peranan yang penting di dalam suatu bangunan, karena di atas bagian struktur inilah beban-beban kerja akan bekerja. Saat terjadi gempa bumi, maka pelat Iantai akan mengalami gaya lateral yang bekerja searah bidang datar pelat sehingga dengan hal ini, pelat Iantai berperan sebagai diafragma. Pada umumnya diafragma lantai selalu diasumsikan kaku di dalam analisa sistem struktur, tetapi pada saat kondisi-kondisi tertentu terjadi pada diafragma, maka sesungguhnya diafragma tersebut bersifat fleksibel. Kondisi tersebut dapat berupa petal terbuat dari kayu, terdapat banyak bukaan pada pelat, atau akibat terlalu langsingnya denah bangunan. Kelangsingan denah bangunan ini akan memberikan dampak terhadap fleksibilitas dari suatu pelat lantai yang pada pembebanan gempa bumi akan berperan sebagai diafragma fleksibel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wildan Al Baihaqi
"ABSTRACT
Desain gedung aula olahraga pada karya tulis ini memiliki keunikan dan nilai positif tersendiri. Gedung ini memiliki aula olahraga yang bertingkat sehingga membuat efisiensi lahan tentu meningkat. Tetapi bagunan ini memiliki lantai disekelilinnya yang cukup ramping dan memanjang sehingga menarik untuk dibahas. Penelitian ini menggunakan analisa respon spectrum untuk melihat perilaku bangunan dan gaya static diafragma untuk menganalisis diafragma. Selain itu, struktur ini menggunakan perletakan sendi di platformnya. Hal ini menarik untuk divariasikan dengan perletakan fleksibel. Sehingga platform dengan perletakan fleksibel dapat berfungsi sebagai tune mass damper. Hal yang divariasikan adalah jenis diafragma, jenis perletakan, jumlah lantai dan kombinsasi perletakan.

ABSTRACT
The design of sport hall building in this paper has its own uniqueness and added value. This building has a multi-story sports hall that makes land efficiency certainly increase. But this building has a floor that is quite slim and elongated so it is interesting to discuss. This study uses spectrum response analysis to look at building behavior and the force of static diaphragms to analyze the diaphragm. In addition, this structure uses joint support on its sports hall platform. This is interesting to be varied with flexible placement. So that the flexible placement platform can function as a tune mass damper. The things that were varied were the type of diaphragm, type of platform support, number of story and support combination."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sahlan Zamaa
"ABSTRAK
Praktik residensi keperawatan medikal bedah peminatan sistem respirasi memiliki
tujuan untuk menjalankan tiga peran utama ners spesialis yaitu sebagai manajer
kasus, pemberi pelayanan dan innovator. Sebagai manajer kasus, ners spesialis
mengelola kasus utama pada pasien tuberkulosis dan diabetes melitus tipe 2 serta
30 kasus resume dengan mengaplikasikan teori Roy Adaptation Model pada asuhan
keperawatan yang diberikan. Masalah keperawatan utama yang paling sering
muncul pada pasien dengan gangguan sistem respirasi yaitu bersihan jalan napas
tidak efektif dan pola napas tidak efektif. Sebagai pemberi layanan, ners spesialis
telah menerapkan intervensi keperawatan berdasarkan pembuktian yaitu latihan
pernapasan diafragma pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Inovasi
keperawatan yang dilakukan yaitu diskusi interaktif pada pasien tuberkulosis untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan tuberkulosis
sampai tuntas.

ABSTRACT
Residential clinical practice medical surgical nursing specializing at implementing
three of primary roles of nurse specialists including case managers, healthcare
providers and innovators. As a case managers, the specialist nurse managed primary
cases of patient with tuberculosis and type-2 diabetes mellitus along with 30 cases
of resume with Roy Adaptation Model approach. The most often found nursing
diagnosis during the clinical practice were ineffective airway clearance and
ineffective breathing pattern. As a healthcare provider, the specialist nurse have
implemented an evidence based nursing intervention which diaphragmatic
breathing exercises for patients with chronic obstructive pulmonary disease
(COPD). Innovation in nursing performed was interactive discussion involving
patients as obedience encouragement to tuberculosis medication until the
completion of the medication regimen"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Indra Wijaya
"Latar Belakang: Angka mortalitas penyakit kritis menurun di seluruh dunia, namun pasien yang selamat mengalami disabilitas fungsional yang signifikan akibat penghancuran otot. Kelemahan otot yang terjadi pada pasien ICU (Intensive Care Unit) ini disebut sebagai ICU-AW (Intensive Care Unit Acquired Weakness). Penilaian tebal otot diafragma telah dipakai untuk memprediksi usaha napas dan penggunaan ventilator. Pennation angle merupakan pola susunan serat otot dalam hubungannya dengan aksis otot yang berfungsi sebagai penghasil kekuatan otot.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perubahan pennation angle otot rektus femoris yang berhubungan terhadap perubahan tebal otot diafragma.
Metode: Sebanyak 34 subjek penelitian yang dirawat di Intensive Care Unit dengan menggunakan ventilasi mekanik, dilakukan penghitungan tebal otot diafragma dan pennation angle otot rektus femoris hari pertama hingga hari kelima perawatan menggunakan ultrasonografi. Kemudian dihitung rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris dan perubahan tebal otot diafragma serta dilakukan analisa korelasi.
Hasil: Tidak terdapat korelasi antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris dengan rasio perubahan tebal otot diafragma hari kedua hingga kelima (R = 0,041 - 0,211, p = 0,231 - 0,816). Terdapat korelasi sedang hingga kuat antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima dengan pennation angle otot rektus femoris hari pertama (R = -0,615 hingga -0,777, p = 0,001). Terdapat korelasi sedang hingga kuat antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima dengan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima (R = 0,471 - 0,728, p = 0,001 - 0,005). Terdapat korelasi sedang hingga kuat antara rasio perubahan tebal otot diafragma hari kedua hingga kelima dengan tebal otot diafragma hari pertama (R = -0,538 hingga -0,710, p = 0,001).
Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris dengan rasio perubahan tebal otot diafragma. Terdapat korelasi negatif antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga hari kelima dengan pennation angle otot rektus femoris hari pertama. Terdapat korelasi positif antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima dengan
pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima. Terdapat korelasi negatif antara rasio perubahan tebal otot diafragma hari kedua hingga hari kelima dengan tebal otot diafragma hari pertama.

Background: Critical disease mortality rates decline worldwide, but survivors experience significant functional disability due to muscle destruction. Muscle weakness that occurs in ICU patients is referred to as ICU-AW. Assessment of diaphragm muscle thickness has been used to predict breathing effort and ventilator use. Pennation angle is a pattern of muscle fibers in relation to muscular axis that functions as a muscle strength.
Purpose: Determine the changing ratio in pennation angle of the rectus femoris muscle which is associated with changing ratio of diaphragm muscle thickness.
Methods: 34 research subjects who were admitted to the Intensive Care Unit using mechanical ventilation, thickness of diaphragm muscle and pennation angle of the rectus femoris muscle were measured on the first day until the fifth day of treatment using ultrasonography. Then the changing ratio of diaphragm muscle thickness and the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle were calculated on the second to the fifth day then the correlation analysis were done.
Result: There was no correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle with the changing ratio of diaphragm muscle thickness on the second to the fifth day (R = 0.041 - 0.211, p = 0.231 - 0.816). There was a moderate to strong correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with pennation angle of the rectus femoris muscle on the first day (R = -0,615 to -0,777, p = 0.001). There was a moderate to strong correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day (R = 0.471 - 0.728, p = 0.001 - 0.005). There was a moderate to strong correlation between the changing ratio of diaphragm muscle thickness of the second to the fifth day with the diaphragm muscle thickness on the first day (R = -0,538 to -0,710, p = 0.001).
Conclusion: There is no correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle with the changing ratio of diaphragm muscle thickness. There is a negative correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with the first day of pennation angle of the rectus femoris muscle. There is a positive correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with the rectus femoris muscle pennation angle on the second to the fifth day. There is a negative correlation between the diaphragm thickness changes on the second to the fifth day with the thickness of the diaphragm muscle on the first day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Darma Putra
"Penggunaan ventilasi mekanis pada pasien kritis tidak dapat dihindarkan namun dapat menyebabkan ventilator-induced lung injury (VILI) dan ventilator-induced diaphragm dysfunction (VIDD). Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara volume tidal rendah (6 ml/kgBB) dan tinggi (10 ml/kgBB) terhadap disfungsi diafragma. Penelitian ini merupakan sebuah randomized controlled trial yang dilakukan di ruang perawatan intensif, RS Cipto Mangunkusumo. Pasien secara random masuk ke kelompok volume tidal 6 ml/kgBB dan 10 ml/kgBB, dan diikuti selama 72 jam (3 hari) untuk dinilai adanya disfungsi diafragma. Disfungsi diafragma dinilai menggunakan alat ultrasonografi, menggunakan kriteria ekskursi dan fraksi ketebalan diafragma. Variabel lain yang dinilai dalam penelitian ini ialah kadar interleukin-6.Sebanyak 52 pasien dilakukan randomisasi. Sebanyak total 45 pasien menyelesaikan studi. Tidak terdapat perbedaan karakteristik dasar sampel pasien pada kedua kelompok volume tidal. Sebanyak 37.8% pasien mengalami disfungsi diafragma pada hari ketiga. Tidak terdapat perbedaan proporsi disfungsi diafragma pada kedua kelompok volume tidal baik menggunakan kriteria ekskursi, fraksi ketebalan, maupun salah satunya. Terdapat perbedaan rerata interleukin-6 hari nol antara kelompok dengan dan tanpa disfungsi diafragma hari ketiga sebesar 332.29 pg/mL (p=0.024). Sebagai kesimpulan, volume tidal 6 ml/kgbb dan 10 ml/kgbb tidak berbeda dalam mencegah disfungsi diafragma pada pasien kritis. Interleukin-6 memiliki pengaruh terhadap disfungsi diafragma.

The use of mechanical ventilation is inevitable for critically ill patients yet it causes tremendous side effect of ventilator-induced lung injury (VILI) and ventilator-induced diaphragm dysfunction (VIDD). This study is aimed to examine the effect of low tidal volume (6 ml/kgBW) and high tidal volume (10 ml/kgBW) to diaphragm dysfunction. This is a randomized controlled trial conducted at intensive care unit (ICU) of Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients were randomly allocated to tidal volume of 6 ml/kgBW or 10 ml/kgBW and were followed for 72 hours (3 days). At the end of the 72 hours, patients were assessed for diaphragm dysfunction. Diaphragm dysfunction is assessed by ultrasonography with excursion and thickness fraction criteria. Interleukin-6 was also examined. Of 52 patients who were randomized, 25 were on 6 ml/kgBW group and 27 were on the other. There were 45 patients finishing the study. The baseline characteristics of the sample was not different among the two groups. We found 37.8% patients with diaphragm dysfunction on day-3 but no significant proportion difference among the two groups. Diaphragm dysfunction was assessed with excursion, fraction of thickness criteria. We found 332.29 pg/mL mean difference between interleukin-6 on patients with and without diaphragm dysfunction on day-3 (p=0.024). In conclusion, tidal volume of 6 ml/kgBW and 10 ml/kgBW is not different in preventing diaphragm dysfunction on critically ill."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chandra Widjanantie
"Penyakit refluks gastroesofagus (GERD) merupakan kondisi kronik yang terjadi akibat asam lambung naik ke esofagus. COVID-19 dapat memperburuk gejala GERD dan berdampak pada fungsi pernapasan. Latihan diafragma mampu memperbaiki gejala GERD, namun efektivitasnya pada orang dewasa dengan GERD pasca COVID-19 belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas latihan diafragma modifikasi terhadap gejala GERD, tekanan inspirasi maksimal (TIM), ekskursi diafragma, dan fungsi paru. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal pada bulan September 2022 sampai April 2023 di Rumah Sakit Persahabatan. Dari data rekam medis terdapat 364 pasien yang mengalami gejala gastrointestinal persisten. Dari data pasien tersebut, 302 pasien mengalami gejala sebelum COVID-19 dan 62 pasien setelah COVID19. Sebanyak 55 pasien memenuhi kriteria inklusi dan lolos kriteria eksklusi. Selanjutnya dialokasikan secara random pada kelompok uji (n = 25) dan kontrol (n = 25), dan 5 pasien menjalani penelitian pendahuluan. Latihan diafragma selama empat minggu terdiri atas latihan diafragma modifikasi atau latihan diafragma standar. Evaluasi dilakukan 30 hari setelah latihan pertama. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok uji menunjukkan peningkatan bermakna pada tekanan inspirasi maksimal (TIM; 42,68 cmH2O ± 16,46 vs. 55,40 cmH2O ± 20,33 dan 74,80 cmH2O ± 20,33 vs. 68,68 cmH2O ± 21,25), ekskursi diafragma kanan (4,75 cm ± 0,98 vs. 4,97 cm ± 0,93 dan 6,84 cm ± 0,92 vs. 5,57 cm ± 0,95), dan ekskursi diafragma kiri (4,42 cm ± 0,86 vs. 4,70 cm ± 0,85 dan 6,48 cm ± 0,78 vs. 5,33 cm ± 0,90). Selain itu, baik kelompok uji sebelum-dan-sesudah maupun kelompok kontrol mengalami penurunan bermakna pada skor GERDQ (10,44 ± 2,00 vs. 1,84 ± 2,17 dan 8,64 ± 0,57 vs. 3,32 ± 1,49), dengan nilai p < 0,001. Latihan diafragma meningkatkan nilai kapasitas vital paksa (KVP), tidak meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) maupun rasio antara volume ekspirasi paksa detik pertama dan kapasitas vital paksa (VEP1/KVP), tidak bermakna secara statistik (p > 0,05). Latihan diafragma modifikasi pada orang dewasa setelah COVID-19 dengan GERD meningkatkan TIM dan ekskursi diafragma, serta mengurangi gejala refluks gastroesofageal yang terlihat dari perbaikan skor GERDQ.

Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a common chronic condition characterized by stomach acid reflux into the esophagus. COVID-19 may worsen GERD symptoms and impact respiratory function. Diaphragmatic training has demonstrated potential effectiveness in managing GERD symptoms, but its effectiveness in adults with GERD after COVID-19 is unknown. This study aimed to examine the effectiveness of modified diaphragmatic training (MDT) on GERD symptoms, maximum inspiratory pressure (MIP), diaphragmatic excursion, and lung function in this population. This single-blinded randomized control trial was conducted from September 2022 to April 2023 at Persahabatan Hospital. The research team evaluated the medical records of 364 patients presenting persistent gastrointestinal symptoms; among these potential participants, 302 reported symptoms before COVID-19 infection, while 62 developed symptoms after being infected with COVID-19. After applying the study's inclusion and exclusion criteria, a total of 55 patients were selected and randomly assigned to either the intervention group (n = 25) or the control group (n = 25), and 5 patients were enrolled in the preliminary research. The intervention phase consisted of four weeks of diaphragmatic training, wherein participants received either modified diaphragmatic training (MDT) or standard diaphragmatic training. Following the training period, a follow-up assessment was conducted 30 days from the initiation of the intervention. In comparison to the control group, the intervention group demonstrated significant improvements in maximum inspiratory pressure (MIP; 42,68 cmH2O ± 16,46 vs. 55,40 cmH2O ± 20,33 and 74,80 cmH2O ± 20,33 vs. 68,68 cmH2O ± 21,25), right diaphragmatic excursion (RDE; 4,75 cm ± 0,98 vs. 4,97 cm ± 0,93 and 6,84 cm ± 0,92 vs. 5,57 cm ± 0,95), and left diaphragmatic excursion (LDE; 4,42 cm ± 0,86 vs. 4,70 cm ± 0,85 and 6,48 cm ± 0,78 vs. 5,33 cm ± 0,90). Additionally, both the pre–post-intervention group and the control group exhibited significant reductions in GERDQ scores (10.44 ± 2.00 vs. 1.84 ± 2.17 and 8.64 ± 0.57 vs. 3.32 ± 1.49, respectively), with a p-value < 0.001. Diaphragmatic training resulted in increased forced vital capacity (FVC), forced expiratory volume in the first second (FEV1) and the ratio of forced expiratory volume in the first second to forced vital capacity (FEV1/FVC), these differences were not statistically significant in both groups (p > 0,05). MDT in adults post-COVID-19 with GERD enhanced MIP and diaphragmatic excursion, along with a reduction in symptoms of GERD as evidenced by improvements in GERDQ scores."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aggie Farkhantiansyah
"Jakarta, kota metropolitan dengan kepadatan 16.158 orang per km² (BPS, 2022), membutuhkan solusi transportasi yang efisien seperti Mass Rapid Transit (MRT) berbasis rel. MRT dinilai aman, nyaman, ramah lingkungan, dan tepat waktu. Pembangunan stasiun kereta bawah tanah yang baru dimulai di Indonesia memerlukan dinding diafragma (D-wall) sebagai struktur penahan tanah. Proses desain dan konstruksi D-wall ini membutuhkan insinyur dengan etika dan profesionalisme tinggi untuk mengatasi tantangan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk memahami tahapan dan tantangan desain serta konstruksi dinding diafragma stasiun bawah tanah, dan mengkaji penerapan K3, kode etik, serta etika profesi insinyur dalam proses tersebut. Hasil penelitian diharapkan memberikan wawasan mendalam mengenai kompleksitas pembangunan D-wall pada proyek MRT Jakarta Fase 2 dan menekankan pentingnya etika profesi serta standar K3 dalam industri konstruksi. Dengan demikian, penelitian ini berkontribusi pada peningkatan kualitas desain dan konstruksi infrastruktur transportasi bawah tanah di Indonesia.

Jakarta, a metropolitan city with a population density of 16,158 people per km² (BPS, 2022), requires efficient transportation solutions such as Mass Rapid Transit (MRT) based on railways. MRT is considered safe, comfortable, environmentally friendly, and punctual. The construction of underground train stations, newly initiated in Indonesia, necessitates the use of diaphragm walls (D-walls) as soil retaining structures. The design and construction process of these D-walls require engineers with high ethics and professionalism to address the existing challenges. This study aims to understand the stages and challenges of designing and constructing diaphragm walls for underground train stations, and to examine the implementation of occupational safety and health (K3), ethical codes, and professional ethics among engineers in this process. The research results are expected to provide in-depth insights into the complexity of D-wall construction in the MRT Jakarta Phase 2 project and emphasize the importance of professional ethics and K3 standards in the construction industry. Thus, this research contributes to improving the quality of design and construction of underground transportation infrastructure in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Puji Wahyuni
"Pendahuluan: Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis melalui transmisi udara (airborne disease), sedangkan Ca paru merupakan pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang menyebabkan adanya massa abnormal paru. Gejala yang timbul pada pasien TB dengan riwayat Ca paru dapat terjadi bervariasi, yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Sesak napas yang dirasakan pasien dapat menganggu kenyamanan dan aktivitas pasien. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis latihan pernapasan diafragma dan posisi semiflower 30o dalam mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada pasien tuberculosis dengan riwayat Ca paru pada ruang isolasi lantai 14 RSUI.
Ilustrasi kasus: Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat 2 miggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan semakin memberat. Pasien didiagnosis tuberculosis dan memiliki riwayat Ca Paru. Hasil pengkajian mendapatkan pasien tampak sesak, terapat penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Tindakan mandiri keperawatan yang dilakukan adalah mengajarkan latihan pernapasan diafragma dan pemberian posisi semiflower 30o.
Hasil: latihan pernapasan diafragma dan posisi semiflower 30o selama 3-4 menit dengan 1 set/hari membantu pasien mengurangi sesak napas dan meningkatkan rasa nyaman yang dirasakan pasien.
Kesimpulan: Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien menunjukan bahwa penerapan latihan pernapasan diafragma dan posisi semiflower 30o dapat membentu pasien mengurangi sesak napas diniliai dari penurunan frekuensi napas, usaha napas dengan observasi pengunaan otot bantu napas, dan peningkatan saturasi pasien.

Introduction: Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which is transmitted through airborne transmission (airborne disease), while lung Ca is the uncontrolled growth of cancer cells in lung tissue that causes abnormal lung masses. Symptoms in TB patients with a history of pulmonary Ca are coughing up phlegm for 2 weeks or more, coughing up blood, dyspenea, chest pain. Dyspnea felt by the patient can disturbing the patient's comfort and activities. This KIAN aims to analyze diaphragmatic breathing exercises and the 30o semiflower position in overcoming the problem of ineffective breathing patterns in tuberculosis patients with a history of pulmonary Ca in the isolation room on the 14th floor of RSUI.
Case illustration: The patient came with complaints of shortness of breath which was getting worse 2 weeks before admission to the hospital. The feeling of tightness is getting worse. The patient was diagnosed with tuberculosis and had a history of lung cancer. The results of the study found that the patient appeared dyspnea, the use of accessory muscles of breathing was tight, and the frequency of breathing increased. The independent nursing intervention taken was diaphragmatic breathing excercise and giving the 30o semiflower position.
Results: diaphragm breathing and 30o semiflower position for 3-4 minutes with 1 set/day help patients reduce dyspnea and increase patient comfort.
Conclusion: The results of the evaluation carried out on the patient showed that the application of diaphragm breathing and the 30o semiflower position could help the patient reduce dyspnea judged by a decrease in respiratory rate, use of accessory muscles for breathing, and an increase oxygen saturation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>